Koleksi Perpustakaan
The Spirit and Struggle Of Islam
Sebagai anak zaman ketika patriotisme menampilkan diri dalam bentuk perjuangan kemerdekaan dari kolonialisme, Sadhu Vaswani terkenal sebagai guru, pejuang nasionalis India, dan humanis yang memadukan nilai-nilai tradisional India dan nilai-nilai humanisme Barat. Nilai-nilai tradisi diperolehnya sejak kecil, terutama sejak belajar Upanishads dari seorang brahmana bernama Brahmabandhav Upadhyay. Sedangkan nilai-nilai Barat diperolehnya dari bangku kuliah, di University of Bombay.
Lahir di Hyderabad-Sindh pada 25 November 1879, Vaswani usai lulus kuliah memulai perjuangannya setelah meminta izin pada ibunya bahwa akan aktif sebagai pelayan Dewa (Tuhan) dan manusia. Sebagai kompromi terhadap keinginan ibunya yang ingin dia sukses dalam hidup, Vaswani mengajar di Union Academy, kemudian menjadi profesor sejarah dan filsafat di Metropolitan College di Calcuta, tempat dia bertemu guru Sri Promotholal Sen.
Pada 1910, Vaswani menghadiri World Congress of Religions di Berlin mewakili India. Pidatonya berisi tentang Atman (jiwa), pesan perdamaian, kemerdekaan, dan perbaikan India. Setelah menjadi profesor filsafat di Karachi, dia bergabung dengan Mahatma Gandhi dalam gerakan kemerdekaan India. namun karier cemerlangnya di dunia akademis dia tinggalkan setelah kematian ibunya, seiring dengan perjalanan spiritualnya. Dia fokus pada perjuangan kemerdekaan dan kemanusiaan serta alam (hewan dan tumbuhan). Dia lalu menelurkan Gerakan Mira yang pada 1949 institusinya didirikan, St. Mira’s School. Setelah kematiannya pada 16 Januari 1966, perjuangan Vaswani diperingati tiap tahun lewat Sadhu Vaswani Mission. Sebagai intelektual, Vaswani amat produktif. Buku-bukunya antara lain: Apostles of Freedom, Awake, India’s Adventure, India in Chains, Builders of Tomorrow, dan My Motherland.
Turkije Zooals Het Was En Is
Lahir di Heino pada 31 Januari 1891 dari pasangan Wilhelmus Noordman dan Wilhelmina Theodora Zijsvelt, Wilhelmus Everhardus Noordman merupakan sejarawan dan pakar Turki. Dalam bukunya De Republiek Turkije (The Republic of Turkey), dia antara lain menjelaskan panjang lebar soal permusuhan “abadi” etnis Kurdi dengan Turki. menikahi Geertruida Alberdina Elisabeth Maria de Haan pada 1921 kemudian bercerai. Noordman meninggal pada 27 Juni 1958. Bukunya antara lain Turkije Zooals Het Was En Is (Turkey As It Was and Is, 1933) dan De Republiek Turkije (The Republic of Turkey, 1948).
De Oorsprong van het Christendom
Karl Kautsky (16 Oktober 1854-17 Oktober 1938) dikenal sebagai ahli teori Marxisme berdarah Yahudi. Setelah masuk University of Vienna untuk mempelajari ekonomi, filsafat, dan sejarah, dia bergabung dengan Partai Sosial Demokrat Austria sebelum pindah ke Jerman dan masuk ke Partai Sosial Demokrat Jerman. Kautsky menjadi penentang kuat keterlibatan Jerman dalam Perang Dunia I (PD I).
Melalui Die Neue Zeit, bulanan yang didirikannya di Stuttgart pada 1883, Kautsky rutin meyebarkan Marxisme. Kautsky bersama August Bebel juga menguraikan teori imperialisme Marxis. Kautsky mendapat kepercayaan dari Friedrich Engels untuk mengedit tiga seri Theories of Surplus Value karya Karl Marx. Setelah Lenin berhasil menggulingkan Tsar dan mengambil alih kekuasaan lewat Revolusi Oktober 1917, Kautsky berdebat keras dengan Lenin. Apa yang dilakukan Lenin, menurutnya dalam Marxism and Bolshevism: Democracy and Dictatorship, merupakan peletakan dasar bagi kediktatoran baru pengganti kediktatoran Tsar karena perubahan revolusioner yang ditimbulkannya tak bertolak dari dasar rasional ekonomi. Itu akan mengakibatkan penderitaan rakyat lebih parah dibanding dalam periode kapitalis.
Sempat kembali ke Wina, Kautsky kemudian pindah ke Amsterdam dan meninggal di sana pada 1938. Warisan paling berharganya adalah lebih dari 20 buku karyanya. Antara lain: State Socialism (1881), The Free Society (1882), The Economic Doctrines of Karl Marx (1887), The Class Struggle (1892), dua jilid The Social Revolution and on the Day After the Social Revolution (1902), Socialism and Colonial Policy (1907), The Russian Revolution (1917), The Dictatorship of the Proletariat (1918), Terrorism and Communism (1919), The Moscow Trial and the Bolsheviki (1922), Social Democracy versus Communism (1938).
Koloniale Geschiedenis
Herman Theodor Colenbrander merupakan sejarawan Belanda kelahiran Drachten 13 Desember 1871. Cita-citanya menjadi sejarawan telah muncul sejak kecil. Karena getol dengan ide-ide baru, dia masuk student corps ketika kuliah di Universitas Leiden. Minatnya yang beragam dan kesukaannya berkeliling membuatnya mendapat banyak bahan baru sebagai sumber riset historis. Disertasinya, The Period of Patriots, 1897-1899 (1897), yang membuatnya mendapat doktor cum laude dibukukan secara gratis oleh Martnus Nijhoff. Penunjukannya sebagai deputi arsiparis di Arsip Umum, Den Haah, memberinya kesempatan menginventarisasi arsip VOC sehingga kelak dia dikenal sebagai sejarawan ahli Hindia Timur dan ahli kolonial.
Profesor sejarah di Universitas Leiden dan direktur pertama Commissie van Advies voor’s Rijks Geschiedkundige Publicatien (kemudian Institute of Dutch History) serta anggota Royal Academy of Sciences (Amsterdam) ini meninggal pada 8 Oktober 1945 di Leiden. Selain disertasinya yang dibukukan jadi tiga jilid, buku karya Colenbrander antara lain La Republique Batave (eds., 1894), Memoirs of Anton Reinhard Falck (1913), Koloniale Geschiedenis (1925), dan Europa 1871-1914: Staatsregelingen, Bondgenootschappen en Politieke Verschuivingen (1939).
Kapitaal En Arbeid In Nederland
Henriette Roland Holst atau Henriette Goverdina Anna van der Schalk lahir pada 24 Desember 1869 di Noordwijk, Belanda. Ia seorang sosialis militan sekaligus penyair dan penulis terkemuka pada paruh pertama abad ke-20. Karya-karyanya berkontribusi besar pada sastra modern Belanda.
Henriette terpengaruh Das Kapital-nya Karl Marx dan kemudian bergabung dengan Sociaal Democratische Arbeiders Partij (SDAP/Partai Sosial Demokrat Belanda). Ia menjadi salah satu propagandis utama partai. Sempat menarik diri dari politik pada 1912, ia kembali aktif karena menentang Perang Dunia I. Pada 1918, ia ikut mendirikan Partai Komunis Belanda. Melalui puisi dan pemikiran anti-Nazinya, ia mempengaruhi gerakan perlawanan Belanda selama Perang Dunia II. Ia meninggal pada 21 November 1952 di Amsterdam.
Dua volume puisinya, De Nieuwe Geboort (1902) dan Opwaartsche Wegen (1907) mencerminkan cita-cita politik Henriette. Ia juga menulis biografi tokoh-tokoh terkemuka seperti Jean-Jacques Rousseau (1912), Leo Tolstoy (1930), Romain Rolland (1946), dan Mahatma Gandhi (1947). Karya teoretisnya yang utama terbit pada 1902, berjudul Kapitaal en Arbeid (Capital and Labour).
De socialistische idee
Politikus sosialis kelahiran 17 November 1885 ini merupakan teoretikus sosialis terkemuka. Sempat mengajar sosiologi di University of Washington, dia kembali ke Belgia untuk memulai pendidikan buruh dan akhirnya ke Jerman untuk mengajar di University of Frankfurt. Dia kembali ke Belgia dan berhasil menapaki karier hingga puncak di Partai Buruh. Dari 1936 hingga 1938 dia dipercaya menjadi menteri keuangan. Seorang antisemit namun beristri Yahudi, Henri terlibat dalam invasi Jerman-Nazi atas Belgia.
Revisinya terhadap Marxisme sempat kontroversial, Henri menawakan gagasan baru “Planisme” alias perencanaan. Planisme membantah sosialisasi alat-alat produksi dan pembangunan masyarakat tanpa kelas Marxisme, dan mendorong sektor swasta agar dibebaskan dari monopoli negara. Gagasannya amat berpengaruh terutama pada Gerakan Non-Konformis –sering disebut Jalan Ketiga– di Prancis pada awal 1930-an. Setelah meninggal dalam pembuangan di Paris pada 1983, dia mewariskan banyak buku. Antara lain: Beyond Marxism (1927), Socialisme et Marxisme (1928), Reflections on the Directed Economy (1932), For an Action Plan (1934), dan memoarnya Apres Coup (1941).
Mirabeau
Pierre Nezlof merupakan imigran asal Rusia yang tiba dan tinggal di Dunkirk pada 1880-an. Saat bekerja di Kementerian Pendidikan Umum dan Seni Murni, dia bertemu Irma/Irene Bouttier, keturunan petani anggur lama di Barrou. Keduanya lalu menikah dan tinggal di rumah orangtua Irene. Di rumah itulah putra tunggal mereka yang kelak menjadi patologis terkenal, Christian Nezelof, dilahirkan pada 19 Januari 1922.
Banyaknya waktu senggang di tempat kerjanya dimanfaatkan Pierre untuk mendalami minatnya pada sejarah dan menjadi penulis lepas. Dia menulis cerpen dan novel mini untuk dikirimkan ke berbagai koran dan majalah. Nama Pierre pun tenar sebagai sejarawan dan penulis. Berkat tulisan-tulisannya, Pierre mengenal banyak orang. Salah satunya, Georges Bidault yang kemudian menjadi perdana menteri. Buku-buku Pierre antara lain novel Little Eagle, Josephine, the Great Lover (1929), La Vie Joyeuse et Tragique de Marie-Antoinette (The Joyful and Tragic Life of Marie-Antoinette) (1933), The Merry Queen: An Historical Story of the Happy and Tragic Life of Marie Antoinette (1934), Mirabeau: Homme d’Amour, Homme d’Etat (Mirabeau: Man of Love, Statesman) (1937), Napoleon and His Son (1937), Marie-Antoinette (1944).”
Oud En Nieuw Japan Grepen Uit Het Leven
Henri Hubertus van Kol (1852-1925) merupakan sosialis pertama yang menginjakkan kaki di Hindia Belanda. Matan anggota First International itu memulai karirnya di Jawa sebagai insinyur hidrolik pada 1876. Sekembalinya ke Belanda, dia menjadi salah satu pendiri Partai Buruh Sosial Demokrat (SDAP). Sebagai anggota parlemen sosialis di Den Haag, dia marah terhadap eksploitasi “rakyat Jawa yang malang” meski sebagai pemilik perkebunan kopi Cayumas di Jawa Timur, dia mempekerjakan buruh miskin. Namun Van Kol tanpa pamrih memberikan sebagian keuntungan dari perkebunannya kepada gerakan buruh Belanda dan perwakilannya. Perkebunannya memperkenalkan hari Minggu sebagai hari istirahat, dan mendirikan sekolah dan gereja, yang membuatnya dianggap sebagai penanda kemajuan sosial di mata orang Belanda.
Van Kol melakukan perjalanan studi di Nusantara selama berbulan-bulan pada 1902. Dia memfoto pemandangan, pasar, dan orang-orang untuk diperlihatkan kepada sesama anggota Parlemen sebagai bukti. Perjalanan itu berakhir di perkebunan Cayumas, tempat dia menulis draf laporannya. Setahun kemudian (1903), laporannya diterbitkan dengan From Our Colonies.
Van Kol menggambarkan daerah-daerah yang dikunjunginya lengkap berikut stereotip pada karakter masing-masing seperti “orang Jawa malas,” atau “orang Ambon tidak jujur dan memanjakan diri sendiri.” Namun Van Kol tak hanya bersafari ke Nusantara. Hingga masa senjanya dia tetap berkeliling ke banyak tempat. Bukunya antara lain From Our Colonies (1903) dan Japan: Impressions of Country and People (1917).
Wereldcrisis
Sosialis kelahiran Amsterdam, 10 Maret 1891 ini merupakan ahli ekonomi di SDAP yang kemudian jadi bagian dari oposisi dalam SDAP. Saat bekerja di Het Weekblad yang diedit oleh F.M. Wibaut dan H. Roland Holst, Galderen aktif berkomentar soal ekonomi di Het Volk. Lewat artikel renungannya tentang ‘Banjir Musim Semi’ yang diterbitkan di De Nieuwe Tijd pada 1913, Gelderen menjadi salah satu pelopor ‘gelombang panjang’ di bidang ekonomi. Bersama B.H. Sajet, pada 1916 dan 1919 Galderen menerbitkan beberapa studi medis-statistik dan pada 1918 menulis artikel demografis pertamanya tentang pengaruh perang terhadap pergerakan penduduk Amsterdam.
Pada akhir 1919, Gelderen berangkat ke Hindia Belanda untuk memulai layanan statistik baru dalam Kementerian Pertanian, Industri dan Perdagangan, lalu diangkat menjadi direktur pertama Kantor Pusat Statistik di Batavia (1925-1932). Lewat brosur De Theoretische Basis der Progressieve Wintbelasting (Batavia 1923), Galderen mengkritik argumen mantan menteri M.W.F. Treub yang saat itu menjabat sebagai ketua Indian Works Council. Menurutnya, tarif pajak perusahaan progresif –sejalan dengan pajak berdasarkan pajak penghasilan– secara teoritis dapat dibenarkan dan lebih cocok dengan situasi aktual di Hindia Belanda daripada tarif proporsional yang dianjurkan Treub. Setelah diangkat sebagai guru besar ekonomi-politik dengan pengangkatan khusus di Recht Hooge School di Batavia pada 1928, Gelderen berbalik menjadi pengkritik Marxisme, yang salah satu dituangkannya dalam artikel & quot;Deepening Marxism” yang dimuat he Socialist Guide pada 1930. Di Hindia Belanda, Gelderen aktif di Partai Sosial Demokrat Hindia dan menjadi ketuanya pada 1928.
Sekembalinya ke Belanda pada 1933 dia menjadi kepala Departemen Urusan Krisis di Kementerian Koloni dan juga anggota Dewan Direktur Biro Ilmiah SDAP. Atas rekomendasi Asosiasi Sosialis untuk Studi Masalah Sosial, pada 1937 Gelderen diangkat menjadi profesor sosiologi di Fakultas Hukum Universitas Utrecht untuk menggantikan R. Kuyper. Setelah menyatakan “Sudah berakhir” kepada J.E. Stokvis, empat hari kemudian dia bunuh diri bersama istri dan dua anak bungsu mereka di Den Haag pada 14 Mei 1940. Gelderen meninggalkan banyak tulisan baik yang ditulis lewat nama J. Fedder maupun namanya. Bukunya antara lain The Totalitarian States Against the World Economy (1939) dan Recent Developments in Economic Foreign Policy in the Dutch East Indies (1939).
Mahatma Gandhi
Lahir di Clamecy, Prancis pada 29 Januari 1866, Romain merupakan dramawan, novelis, dan sejarawan produktif yang memenangkan Nobel Sastra 1915. Gelar sarjana sejarahnya diperoleh dari Ecole Normale Superieure pada 1889. Luasnya pergaulannya dibuktikan dari surat-menyuratnya dengan Rabendranath Tagore, Mahatma Gandhi, Jawaharlal Nehru, Sigmund Freud, Leo Tolstoy yang dibukukan menjadi Selected Letters of Romain Rolland. Bersama filsuf Hungaria Edmund Bordeaux Szekely dia mendirikan International Biogenic Society untuk memperkenalkan dan memperluas gagasan tentang integrasi pikiran, tubuh, dan jiwa. Dia merupakan pendukung terkemuka Stalin.
Ketika meninggal pada 30 Desember 1944, dia meninggalkan banyak buku. Antara lain The People’s Theater (1902), Au-Dessus de la Melee (1915), Above the Battle (1916), Jean-Christophe Dawn Morning Youth Revolt, Pierre and Luce (1917), Mahatma Gandhi (1924)The Inner Journey (1942), Beethoven the Creator, The Life of Ramakrishna.
Geschiendenis der Russiche Revolutie
Lahir dengan nama Lev Davidovich Bronstein pada 7 November 1879 di Yanovka, Ukraina, jiwa kosmopolitan Trotsky terbentuk sejak dikirim ayahnya ke Odessa untuk bersekolah di sekolah berbahasa Jerman. Sajak remaja Trotsky telah berpolitik dengan bergabung pada aktivitas bawah tanah. Penjara dan pembuangan menjadi akrab dengannya, hal yang membuat tekadnya untuk memperjuangkan keadilan sosial kian menguat. Di pembuangannya di Siberia, Trotsky bergabung dengan Partai Sosial Demokrat dan mendalami filsafat. Atas dorongan istrinya Aleksandra Sokolovskaya, Trotsky kabur dari Siberia pada 1902 dan hingga 15 tahun berikutnya dia tinggal di luar negeri, termasuk London.
Di London, dia bergabung dan menjadi orang penting di Iskra, suratkabar milik Partasi Sosialis-Demokrat (PSD) Rusia yang didirikan Lenin, dengan nama pena Pero. Trotsky berpisah jalan dengan Lenin ketika PSD pecah menjadi Bolshevik (dipimpin Lenin) dan Mansheviks (Julius Martov) pada 1903 dan menahbiskan diri sebagai “Sosdem non-faksi”. Menolak gagasan revolusi Lenin, Trotsky mengembangkan teori ‘revolusi permanen’ sendiri. Setelah Revolusi Februari di Petrograd (Februari 1917), Trotsky kembali ke Rusia dan bergabung dengan Bolshevik. Dia memainkan peran vital dalam pengambilalihan kekuasaan oleh Bolshevik (komunis) pada Revolusi Oktober. Trotsky menjadi orang kedua dua setelah Lenin pada tahap awal pemerintahan komunis Soviet dan diberi jabatan Komisaris Luar Negeri di kabinet Lenin. Dia berperan penting dalam negosiasi persyaratan perdamaian dengan Jerman dan pembangunan Tentara Merah sehingga menang dalam perang saudara.
Namun sepeninggal Lenin, Trotsky kalah dari Stalin dalam perebutan kekuasaan. Dia dikeluarkan dari partai dan diasingkan, mula-mula di wilayah Soviet kemudian di luar Soviet. Dalam pengasingannya, dia terus menulis kritikan terhadap Stalin. Namun ketika dalam pengasingannya di Mexico City, dia dibunuh agen NKVD Ramon Mercader pada 21 Agustus 1940. Trotsky mewariskan lebih dari 60 buku karyanya. Antara lain: Our Political Tasks (1904), Our Revolution (1906), My Flight from Siberia (1907), The Bolsheviki and World Peace (1918), History of the October Revolution (1918), The Permanent Revolution and Results and Prospects (1919), The Real Situation in Russia (1928), The Stalinist of Falsification (1932), The Third International After Lenin (1936), The Revolution Betrayed: What is the Soviet Union and Where is It Going? (1937).
Der Kampf Um Die Bolschewistische Partei
Vladimir Ilyich Ulyanov atau Lenin, yang lahir di Simbirsk (kini Ulyanovsk), Rusia pada 22 April 1870, merupakan revolusioner yang sukses mewujudkan gagasannya tentang revolusi proletar yang –oleh Martov disebut Leninisme– diinterpretasikannya dari Marxisme. Kenyang ditahan dan dibuang, Lenin mulai terjun ke politik saat kuliah di Kazan University. Aktivitasnya semakin jadi setelah dia membaca Das Kapital Marx yang dijadikannya acuan dalam berjuang dan juga berteori. Setelah lulus dari University of St. Petersburg, Lenin diangkat ke posisi senior di Sosial-Demokrat, sel revolusioner Marxis di Rusia, dan berhasil mendorong pendirian sel-sel revolusioner di pusat-pusat industri Rusia dan memimpin lingkaran buruh Marxis.
Usai pembuangan di Siberia, tempat dia menikahi Nadezhda “Nadya” Krupskaya yang dijadikan partner dalam menerjemahkan literatur-literatur sosialisme berbahasa Inggris ke bahasa Rusia, Lenin makin sering menulis dan berteori. Dia setia pada revolusi dengan kekerasan dan menganggap perlu sebuah partai pelopor kuat untuk memimpin proletar menuju revolusi. Lenin kemudian mendirikan surat kabar Iskra –tempat dia pertamakali menggunakan nama ‘Lenin’– yang dijadikan organ baru partai Marxis Rusia, Russian Social Democratic Labour Party (RSDLP). Di Kongres RSDLP II, Juli 1903, Lenin berpisah jalan dengan Julius Martov karena Lenin berprinsip partai mesti memiliki kepemimpinan kuat, sementara Martov menyatakan anggota partai mesti dapat mengekspresikan diri secara independen dari partai.
Lenin yang mendapat dukungan mayoritas (Rusia: Bol’sheviki) terus bersaing dengan Mansheviks (minoritas) pimpinan Martov dalam mewujudkan sosialisme Rusia. Kelaparan di beberapa kota Rusia pada Perang Dunia I dijadikan Lenin untuk menggerakkan Bolshevik di Petrograd (St. Petersburg) guna menjatuhkan Tsar (Revolusi Februari 1917) dan berhasil. Tak puas terhadap pemerintah provisional di Republik Rusia bentukan Duma setelah Tsar jatuh, Lenin memimpin Bolshevik melakukan Revolusi Oktober. Lenin berhasil mengambil alih kekuasaan dan memimpin Republik Rusia sambil terus memperluas kekuasaan Soviet (serikat buruh) ke luar Rusia dan berpuncak pada berdirinya Uni Soviet.
Meninggal pada 22 Januari 1924, Lenin mewariskan banyak gagasan yang dituangkannya ke dalam sejumlah buku. Antara lain: A Protest by Russian Social-Democrats; The Development of Capitalism in Russia; What Is To Be Done?; To The Village Poor; One Step Forward, Two Steps Back; Two Tactics of Social Democracy in the Democratic Revolution, Materialism and Empirio-Criticism; Imperialism, the Highest Stage of Capitalism.