Museum Kepresidenan Republik Indonesia - Balai Kirti

Patung Pengabdian Para Presiden - Republik Indonesia

Batu Prasasti Peresmian

Informasi Terbaru

Youtube Playlist

Museum Kepresidenan Republik Indonesia - Balai Kirti

Nasionalisme Presiden Sukarno dan Sepak Bola Indonesia Artikel
Nasionalisme Presiden Sukarno dan Sepak Bola Indonesia

Sepak bola adalah salah satu olahraga yang memiliki daya tarik global. Setiap pertandingan yang tersaji dalam bentuk kompetisi menampilkan obsesi sekaligus emosi untuk tujuan yang saling berkelindan, prestasi dan eksistensi. Sebagai olahraga global, sepak bola banyak menarik perhatian tokoh-tokoh pergerakan nasional. Sepak bola juga dijadikan sebagai media perjuangan dalam menentang hegemoni kolonial. Organisasi sepak bola untuk kalangan bumiputera pertama yang berdiri adalah PSSI. PSSI berdiri pada tanggal 29 April 1930 di Yogyakarta dengan ketua pertamanya adalah Ir. Suratin.

Memasuki periode awal kemerdekaan, sepak bola mendapat perhatian serius dari pemerintah saat itu. Presiden Soekarno memandang bahwa olahragawan adalah wakil-wakil bangsa dan negara dalam ajang pertandingan dan perlombaan. Presiden Soekarno selanjutnya menjadikan sepak bola sebagai salah satu media membentuk karakter bangsa dalam proses national building serta “menggelar” Indonesia dalam kancah internasional.

Bentuk perhatian serius Presiden Soekarno terhadap sepak bola Indonesia terlihat dari pembangunan infrastruktur olahraga serta capaian prestasi tim sepak bola Indonesia pada saat pemerintahaannya. Kiprah tim sepak bola Indonesia dalam kancah internasional dimulai pada perhelatan Asian Games I di New Delhi, India tahun 1950. Pada kompetisi tersebut, tim sepak bola Indonesia mengirim 18 pemain yang dipimpin oleh pelatih asal Singapura, Choo Seng Quee.

Perjalanan tim sepak bola Indonesia pada perhelatan Asian Games I harus terhenti pada babak pertama turnamen. Tim sepak bola Indonesia harus mengakui keunggulan tim tuan rumah (India) dengan skor tiga gol tanpa balas. Pada tahun 1954, tepatnya pada saat perhelatan Asian Games II di Manila, tim sepak bola Indonesia dipimpin oleh pelatih asal Yugoslavia yakni Tony Pogacnik. Timnas pada saat itu mempu menembus babak semifinal namun harus kandas dalam pertandingan melawan Taiwan dengan skor 2-4. Dalam perebutan juara 3, timnas oleh Birma dengan skor 4-5.

Kejutan terjadi saat perhelatan Asian Games III 1958 di Tokyo, Jepang. Timnas Indonesia mampu menorehkan prestasi tertinggi dengan meraih perunggu dalam Asian Games 1958. Timnas berhasil menekuk tim sepak bola India dengan skor 4-1. Kejutan timnas Indonesia di event sepakbola juga terjadi dalam perhelatan Olimpiade Melbourne 1956. Dalam pertandingan sepak bola di Olimpiade Melbourne, timnas Indonesia harus bertemu timnas Uni Soviet.

Hasilnya, timnas Indonesia berhasil menahan imbang Uni Soviet tanpa gol. Saat itu, babak tambahan dan adu tendangan penalti belum menjadi aturan yang lumrah sehingga diadakan pertandingan kedua. Namun keberuntungan belum berpihak pada timnas Indonesia. Dalam pertandingan kedua, timnas Indonesia harus mengakui keunggulan timnas Uni Soviet dengan skor 4-0.

Pada tahun 1958, timnas Indonesia berjuang dalam kualifikasi Piala Dunia. Timnas Indonesia memperoleh hasil baik pada babak pertama dengan mengalahkan timnas Cina dengan skor 2-0 di Jakarta. Dalam pertandingan kedua di Beijing, timnas Indonesia harus mengakui keunggulan Cina dengan skor 3-4. Karena kedua tim memiliki poin yang sama, maka diadakan pertandingan lanjutan di tempat yang netral yakni Myanmar. Pertandingan di Myanmar berakhir dengan skor 0-0. Indonesia selanjutnya berhasil melaju ke babak selanjutnya.

Babak kedua lanjutan kualifikasi Piala Dunia, timnas Indonesia bergabung bersama Israel, Mesir, dan Sudan. Namun, timnas Indonesia menolak bertanding dengan Israel karena alasan politis. Hal tersebut mengakibatkan timnas Indonesia tersingkir dalam kualifikasi Piala Dunia. Sedangkan Israel berhasil lolos dalam babak play off Piala Dunia dan bertemu dengan Wales.

Dukungan Sukarno terhadap perkembangan sepak bola Indonesia selanjutnya dipertegas dengan adanya perhelatan Sukarno Cup pada tanggal 25 April 1963. Perhelatan Sukarno Cup diikuti oleh enam negara yakni Indonesia, Cina, Mesir, Kuba, Vietnam Utara, dan Pakistan. Dalam event tersebut, timnas Indonesia berhasil merebut juara 3 dengan mengalahkan timnas Vietnam Utara dengan skor 3-1. Sedangkan juara 1 Sukarno Cup adalah Mesir yang berhasil menekuk Cina dengan skor 2-0.

Dalam hal infrastruktur, Presiden Sukarno membangun stadion utama Gelora Bung Karno untuk menunjang kegiatan olahraga di Indonesia. Stadion utama Gelora Bung Karno mulai dibangun pada tanggal 8 Februari 1960 sebagai kelengkapan sarana dan prasarana dalam rangka Asian Games 1962. Dalam pemancangan tiang pertama, turut hadir Perdana Menteri Uni Soviet Nikita Kruschev. Hal tersebut bukanlah hal yang mengejutkan mengingat kedekatan Presiden Soekarno dengan negara-negara blok timur kala itu. Stadion utama Gelora Bung Karno selanjutnya diresmikan pada tanggal 21 Juli 1962.

Sepak bola nyatanya telah menjadi media dalam merekatkan semangat kebangsaan Indonesia pada masa pemerintahan Presiden Soekarno. Tidak hanya itu, sepak bola juga dijadikan sebagai media oleh Presiden Soekarno untuk “menggelar” Indonesia di kancah internasional. Prestasi timnas Indonesia pada masa awal kemerdekaan telah membuat nama Indonesia dikenal oleh dunia internasional. Meski pembangunan nasionalisme melalui sepak bola sempat mengalami sejumlah hambatan, namun upaya Presiden Soekarno untuk membangun nasionalisme melalui olahraga tetap menorehkan capaian prestasi tersendiri pada masanya.

 

Sumber:

Bayu Aji, R.N. “Nasionalisme dalam Sepak Bola Indonesia Tahun 1950-1965”. Lembaran Sejarah, Vol. 10, No. 2, Oktober (2013).

Wijanarto. “Memahami Spirit Nasionalisme Soekarno Lewat Sepak Bola”. Kompas.id. Diakses pada tanggal 15 Mei 2023. https://www.kompas.id/baca/opini/2022/09/16/memahami-spirit-nasionalisme-soekarno-lewat-sepakbola.

Danu, Mahesa. “Sukarno dan Sepak Bola”. Berdikarionline.com. Diakses pada tanggal 15 Mei 2023. https://www.berdikarionline.com/sukarno-dan-sepak-bola/.

 

Penulis: Kurniawan Ivan Prasetyo

Selengkapnya
Bung Hatta dan Mas Kawinnya Artikel
Bung Hatta dan Mas Kawinnya

Mohammad Hatta merupakan salah satu pahlawan Indonesia yang terkenal dengan kecerdasannya. Tokoh yang kerap dipanggil Bung Hatta ini dikenal sebagai sosok yang mencintai buku. Buku adalah harta paling berharga bagi Bung Hatta. Bahkan Bung Hatta pernah marah kepada pihak Belanda karena bukunya belum dimuat ke dalam kapal yang akan membawanya ke pengasingan. Selain itu, beliau juga gemar menulis pemikirannya. Tulisan-tulisan ini banyak dimuat dalam berbagai koran dan surat kabar pada masa itu. Hal inilah yang semakin mempertajam intelejensia dan pemikiran dari seorang Bung Hatta.

Dari pemikirannya inilah Bung Hatta sangat menitikberatkan filsafat untuk diajarkan kepada generasi muda calon pemimpin bangsa. Bagi Bung Hatta, pelajaran filsafat penting sekali dalam meningkatkan kecerdasan berpikir, memperluas pandangan serta mempertajam pikiran. Hal itu diperlukan sebelum seseorang menguasai sebuah ilmu secara utuh dan lebih luas bidang ilmu lain.

Bung Hatta mendapatkan pendidikan barat dari sekolah-sekolah Belanda seperti HIS dan MULO. Di sekolah-sekolah Belanda ini beliau diajarkan filsafat barat. Pembelajaran filsafat ini kemudian berlanjut ketika beliau berkuliah di Negeri Belanda. Selain itu, beliau juga mempelajari filsafat secara otodidak dari buku-buku yang dibacanya.

Salah satu bukti Bung Hatta sangat erat dengan filsafat adalah tulisan beliau berjudul Alam Pikiran Yunani yang terbit pertama kali pada tahun 1941. Buku ini merupakan buku yang ditulisnya semasa beliau diasingkan di Boven Digul dan Banda Neira. Bung Hatta memaparkan pemikiran filsuf-filsuf masa Yunani Kuno yang diketahuinya ke dalam buku Alam Pikiran Yunani. Ketika dicetak untuk pertama kali, Alam Pikiran Yunani dibagi menjadi tiga jilid. Jilid pertama membahas paham filosofi sebelum Sokrates. Kemudian di jilid kedua berisi ajaran Sokrates, Plato dan Aristoteles. Terakhir di jilid ketiga berisi filosofi Grik yang telah berkembang.

Buku ini juga memegang peranan dalam kisah cinta Bung Hatta. Beliau berniat untuk memberikan buku Alam Pikiran Yunani ini sebagai maskawin pernikahannya dengan Ibu Rahmi Rachim. Hal ini tentu saja membuat orang tua Bung Hatta terkejut. Mak Gaek –sebutan Ibu Bung Hatta- merasa malu bila tidak ada perhiasan emas yang dijadikan maskawin. Namun, Bung Hatta tetap pada pendiriannya. Beliau tetap ingin agar Alam Pikiran Yunani menjadi maskawin pernikahannya. Bung Hatta memandang bahwa maskawin berupa buku hasil pemikirannya sendiri lebih berharga dari emas atau barang mewah apapun. Ibu Rahmi Rachim ternyata tidak mempermasalahkan dan senang menerima Alam Pikiran Yunani sebagai maskawin dari Bung Hatta. Kedua pasangan ini kemudian menikah pada 18 November 1945 di Megamendung, Bogor.

 

REFERENSI

Hatta, Mohammad. 1963. Alam Pikiran Junani. Jakarta: Tintamas.

Karim, Mulyawan (ed.). 2015. Bung Hatta di Mata Tiga Putrinya. Jakarta: Kompas.

Muhibbuddin, Muhammad. 2019. Bung Hatta: Kisah Hidup dan Pemikiran Sang Arsitek Kemerdekaan. Yogyakarta: Araska.

Zed, Mestika, dkk. 2012. Cara Baik Bung Hatta. Padang: UNP Press.

Selengkapnya
Sri Sultan Hamengku Buwono IX Sang Penjaga Kedaulatan Artikel
Sri Sultan Hamengku Buwono IX Sang Penjaga Kedaulatan

 

 

Masa Revolusi Nasional merupakan babak penting dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia untuk mempertahankan kemerdekaan sekaligus menegakkan kedaualatan negara. Upaya mempertahankan kemerdekaan sekaligus menegakkan kedaualatan bangsa ditempuh melalui dua jalur, yakni jalur diplomasi dan jalur konfrontasi/pertempuran. Beberapa upaya diplomasi yang ditempuh oleh pemerintah Indonesia dan Belanda yakni Perundingan Linggarjati, Perundingan Renville, Perundingan Roem-Royen, hingga Konferensi Meja Bundar. Sedangkan perjuangan fisik yang dilakukan oleh bangsa Indonesia beberapa diantaranya adalah Pertempuran Surabaya, Pertempuran Bandung Lautan Api, Pertempuran Ambarawa, Pertempuran Medan Area, hingga Serangan Umum 1 Maret.

Serangan Umum 1 Maret merupakan titik balik bagi bangsa Indonesia dalam upaya mempertahankan kemerdekaan sekaligus menegakkan kedaulatan negara. Peristiwa Serangan Umum 1 Maret tidak dapat dilepaskan dari posisi Yogyakarta yang kala itu merupakan pusat pemerintahan sekaligus Ibu Kota Negara. Pada tanggal 19 Desember 1948, Belanda melancarkan Agresi Militer II dengan menyerang sekaligus menduduki Yogyakarta. Dampak dari agresi militer Belanda tersebut adalah dikuasainya sektor-sektor penting di Yogyakarta serta penangkapan Soekarno, Mohammad Hatta beserta para pejabat tinggi lain. Mereka selanjutnya diasingkan ke Sumatera.

Sebelum ditangkap dan selanjutnya diasingkan, Hatta sempat memimpin sidang kabinet darurat di Gedung Negara untuk mengambil langkah-langkah dalam menghadapi serangan tersebut. Keputusan paling penting dalam sidang kabinet tersebut adalah mengalihkan kekuasaan RI kepada Pemerintah Darurat Republik Indonesia (PDRI) yang dipimpin oleh Safruddin Prawiranegara dan berkedudukan di Bukittinggi, Sumatera Barat. Selain itu, keputusan penting dalam sidang kabinet adalah memerintahkan Menteri Pertahanan Sri Sultan Hamengku Buwono IX untuk menangani dan mengatasi masalah keamanan dan ketertiban di Ibu Kota.

Sri Sultan Hamengku Buwono IX, Raja Kasultanan Yogyakarta, memiliki kiprah yang penting dalam babak perjalanan revolusi Indonesia. Dukungan Sri Sultan Hamengkubuwono IX terhadap Republik Indonesia dimulai dengan dikeluarkannya Amanat 5 September 1945. Semasa pemerintahan dipusatkan di Yogyakarta, Sri Sultan Hamengkubuwono turut banyak memberi bantuan untuk menjalankan pemerintahan Republik Indonesia. Pada tanggal 12 dan 17 Januari 1949, Sri Sultan Hamengkubuwono IX mengecam tindakan agresi militer yang dilakukan oleh Belanda. Sri Sultan Hamengkubuwono bersama seluruh elemen masyarakat Yogyakarta selanjutnya memulai perlawanan.

Selama Agresi Militer Belanda II di Yogyakarta, TNI melalui Wehrkreise III telah melakukan serangan secara serentak sebanyak 4 (empat) kali. Serangan yang dilakukan oleh TNI terhadap pasukan Belanda dibantu oleh sejumlah elemen, mulai dari para Pon, Palang Merah Indonesia, hingga kurir informasi. Bantuan lain terhadap pejuang republik di Yogyakarta juga diberikan oleh Sri Sultan Hamengku Buwono IX. Selain itu, bantua berupa dana operasional bagi para pejuang diperoleh dari pemberian Letkol Soeharto sebesar 4.000 rupiah per hari serta bantuan dari para pedagang di Pasar Beringharjo dan pasar-pasar di Segoroyoso.

Pada awal bulan Februari 1949, Sri Sultan Hamengku Buwono IX mendengarkan berita radio BBC yang memberitakan bahwa masalah Indonesia akan dibicarakan dalam forum PBB pada bulan Maret 1949. Pasca mendengar siaran berita radio BBC, Sri Sultan Hamengku Buwono IX segera melakukan kontak dengan Jenderal Sudirman untuk melancarkan serangan umum terhadap Belanda di Yogyakarta. Setelah mendapatkan ijin dari Sudirman, Sri Sultan Hamengku Buwono IX segera menjalin kontak dengan Letkol Suharto selaku Komandan Wehrkreise III.

Sri Sultan Hamengku Buwono IX menjalin komunikasi dengan Letkol Soeharto secara sembunyi-sembunyi agar tidak diketahui oleh Belanda. Salah satu taktik yang digunakan oleh Soeharto agar pertemuannya dengan Sri Sultan Hamengku Buwono IX tidak diketahui oleh Belanda adalah mengubah dan mengatur rute perjalanan serta pakaian yang digunakan. Dalam pertemuan antara Sri Sultan Hamengku Buwono IX dengan Letkol Soeharto, disepakati bahwa waktu persiapan untuk melakukan serangan adalah dua minggu dan waktu pelaksanaan serangan adalah pada tanggal 1 Maret 1949.

Pada tanggal 1 Maret 1949 pukul 06.00 pagi setelah sirene tanda berakhirnya jam malam berbunyi, pasukan TNI menyerang Yogyakarta dari segala penjuru. Melalui serangan ini pasukan Indonesia berhasil menduduki Yogyakarta selama 6 jam. Serangan ini merupakan serangan terpadu dari berbagai macam kekuatan serta berbagai macam latar belakang dengan tujuan utama mempertahankan kemerdekaan serta menunjukkan eksistensi bangsa Indonesia terhadap dunia internasional. Serangan ini juga ditujukan untuk mematahkan propaganda Belanda bahwa Indonesia sudah tidak mempunyai wilayah dan pemerintahan. Terdapat fakta menarik sebelum pelaksanaan Serangan Umum 1 Maret, dimana sempat terjadi kesalahan dalam waktu penyerangan. Peleton Komarudin melakukan aksi penyerangan pada tanggal 28 Februari 1949. Kesalahan menentukan waktu serangan terjadi pula di daerah Giwangan Yogyakarta.

Dalam pelaksanaannya, Serangan Umum 1 Maret berhasil dan mampu membawa nama Indonesia menjadi perhatian dunia internasional. Pasukan Indonesia berhasil menduduki Yogyakarta selama 6 jam. Berita keberhasilan Serangan Umum 1 Maret selanjutnya disebarkan melalui siaran radio stasiun PHB AURI PC-2 Playen, Gunungkidul. Berita tersebut selanjutnya diteruskan ke Sumatera, New Delhi (India), hingga ke Washington (Amerika Serikat).

Pada tanggal 24 Juni 1948 Presiden Syafrudin Prawiranegara sebagai pemimpin PDRI memberikan mandat kepada Sri Sultan Hamengku Buwono IX yang menjabat sebagai Menteri pertahanan untuk memulihkan keamanan sebelum pemerintahan kembali di Yogyakarta. Tanggal 29 Juni 1949, pasukan Belanda meninggalkan Yogyakarta disusul pasukan TNI yang secara berangsur-angsur masuk ke Kota Yogyakarta. Oleh karena itu tanggal 29 Juni diperingati sebagai “Hari Yogya Kembali”. Setelah Yogyakarta dikuasai TNI di bawah kendali Sri Sultan Hamengku Buwono IX, presiden dan wakil presiden kembali ke Yogyakarta pada tanggal 6 Juli 1949.

Serangan Umum 1 Maret menjadi titik balik perundingan antara Indonesia dengan Belanda terkait kedaulatan Indonesia, mulai dari Perundingan Roem-Royen hingga Konferensi Meja Bundar. Pada tanggal 27 Desember 1949, dilakukan penyerahan kedaulatan Indonesia. Penyerahan Kedaulatan diterimakan Ratu Belanda kepada Muhammad Hatta dan selanjutnya diserahkan kepada Menteri Pertahanan Sri Sultan Hamengku Buwono IX.

Sebagai bentuk penghargaan atas upaya perjuangan mempertahakan kemerdekaan serta menegakkan kedaulatan negara, Presiden Joko Widodo mengeluarkan Keputusan Presiden Nomor 2 Tahun 2022 yang menetapkan tanggal 1 Maret sebagai Hari Penegakan Kedaulatan Negara.

 

Sumber:

Dinas Kebudayaan Daerah Istimewa Yogyakarta. Naskah Akademik Serangan Umum 1 Maret sebagai Hari Nasional Penegakan Kedaulatan Negara. Yogyakarta: Dinas Kebudayaan Daerah Istimewa Yogyakarta. 2022.

John Monfries. Raja di Negara Republik. Yogyakarta: Penerbit Biography. 2018.

 

Penulis: Kurniawan Ivan Prasetyo

Selengkapnya
Mengendalikan Kepadatan Penduduk Lewat Program “Dua Anak Cukup” Artikel
Mengendalikan Kepadatan Penduduk Lewat Program “Dua Anak Cukup”

Permasalahan seputar laju pertumbuhan penduduk di Indonesia sudah menjadi topik pembicaraan para dokter dan ahli sejak pemerintahan Presiden Sukarno. Hal tersebut dimulai dari dibentuknya Perkumpulan Keluarga Berencana pada tanggal 23 Desember 1957 di gedung Ikatan Dokter Indonesia. Perkumpulan Keluarga Berencana selanjutnya berganti nama menjadi Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) atau Indonesia Planned Parenthood Federation (IPPF).  PKBI memperjuangkan terwujudnya keluarga yang sejahtera melalui 3 macam usaha pelayanan yaitu mengatur kehamilan atau menjarangkan kehamilan, mengobati kemandulan serta memberi nasihat perkawinan.

Pasca peralihan kekuasaan dari Presiden Sukarno ke Presiden Soeharto, permasalahan seputar laju pertumbuhan penduduk mendapat perhatian serius dari pemerintah. Pada tahun 1967, PKBI selanjutnya diakui sebagai badan hukum oleh Departemen Kehakiman. Setahun kemudian, pemerintah membentuk Lembaga Keluarga Berencana Nasional (LKBN). Puncaknya, pada tahun 1970, melalui Keputusan Presiden No. 8 Tahun 1970 pemerintah membentuk Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) dengan dr. Suwardjo Suryaningrat sebagai kepalanya. Kedudukan BKKBN semakin diperkuat dengan dikeluarkannya Keputusan Presiden No. 33 Tahun 1972 dimana badan ini berubah menjadi Lembaga Pemerintah Non Departemen yang berkedudukan langsung dibawah Presiden.

Dalam menjalankan tugasnya melalui program Keluarga Berencana, pemerintah melalui BKKBN melakukan sejumlah pendekatan, mulai dari Clinical Approach, Beyond Family Planning, Pendekatan Kemasyarakatan, Pendekatan Koordinasi Aktif hingga Pendekatan Keluarga. Pada periode Pelita III (1979-1984) pemerintah mengembangkan strategi operasional yang baru yang disebut Panca Karya dan Catur Bhava Utama yang bertujuan mempertajam segmentasi sehingga diharapkan dapat mempercepat penurunan fertilitas. Pada periode ini muncul juga strategi baru yang memadukan KIE dan pelayanan kontrasepsi yang merupakan bentuk “Mass Campaign” yang dinamakan “Safari KB Senyum Terpadu”. Kemudian, pada tanggal 28 Januari 1987, pemerintah mencetuskan program KB Mandiri. Program KB Mandiri dipopulerkan dengan kampanye Lingkaran Biru (LIBI) yang bertujuan memperkenalkan tempat-tempat pelayanan dengan logo Lingkaran Biru KB.

Pelaksanaan program KB yang dijalankan oleh pemerintah bertujuan untuk  mewujudkan keluarga kecil yang sejahtera melalui penundaan usia perkawinan, penjarangan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga dan peningkatan kesejahteraan keluarga. Dalam perkembangan selanjutnya, program KB mendapat keberhasilan yang cukup signifikan. Hal tersebut dibuktikan dengan laju pertumbuhan pendudukan yang mengalami penurunan. Tahun 1960-an laju pertumbuhan penduduk 2,32 % turun menjadi 2,10% tahun 1970-an dan 1,97% pada 1980-an.

Selain menggunakan pendekatan dan program yang telah dirumuskan oleh pemerintah, strategi kampanye yang dijalankan oleh pemerintah juga menjadi salah satu faktor keberhasilan program Keluarga Berencana. Kampanye yang digunakan adalah dengan menyebarkan slogan-slogan “Demi Kesehatan Anda Jalankanlah Keluarga Berencana”, ”Hidup tanpa KB Berarti Hidup tanpa Masa Depan”, atau “Dua Anak Cukup, Laki-laki atau Perempuan Sama Saja” di setiap sudut jalan. Selain itu, kampanye KB juga digaungkan melalui panggung hiburan dan seni, seperti Gambang Kromong yang dipopulerkan Benyamin S dan Ida Royani, Mars Keluarga Berencana karya Muchtar Embut yang setiap hari diputar di RRI dan TVRI, hingga film berjudul Desa di Kaki Bukit diproduksi oleh PT Sri Agung Utama Film dan disutradari oleh Asrul Sani. Tak ketinggalan kampanye KB melalui pecahan uang Rp 5.00.

Keberhasilan program KB pemerintah selanjutnya mendapat penghargaan dari dunia internasional. Seoharto mendapat mendapat penghargaan “Global Statement Award” dari Population Institute, Amerika Serikat pada tahun 1988. Perlu diketahui bahwa penghargaan yang kemudian diberi nama “Soeharto Award” ini pertama kali diterima oleh Presiden Zimbabwe. Jadi Soeharto adalah orang kedua yang menerima penghargaan bernilai prestise tersebut. Satu tahun kemudian, tepatnya di tahun 1989, atas keberhasilan Program KB di Indonesia, Soeharto menerima penghargaan tertinggi di bidang kependudukan dan KB berupa “United Nations Population Award” dari Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB). Penghargaan ini langsung diberikan oleh Sekjen PBB Javier Perez de Cuellar di Markas Besar PBB di New York, Amerika Serikat

 

Sumber:

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia (2014). Presiden Republik Indonesia 1945-2014. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.

https://www.bkkbn.go.id/pages-sejarah-bkkbn-2012044806-352#:~:text=Organisasi%20keluarga%20berencana%20dimulai%20dari,Planned%20Parenthood%20Federation%20(IPPF). Diakses pada tanggal 13 Oktober 2022.

https://tirto.id/sejarah-kb-dan-ide-dua-anak-cukup-dari-era-sukarno-sampai-soeharto-ecJj. Diakses pada tanggal 13 Oktober 2022.

Penulis: Kurniawan Ivan Prasetyo

Selengkapnya
Palu Godam Soekarno dalam Membasmi Korupsi Artikel
Palu Godam Soekarno dalam Membasmi Korupsi

Pasca diproklamirkan sebagai sebuah negara merdeka, Indonesia harus dihadapkan dengan sejumlah permasalahan. Permasalahan tersebut meliputi kekerasan tribal, ketimpangan sosial, ageri militer Belanda, hingga praktik penyelewengan kekuasaan (korupsi). Permasalahan korupsi sebenarnya bukan fenomena baru dalam kehidupan sosial budaya masyarakat dan kenegaraan. Fenomena korupsi telah berlangsung sejak beberapa abad silam, bahkan mungkin semenjak awal kehidupan umat manusia modern yang telah mengenal sistem pembagian tugas dalam sebuah komunitas.

Sebagai fenomena penyimpangan sosial, korupsi telah masuk ke dalam kehidupan masyarakat serta kenegaraan di seluruh negara, baik negara maju maupun negara berkembang, tak terkecuali Indonesia. Di Indonesia, pemahaman mengenai perkembangan praktik korupsi dapat ditinjau dari segi historis dan budaya. Dari segi historis, dapat terlihat bagaimana praktik korupsi bergerak secara dinamis, mulai dari praktinya di setiap zaman yang tentunya diikuti oleh tindakan pencegahan sekaligus pemberantasannya. Sedangkan pemahaman praktik korupsi di Indonesia ditinjau dari segi budaya masa kerajaan di Nusantara, dengan birokrasi patrimonialnya, dan tetap dirawat bahkan ketika Indonesia sudah memproklamirkan diri sebagai negara merdeka. Sistem birokrasi patrimonial di Jawa tidak mengenal adanya pemisahan antara kepemilikan pribadi dengan kepemilikan negara. Sistem birokrasi patrimonial juga tetap terlihat dalam budaya politik Indonesia pasca kemerdekaan.

Pada masa pemerintahan Presiden Soekarno, praktik penyimpangan korupsi mendapat perhatian serius dari berbagai elemen masyarakat. Bahkan Soekarno melalui pidatonya yang berjudul “Penemuan Kembali Revolusi Kita” mengutuk keras tindak penyimpangan korupsi. Soekarno, pada kesempatan yang sama, juga memperkenalkan sebuah badan baru yang bertugas mengawasi kegiatan aparatur negara, bernama Badan Pengawas Kegiatan Aparatur Negara (Bapekan). Bapekan dibentuk melalui Peraturan Presiden No. 1 Tahun 1959.

Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 1 Tahun 1959, Bapekan mempunyai tugas untuk melakukan pengawasan dan penelitian terhadap kegiatan aparatur negara, serta pengurusan dan pengaduan seputar laporan terkait penyimpangan yang diduga melibatkan aparatur negara. Sedangkan untuk wewenang sendiri Bapekan mampu memberikan pertimbangan kepada Presiden mengenai sesuatu yang menghambat daya guna serta kewibawaan negara. Badan tersebut diketuai oleh Sri Sultan HB IX. Kedudukan ketua Bapekan setara dengan seorang menteri serta masuk dalam golongan F ruang VII. Sedangkan untuk anggota Bapekan sendiri antara lain: Samadikoen, Semaun, Arnold Mononutu, dan Letkol Soedirgo. Penunjukan Sri Sultan HB IX sebagai ketua tidak terlepas dari kiprah politiknya yang terkenal tegas dan bersih.

Dalam perkembangannya, Bapekan telah menerima 912 pengaduan dari masyarakat. Dari jumlah laporan pengaduan tersebut, Bapekan mampu menyelesaikan 402 pengaduan. Sebuah capaian yang cukup mentereng dari sebuah lembaga anti rasuah yang baru terbentuk. Hal tersebut tentu tidak terlepas dari sikap responsif para pengurus serta pimpinan Bapekan dalam menindaklanjuti laporan masyarakat.

Selain Bapekan, Presiden Soekarno selanjutnya membentuk Panitia Retooling Aparatur Negara atau Paran dengan ketua A.H. Nasution serta beranggotakan Muhammad Yamin dan Roeslan Abdulghani. Bentuk kegiatan Paran dalam pemberantasan korupsi yakni dengan melakukan Operasi Budhi. Selama melaksanakan tugas, Operasi Budhi mampu menangkap seorang perwira TNI Angkatan Laut, yakni Kolonel Pringadi. Ia divonis bersalah karena terbukti melakukan kejahatan pelanggaran hukum dengan menggelapkan/menyalahgunakan keuangan yang berada dalam penguasaan jabatannya meliputi jumlah Rp. 14 Juta. Selain itu Paran juga mampu menguak kasus korupsi yang terjadi di Pertamina serta perusahaan-perusahaan negara yang tentunya merugikan keuangan negara.

Pada masa pemerintahan Presiden Soekarno juga terdapat beberapa aturan hukum yang dibentuk untuk menindak praktik penyimpangan korupsi. Aturan hukum pertama adalah Peraturan Penguasa Militer Nomor PRT/PM/06/1957. Peraturan Penguasa Militer Nomor PRT/PM/06/1957 adalah peraturan terkait upaya pemberantasan korupsi yang dikeluarkan oleh A.H Nasution selaku Kepala Staf Angkatan Darat dan sekaligus Penguasa Militer pada tanggal 9 April 1957. Aturan Peraturan Penguasa Militer terkait upaya pemberantasan korupsi selanjutnya mengalami perkembangan setelah dikeluarkannya Peraturan No. PRT/PM/08/1957. Peraturan tersebut berisi tentang pembentukan badan yang berwenang mewakili negara untuk menggugat secara perdata orang-orang yang dituduh melakukan berbagai bentuk perbuatan korupsi yang bersifat keperdataan.

Aturan hukum selanjutnya adalah Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perppu) No 24 tahun 1960. Perppu tersebut ditetapkan oleh Pejabat Presiden Republik Indonesia, Djuanda. Perppu No 24 tahun 1960 merupakan respon pemerintah terhadap tuntutan masyarakat terkait regulasi kebijakan anti korupsi. Perbedaan paling mendasar antara Perppu No 24 tahun 1960 dengan Peraturan Penguasa Militer No 06 tahun 1957 adalah tentang wewenang seorang Jaksa. Wewenang Jaksa dalam melakukan pengusutan serta penuntutan.

Upaya pemberantasan korupsi pada masa pemerintahan Presiden Soekarno harus dihadapkan dengan sejumlah hambatan. Mulai dari penegakan hukum yang tidak sesuai hingga benturan dengan kepentingan politik. Namun apa yang telah dilakukan pada masa pemerintahan Presiden Soekarno merupakan langkah progresif dalam pemberantasan korupsi di negeri yang terbilang masih berusia “piyik”.

 

Penulis: Kurniawan Ivan Prasetyo

Selengkapnya
Semerbak Kopi Nusantara:  Tradisi, Gaya Hidup, dan Peluang Kopi Indonesia di Kacah Dunia Artikel
Semerbak Kopi Nusantara: Tradisi, Gaya Hidup, dan Peluang Kopi Indonesia di Kacah Dunia

Kopi saat ini sudah sangat popular di Indonesia. Bahkan semerbak aromanya  banyak disukai oleh semua kalangan termasuk presiden. Berbicara kopi, perjalanan sejarahnya cukup Panjang, mulai dari pembudidayaan, kini kopi menjadi sebuah tradisi di masyarakat. Pada seminar “Semerbak Kopi Nusantara” di Museum Kepresidenan RI Balai Kirti tanggal 31 Agustus 2022, Andreas Maryoto mengatakan bahwa kopi sebenarnya sudah ada sejak masa lalu, ini terlihat dari syair yang  ada di daerah-daerah seperti aceh dan sebagian wilayah sumatera. Namun secara tertulis bukti ini tidak terlalu kuat dan masih harus ditelusuri Kembali. Dibandingkan dengan data yang dimiliki oleh Belanda, sejarah budidaya kopi sudah tercatat dengan Rapi dan valid”.

Kopi dan Tradisi

Tradisi ngopi secara umum sudah terbentuk dalam keseharian di masyarakat. ini dapat terlihat dari kopi kerap dijadikan minuman pembuka sebelum dilakukannya ritual keagamaan. Sedangkan silang budaya ngopi, nampak terlihat dari muncul pelbagai warung, kedai, dan cafe. Fenomena ngopi ini pun disikapi dari pelbagai sisi, positif dan negatif. Di beberapa daerah nongkrong ditempat kopi disikapi secara positif, karena dengan ngopi mereka dapat berbagi pengetahuan dan pengalaman. Sedangkan di daerah lain ngopi dipandang sebagai sesuatu yang negatif, seperti tempat membuang-buang waktu.

Saat ini tradisi ngopi terus berkembang, tidak hanya sebagai tempat ngobrol, melainkan menjalar dalam urusan bisnis dan politik. Stigma ngopi kini sudah mulai beralih, bukan lagi sebagai tempat membuang-buang waktu, tetapi dengan ngopi banyak hal yang dapat dilakukan. Tradisi ngopi sering dilakukan oleh para presiden untuk berdiplomasi. Ir. Sukarno misalnya, dalam jamuan kenegaraan, beliau acap kali menggunakan kopi sebagai sarana berdiplomasi. Menurut Ervina Chandra, kebiasaan ngopi tidak perna lepas dari kegiatan Istana. Bahkan sejak era Presiden Soeharto, istana mempunyai langganan toko kopi di daerah Pasar Cikini, di mana proses sanggrai dan penggilingan biji kopi masih menggunakan peralatan tradisional tahun 1925, sehingga pada saat proses penghalusan biji kopi akan tercium aroma yang sangat harum.

Selanjutnya pada masa B.J. Habibie dan Abdurahman Wahid (Gus Dur) penyajian kopi di Istana masih dilakukan dengan pola yang lama, di mana para pramusaji melayani presiden sesuai permintaan. Biasanya beliau menyukai kopi tubruk hitam atau kopi ditambah susu Carnation. Penyajian kopi terus berlanjut ke masa Megawati Soekarnoputri, menurut Ervina “Bu Mega lebih suka dengan kopi susu”, pada saat itu dikenal dengan merk Indocafe “Coffemix”. Begitu pula pada era Susilo Bambang Yudhoyono, di mana selain kopi hitam beliau lebih suka kopi merk Nescafe Gold dicampur dengan creamer.

Proses penyajian kopi disesuaikan dengan permintaan, kemudian tim istana meracik sesuai takaran. Sedangkan untuk Penyajian kopi pada acara besar, pihak Istana biasanya menyiapkan kopi hitam dalam cangkir dengan gula dan creamer terpisah. Kopi sering disajikan pada saat audiensi tamu-tamu yang akan menghadap Presiden, sidang kabinet/rapat Terbatas, state dinner/working luncheon, coffee Morning, dan pada moment tertentu atau acara santai lainnya.

Tren Perkembangan Kopi Indonesia

Bebicara tren kopi saat ini, menurut Tuti H. Mochtar dapat dirunut dari belakang sebelum tahun 2000, ketika membutuhkan kopi, kita harus ke pasar. Dahulu wadah kopi berbentuk seperti kaleng kerupuk. Di dalam kaleng itu terdapat kopi yang sudah dihaluskan dan di sana sudah ada harganya. Sedangkan kemasannya masih menggunakan kemasan plastik atau kertas coklat. Kemudian trend maju ke era di mana kopi sudah mulai tersedia dalam bentuk kemasan, kemasan itu dimulai dari nescafe, dan produk lokal pertama “kapal api”. Kemudian era selanjutnya sekitar tahun 2003 masuk coffee shop dari luar. Sebenarnya café-café atau coffee shop sudah ada sebelumnya di mall-mall, namun imagenya masih café untuk “bapak-bapak” meeting. Setelah coffee shop luar muncul ditahun 2003, mulai dikenal coffee shop, dan diikuti specialty. Kemudian kopi sudah mulai dijual di café dan kemasannya sudah mulai berkembang bentuk dan kopinya.

Menurut Tuti H. Mochtar, tren ini terus berkembang hingga sekarang, dan prediksinya bertahan hingga 2-3 tahun kedepan, karena pada dasarnya generasi ‘X’, ‘Y’, dan ‘Z’ jika kita lihat secara statistik lebih banyak mendominiasi di coffee shop. Pada generasi ‘X’, ‘Y’, dan ‘Z’, mereka lebih suka kopi yang tidak terlalu pekat. Artinya jika tidak meminum yang exspresso, mereka pilihannya adalah capucino atau ice capucino. Dan tren saat ini lebih ke arah ice kopi susu atau dahulu disebut ice capucino. Saat ini kopi Indonesia sudah banyak dijual di café-café, bahkan barista sudah bangga menyebut nama kopi Indonesia.

Adila Amalia Irvan (Puteri Kopi Indonesia 2019), mengatakan Indonesia memiliki keragaman komoditi industri yang luar biasa, termasuk kopi. Pasar kopi Indonesia sangat luas mulai dari aceh hingga papua, sehingga dibutuhkan promosi yang lebih untuk mengembangkannya. Pada masa lalu menurut Andreas Maryoto, ada kesadaran dari beberapa anak muda, terutama yang telah selesai studi diluar negeri, memandang kopi Indonesia sangat bagus. Namun perjalanan mereka mengembangkan kopi  Indonesia tidak mudah, karena ketika mereka mencari kopi ke pelbagai daerah, mereka berbenturan dengan petani yang diikat oleh perusahaan komoditi internasional, sehingga semua kopi yang dihasilkan banyak diekspor keluar negeri.

Peluang Kopi Indonesia di Masa Kini

Peluang kopi Indonesia di dunia sangat besar. Bebicara peluang, kopi Indonesia sudah sangat digemari oleh masyarakat di Jerman dan Amerika. Tantangannya adalah mengapa kopi Indonesia lebih mahal. Menurut Tuti H. Mochtar, jika dilihat dengan lahan pertaniannya, Brazil sedikit lebih banyak dibandingkan Indonesia. Bahkan lahan pertanian kopi terbentang hampir diseluruh wilayah di Brazil, dan Indonesia lahan pertanian lebih banyak berada dilereng. Di tiga tahun terakhir ini, produksi kopi Brazil menurun karena anomali cuaca. Akhirnya menyebabkan para pemain besar beralih mengambil kopi Indonesia.

Pemain kopi besar dunia jika sudah bermain, mereka beli kopi ke petani masih berupa bunga, mereka datang ke perkebunan sudah membawa uang tunai dengan harga yang cukup tinggi. Jadi untuk pembeli Indonesia di perkebunan kopi sudah tidak dapat diterima karena semua sudah dibeli” tutur Tuti H. Mochtar.

Semua kopi dibawa pedagang besar keluar negeri. Namun tidak semua kopi diekspor, karena masih ada beberapa kopi yang bagus tertinggal. Karena kopi tidak banyak, sesuai hukum ekonomi permintaan banyak dan barang sedikit, maka yang terjadi adalah harga tinggi. Begitupula dengan yang diluar, karena mereka terikat kontrak dengan perusahaan kopi besar sisa untuk retailnya sedikit otomatis harganya juga tinggi. Jadi ini sebenarnya pekerjaan rumah bagi kita semua, untuk meningkatkan produktivitas tanaman kopi di Indonesia agar dapat bersaing di kancah internasional. Selain meningkatkan produksi kopi, saat ini yang harus digencarkan adalah promosi kopinya. Indonesia banyak memiliki komoditi perkebunan yang cukup banyak, ada kopi, teh, dan kakao. Oleh karena itu, dengan banyaknya aneka komoditi yang dimiliki, Indonesia dapat menjadi pengeksport hasil perkebunan dunia terbesar. Jika ini benar, maka industry hulu, yaitu petani akan merasakankan dampaknya secara ekonomi.

 

Penulis: Arie Januar

Foto     : Dok. Museum Kepresidenan RI

Selengkapnya
Museum Koleksi Kepresidenan “Alunan Melodi Presiden” di Museum Islam Indonesia K.H. Hasyim Asy’ari Jombang Berita
Museum Koleksi Kepresidenan “Alunan Melodi Presiden” di Museum Islam Indonesia K.H. Hasyim Asy’ari Jombang

Museum Kepresidenan Republik Indonesia Balai Kirti merupakan unit dari Museum dan Cagar Budaya, yang menyimpan berbagai koleksi memorabilia tentang sejarah dan kemasyhuran Presiden Republik Indonesia. Adapun Museum dan Cagar Budaya sendiri merupakan suatu instansi yang terdiri dari beberapa museum dan cagar budaya di bawah pengelolaan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi. Untuk mengoptimalkan manfaat dan fungsi museum sebagai sarana edukasi, maka Museum dan Cagar Budaya melalui unit Museum Kepresidenan Republik Indonesia Balai Kirti melaksanakan kegiatan Museum Keliling Koleksi Kepresidenan. Kegiatan Museum Keliling Koleksi Kepresidenan ini mengusung tema “Alunan Melodi Presiden”.

Tema ini menampilkan sisi humanis dari seorang Presiden Republik Indonesia. Alunan melodi, ritme, serta lirik yang tersaji dalam musik merupakan representasi sebuah zaman. Sebagai sebuah kesenian yang diminati oleh berbagai lapisan, musik juga memiliki tempat tersendiri bagi para pemimpin bangsa, mulai dari Sukarno, Soeharto, B.J. Habibie, Abdurrahman Wahid, Megawati Sukarnoputri, hingga Susilo Bambang Yudhoyono.

Kegiatan Musem Keliling Koleksi Kepresidenan ini juga sekaligus membawa misi dari Museum dan Cagar Budaya yaitu “Mengedepankan Transformasi Pengembangan Wawasan Melalui Praktek Edukasi Yang Inovatif Dan Pembangunan Komunitas”. Kegiatan ini merupakan kegiatan pertama yang dilakukan oleh Museum Kepresidenan Republik Indonesia Balai Kirti sejak di bawah pengelolaan Museum dan Cagar Budaya Kemdikbudristek.

Kegiatan Museum Keliling Koleksi Kepresidenan dilaksanakan pada 21 s.d 27 Agustus 2023 di Museum Islam Indonesia KH. Hasyim Asy’ari, Kabupaten Jombang, Jawa Timur. Kegiatan ini terdiri dari rangkaian kegiatan antara lain Pameran Temporer, Panggung Budaya, Tur Sejarah, Lokakarya, dan Arena Permainan Tradisional. Pameran temporer “Alunan Melodi Presiden” menampilkan tentang infografis musik kesukaan para Presiden Republik Indonesia, musik-musik populer di setiap masa jabatan Presiden, media pemutar musik atau lagu-lagu yang merepresentasikan masing-masing zaman, dan juga arsip terkait dengan perkembangan permusikan di tanah air.

Selain pameran temporer, ada pula Panggung Budaya menampilkan kegiatan seni pertunjukan, jamming session, dan penampilan musik. Adapula Tur Sejarah yang akan membawa peserta ke tempat-tempat bersejarah di Kabupaten Jombang. Dan juga terdapat Lokakarya dengan tema “Dinamika Musik Tradisional Jombang”, “Dinamika Musik Populer”, dan “Musik sebagai Objek Pemajuan Kebudayaan” .

Kegiatan ini merupakan bentuk kolaborasi Museum dan Cagar Budaya unit Museum Kepresidenan Republik Indonesia Balai Kirti bersama Arsip Nasional Republik Indonesia, Museum Musik Indonesia, dan Irama Nusantara. Adanya kolaborasi dengan berbagai pihak tersebut diharapkan dapat meningkatkan kerjasama dalam bidang kemitraan dan promosi museum. Melalui kegiatan Museum Keliling Koleksi Kepresidenan ini juga diharapkan dapat memberikan informasi yang menambah wawasan serta menambah kecintaan masyarakat terhadap kebudayaan Indonesia.

Selengkapnya
Merayakan Hari Pendidikan Nasional Lewat Program Museum Goes To School Berita
Merayakan Hari Pendidikan Nasional Lewat Program Museum Goes To School

(Bogor 3/5), Museum Kepresidenan RI Balai Kirti kembali menyapa pelajar Kota Bogor melalui program Museum Goes To School (MGTS). Kegiatan MGTS kali ini berlokasi di Sekolah Kesatuan Bogor. Acara MGTS terbagi dalam dua sesi. Sesi pertama berlangsung dari pukul  08.30 WIB sampai 10.30 WIBdengan peserta siswa-siswi SMP Kesatuan Bogor. Sedangkan untuk sesi kedua berlangsung dari pukul 10.30 sampai 12.30 dengan peserta siswa-siswi SMA Kesatuan Bogor.

Kegiatan Museum Goes To School (MGTS) diawali dengan sambutan dari pihak Sekolah Kesatuan Bogor, Bapak Riko bidang kesiswaan. Dalam sambutannya, Ia menyampaikan ucapan terima kasih atas kedatangan Museum Kepresidenan RI Balai Kirti. Selain itu, Ia berharap kedepannya bisa terjalin kerjasama program antara Museum Kepresidenan RI Balai Kirti dengan Sekolah Kesatuan Bogor. Inti acara dalam MGTS adalah diskusi interaktif yang dipantik Tampil Chandra N.G. (Pamong Budaya Ahli Muda), Erti Panestiati (Edukator), Yuni Astuti (Edukator), dan Kurniawan Ivan Prasetyo (Edukator).

Kegiatan Museum Goes To School (MGTS)  ini bertepatan dengan Hari Pendidikan Nasional. Pada Hari Pendidikan Nasional 2023, Kemdikbudristek mengusung tema “Bergerak Bersama Semarakan Merdeka Belajar”. Kebijakan Merdeka Belajar sendiri merupakan langkah untuk mentransformasi pendidikan demi terwujudnya sumber daya manusia (SDM) unggul Indonesia yang memiliki profil pelajar Pancasila. Kegiatan MGTS yang diinisiasi oleh Museum Kepresidenan RI Balai Kirti juga merupakan program kolaboratif yang mendukung terwujudnya Profil Pelajar Pancasila. Hal tersebut dilakukan dengan penanaman nilai-nilai sejarah perjuangan para presiden Republik Indonesia. Harapannya melalui program MGTS para siswa-siswi Sekolah Kesatuan Bogor dapat mengambil pelajaran tentang keteladanan sosok presiden Republik Indonesia yang dapat berguna dimasa yang akan datang.

Penulis: Kurniawan Ivan Prasetyo

Selengkapnya
Balai Kirti Datang Menyapa IBI Kesatuan Berita
Balai Kirti Datang Menyapa IBI Kesatuan

Bogor (27/4), Museum Kepresidenan RI Balai Kirti menyelenggarakan program Museum Goes To Campus (MGTC) di IBI Kesatuan Bogor. Program Museum Goes To Campus ini merupakan program pertama yang diselenggarakan pada tahun ini oleh Museum Kepresidenan RI Balai Kirti dengan tujuan untuk mengenalkan Museum Kepresidenan RI Balai Kirti, terutama terkiat jabatan dan jenjang karir di museum.

Acara Museum Goes To Campus diawali dengan sambutan dari Linda Siagian, M.A, selaku Kepala Unit Museum Kepresidenan RI Balai Kirti. Dalam sambutannya, Ia menyampaikan pentingnya kerja sama serta kemitraan antara museum dengan universitas. Hal tersebut tidak terlepas dari perkembangan zaman, di mana museum dituntut untuk adaptif serta kolaboratif dengan berbagai elemen. Sambutan selanjutnya disampaikan oleh Bambang Hengky R., S.PI., MM selaku Kaprodi Parawisata IBI Kesatuan Bogor. Dalam sambutan tersebut, Ia menyampaikan ucapan terimakasih atas kedatangan Museum Kepresidenan RI Balai Kirti, serta berharap agar kerja sama Kampus Merdeka Prodi Pariwisata IBI Kesatuan dengan Museum Kepresidenan RI Balai Kirti dapat terus berlanjut.

Inti acara dalam MGTC adalah diskusi interaktif yang dipantik oleh Kurniawan Ivan Prasetyo (Edukator) dan Enik Suryani Saptorini (Pamong Budaya Ahli Muda). Dalam sesi diskusi interaktif, pemantik diskusi memamparkan jabatan-jabatan yang ada di Museum Kepresidenan RI Balai Kirti serta potensi museum sebagai destinasi wisata (dalam hal ini wisata sejarah). Acara diskusi juga berlangsung aktif di mana banyak peserta yang bertanya. Agenda ini sangat penting bagi para mahasiwa/i, karena mereka tak sekadar belajar di dalam kelas, namun juga mendapat pengetahuan dari penyampaian secara langsung terkait pengelolaan museum dan potensi museum sebagai destinasi wisata ke depan. Selain itu kehadiran museum di institusi pendidikan seperti kampus dapat menanamkan nilai-nilai sejarah dan perjuangan bangsa untuk menuju masa depan yang cemerlang dengan nilai-nilai kejuangan.

Penulis: Kurniawan Ivan Prasetyo

Selengkapnya
Museum Kepresidenan RI Balai Kirti Hadir Kembali Menyapa Masyarakat melalui Museum Goes To School Berita
Museum Kepresidenan RI Balai Kirti Hadir Kembali Menyapa Masyarakat melalui Museum Goes To School

Bogor (13/3). Museum Kepresidenan RI Balai Kirti kembali menyapa masyarakat dalam kegiatan Museum Goes to School. Program ini merupakan salah satu media promosi dan sosialisasi Museum Kepresidenan RI Balai Kirti agar masyarakat dapat mengenal nilai-nilai perjuangan serta kemasyhuran Presiden Republik Indonesia. Pada kesempatan kali ini Museum Goes to School dilaksanakan di sekitar Kota Bogor, Jawa Barat.

Kegiatan ini diisi dengan pemaparan oleh tim edukator Museum Kepresidenan RI Balai Kirti mengenai isi dari museum. Tim edukator menyampaikan berbagai nilai perjuangan serta sejarah kemasyhuran dan pencapaian Presiden Republik Indonesia. Selain itu, tim edukator juga membawa beberapa koleksi dan replika dari Museum Kepresidenan RI Balai Kirti seperti replika Gelora Bung Karno dari Presiden Soekarno, infografis Keluarga Berencana program Presiden Soeharto, replika pesawat N250 buatan Presiden B.J. Habibie, replika barongsai yang menjadi simbol pluralisme Presiden Abdurrahman Wahid, infografis pemilu presiden langsung dari Presiden Megawati Soekarnoputri dan replika Helm Perdamaian Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Selain itu, tim edukator melaksanakan kuis dengan berbagai hadiah yang menarik untuk para peserta kegiatan Museum Goes to School.

Kegiatan ini menargetkan para pelajar dari tingkat SD dan SMA di Kota Bogor. Tahun ini Museum Goes to School dimulai dari SDN Kencana 2, Kota Bogor pada tanggal 28 Februari 2023. Kemudian kegiatan dilanjutkan ke SMKN 1 Bogor pada tanggal 2 Maret 2023 dan SMA YPHB Bogor pada 8 Maret 2023. Para peserta Museum Goes to School sangat antusias dalam mengikuti kegiatan ini.

Harapannya seluruh insan masyarakat khususnya pelajar dapat ikut meneladani nilai-nilai perjuangan Presiden Republik Indonesia serta menambah wawasan dengan berkunjung ke Museum Kepresidenan RI Balai Kirti.

Kini Museum Kepresidenan RI Balai Kirti telah membuka kunjungan langsung dengan syarat dan ketentuan yang dapat dibaca disini. Selain itu Museum Kepresidenan RI Balai Kirti juga melayani pemanduan daring yang dapat diakses disini.

Museum Kepresidenan RI Balai Kirti juga membuka kesempatan kerja sama program Museum Goes To School. Bagi Sahabat Balai Kirti yang berminat dapat mengirim pengajuan melalui email balaikirtimuseumkepresidenanri@gmail.com.

Ayo berkunjung ke Museum Kepresidenan RI Balai Kirti!

 

 

Penulis: Muhammad Yardo R.

 

Selengkapnya
Pameran Digdaya Wastra: Kekayaan Wastra Nusantara di Museum Kepresidenan RI Balai Kirti Berita
Pameran Digdaya Wastra: Kekayaan Wastra Nusantara di Museum Kepresidenan RI Balai Kirti

Museum Kepresidenan Republik Indonesia Balai Kirti sudah berdiri selama 8 tahun lamanya. Sejak disahkan pada tanggal 18 Oktober 2014, Museum Kepresidenan Republik Indonesia Balai Kirti sudah memberikan banyak sekali inspirasi dan juga nilai yang bisa dijadikan pelajaran dari wawasan kebangsaan dan kepresidenan. Sewindu Museum Kepresidenan Republik Indonesia Balai Kirti mengadakan pameran bertajuk Digdaya Wastra dan seminar Kekayaan Wastra Nusantara.

Digdaya Wastra merupakan pameran kain dengan mengkhususkan beberapa kriteria. Pameran ini diselenggarakan pada tanggal 31 Oktober sampai dengan 2 November 2022 di Museum Kepresidenan Republik Indonesia Balai Kirti. Pameran Digdaya Wastra ini diadakan bertujuan untuk mengenalkan koleksi yang menjadi unggulan museum yang berpartisipasi dan juga menjalankan visi dan misi museum sebagai sarana edutainment bagi masyarakat umum. Pameran Digdaya Wastra ini diikuti beberapa museum, yayasan serta penggiat wastra yaitu Museum Sonobudoyo Yogyakarta, Museum Tekstil Jakarta, Museum Batik Pekalongan, Museum Ranggawarsita Jawa Tengah, Museum Mpu Tantular Jawa Timur, Museum Sri Baduga Jawa Barat, Yayasan Afif Syukur Yogyakarta, Handayani Geulis Batik Bogor, Kampung Batik Cibuluh, dan Batik Pesisir Pekalongan. Pameran Digdaya Wastra ini dikuratori oleh Bapak Didi Budiarjo. Bapak Didi Budiarjo menilai dan juga mengedepankan 3 kriteria dalam pemilihan wastra yang ditampilkan, (1) wastra harus terkait dengan ketokohan, (2) memiliki nilai historis, dan (3) wastra tersebut merupakan koleksi unggulan dari para peserta yang ikut dalam pameran ini.

Pada tanggal 31 Oktober 2022, selain pameran, Museum Kepresidenan Republik Indonesia Balai Kirti juga mengadakan seminar dengan tajuk Kekayaan Wastra Nusantara. Seminar ini diisi dengan 3 narasumber yaitu Didi Budiardjo selaku kurator pameran, Ria Intani dari BRIN dan Benni Gratha sebagai konservator kain. Seminar ini juga menghadirkan keynote speaker Yane Ardian sebagai Ketua Deskranasda Kota Bogor. Seminar ini diharapkan bisa memberikan informasi penting terkait dengan wawasan dan juga menambah pengetahuan mengenai wastra nusantara.

Pameran dan seminar dimulai dengan sambutan dari Kepala Museum Kepresidenan RI Balai Kirti, Dra. Dewi Murwaningrum, M.Hum. Sambutan kedua dari Deputi Administrasi dan Pengelolaan Istana Sekretariat Negara Rika Kiswardani, S.IP., M.Pol.Adm. Sambutan ketiga dari Wakil Presiden RI ke-6 Jenderal TNI (Purn) Try Sutrisno, dan sambutan pembukaan pameran secara simbolik oleh Direktur Jenderal Kebudayaan, diwakili oleh Drs. Pustanto, M.M.

Museum Kepresidenan RI Balai Kirti menyelenggarakan berbagai acara menarik lainnya. Pada tanggal 1 November 2022 diselenggarakan Peluncuran film karya Museum Kepresidenan RI Balai Kirti. Pada acara ini akan ada lima film sekaligus yang akan diluncurkan oleh Museum Kepresidenan RI Balai Kirti. Film-film ini memiliki judul sebagai berikut:
Sewindu Balai Kirti
Petualangan di Balai Kirti
Semerbak Kopi Presiden
Mustikarasa Bung Karno
Memelihara Koleksi Untuk Generasi

Setelah diluncurkan film ini juga dapat ditonton melalui Kanal Budaya Indonesiana TV serta melalui channel youtube Museum Kepresidenan RI Balai Kirti. Di hari yang sama juga akan diselenggarakan talkshow menarik bertajuk Bincang-Bincang Sewindu Balai Kirti. Talkshow ini akan menghadirkan Bondan Kanumoyoso sebagai Sejarawan dari UI. Kemudian ada Adek Azhar yang merupakan sutradara film Sewindu Balai Kirti, serta Adjie Negara yang menjadi arsitek perancang gedung Museum Kepresidenan RI Balai Kirti. Bincang-bincang ini akan mengupas tuntas kilas balik sejarah awal berdirinya Museum Kepresidenan RI Balai Kirti.

Tidak hanya itu, pada tanggal 2 November 2022 Museum Kepresidenan RI Balai Kirti akan melaksanakan Workshop Membatik dengan melibatkan produsen batik asli Bogor yaitu Handayani Geulis Batik Bogor. Selain itu, akan ada Demo dan Workshop Pengetahuan Wastra dan cara menggunakan kain bersama Batik Pesisir Pekalongan H.Failasuf. Kedua acara menarik ini akan diselenggarakan secara daring dan luring serta melibatkan UMKM lokal Indonesia.

Selengkapnya
Bincang Buku “Tetes Cantingku di Kota Hujan” Berita
Bincang Buku “Tetes Cantingku di Kota Hujan”

Bogor (12/10) Handayani Geulis Batik Bogor melaksanakan “Bincang Buku Tetes Cantingku di Kota Hujan di Museum Kepresidenan RI Balai Kirti. Perhelatan ini diadakan dalam rangka hari Batik Nasional yang jatuh pada tanggal 2 Oktober, sekaligus peluncuran buku yang menceritakan tentang perkembangan Batik Bogor hasil karya Sri Ratna Handayani. Kepala Museum Kepresidenan RI Balai Kirti Dewi Murwaningrum menyambut baik terlaksananya acara ini di Hari Museum Indonesia yang jatuh pada tanggal 12 Oktober 2022, “kami senang dengan adanya acara seperti ini, berarti Balai Kirti lebih terbuka untuk masyarakat”, tuturnya.

Turut hadir dalam acara ini, Yane Ardian selaku Ketua Dekranasda Kota Bogor. Pada giat acara bincang buku ini, beliau mengutarakan bahwa wanita sebagai sosok yang berjuang memajukan bangsa Indonesia. Khususnya batik, perkembangan pengrajin batik di Kota Bogor sangat pesat, seperti Handayani Geulis Batik Bogor yang konsisten mengembangkan motif-motif Bogor yang memiliki filosofi. Sendy Dede Yusuf selaku Ketua Yayasan Batik Jawa Barat, dalam sambutannya mengatakan “Ketika saya melihat judul buku Tetes Cantingku di Kota Hujan, saya melihat konsistensi selama sepuluh tahun terakhir, bisa dilihat dari semua motif dan karyanya yang bercerita tentang Bogor. Saya berharap konsistensi ini bisa menjadi budaya di Jawa Barat” tuturnya.

Pada kesempatan ini Ratna Handayani menyampaikan pendapatnya bahwa ia senang bisa berbicara di sini sebagai pembatik atau seniman batik wanita, dan berterima kasih atas support keluarga dan tim Handayani Geulis Batik Bogor”, ujar Ratna Handayani. Ikut memeriahkan  acara  ini, Tari Batik & Tari Mojang dari Kagama Beksan Bogor, Pertunjukan Angklung oleh Komunitas Cinta Berkain Kota Bogor, serta Pertunjukan Pantomim oleh Lain Kata.

Agar masyarakat lebih tertarik dan mempunyai minat tinggi untuk berkunjung ke museum, diperlukan kegiatan yang melibatkan masyarakat. Oleh karena itu, di samping menginformasikan koleksi, museum juga dapat menjadi wadah sumber inspirasi bangsa. Untuk itu, sebagai garda terdepan dalam melindungi peradaban bangsa, museum harus dipahami sebagai ruang publik yang manfaatnya harus dapat dirasakan oleh seluruh masyarakat.

 

Salam sahabat museum

Museum dihatiku…

Selengkapnya
Museum Keliling Koleksi Kepresidenan “Alunan Melodi Presiden” Kegiatan
Pameran
Museum Keliling Koleksi Kepresidenan “Alunan Melodi Presiden”

Halo #SahabatBalaiKirti!🙌🏻

Menyambut Hari Ulang Tahun Museum Kepresidenan Republik Indonesia Balai Kirti ke-9, dengan penuh suka cita akan diselenggarakan Museum Keliling Koleksi Kepresidenan yang mengusung tema “Alunan Melodi Presiden”🎼

Museum Keliling Koleksi Kepresidenan “Alunan Melodi Presiden” di tahun ini memiliki rangkaian kegiatan yang menarik dan sayang sekali untuk dilewatkan oleh #SahabatBalaiKirti. Rangkaian kegiatan tersebut, yaitu:
1. Pameran Temporer
2. Panggung Budaya
3. Lokakarya
4. Tur Sejarah
5. Nonton Bareng di Museum
6. Pojok Ekspresi

Museum Keliling Koleksi Kepresidenan “Alunan Melodi Presiden” siap hadir menyapa #SahabatBalaiKirti pada:
🗓️ : 18 s.d 24 Oktober 2023
🏛️ : Museum Kepresidenan Republik Indonesia Balai Kirti, Kota Bogor, Jawa Barat dan Panggung Terbuka GOR Padjajaran, Kota Bogor

Hadirnya Museum Keliling Koleksi Kepresidenan “Alunan Melodi Presiden” tidak terlepas dari dukungan dan kerja sama dari para partisipan yaitu:

✨ Pemerintah Kota Bogor
✨ Pusat Studi Arsip Statis Kepresidenan – Arsip Nasional Republik Indonesia
✨ Biro Pers Media dan Informasi Sekretariat Presiden
✨ Istana Kepresidenan Bogor
✨ Yayasan Bung Karno
✨ Museum Purna Bhakti Pertiwi
✨ Wisma Habibie & Ainun
✨ Pojok Gusdur
✨ Irama Nusantara

Bagi #SahabatBalaiKirti yang penasaran, jangan lewatkan Museum Keliling Koleksi Kepresidenan “Alunan Melodi Presiden” hanya di Museum Kepresidenan Republik Indonesia Balai Kirti.

Kami tunggu kehadiran #SahabatBalaiKirt

Selengkapnya
Museum Keliling Koleksi Kepresidenan “Alunan Melodi Presiden” Kegiatan
Pameran
Museum Keliling Koleksi Kepresidenan “Alunan Melodi Presiden”

Dalam rangka merayakan bulan kemerdekaan, Museum Kepresidenan RI Balai Kirti menyelenggarakan Museum Keliling Koleksi Kepresidenan yang mengusung tema “Alunan Melodi Presiden”.

Museum Keliling Koleksi Kepresidenan akan terbagi menjadi beberapa rangkaian kegiatan, diantaranya:

1. Pameran Temporer

2. Panggung Budaya

3. Lokakarya

4. Tur Sejarah

5. Pojok Ekspresi

 

Kegiatan Museum Keliling Koleksi Kepresidenan dilaksanakan pada

🗓️ 21 Agustus – 27 Agustus 2023, 08.00 – 16.00

📍 Museum Islam Indonesia K.H. Hasyim Asy’ari, Jombang, Jawa Timur

Kegiatan ini dilaksanakan atas kerjasama beberapa partisipan, yaitu

1. Pusat Studi Arsip Statis Kepresidenan, Arsip Nasional Republik Indonesia

2. Museum Musik Indonesia

3. Yayasan Irama Nusantara

Bagi #SahabatBalaiKirti khususnya warga Jombang dan sekitarnya ayo ikuti keseruan setiap kegiatannya, jangan sampai ketinggalan ya!

Katalog pameran dapat diunduh melalui tautan berikut ini https://rb.gy/ecve9

#MuseumKeliling

#MuseumKepresidenanRIBalaiKirti

Selengkapnya
Pameran “Digdaya Wastra” Kegiatan
Pameran
Pameran “Digdaya Wastra”

Datang dan Saksikan Pameran

“Digdaya Wastra”

Tanggal 31 Oktober – 2 November 2022

Pukul 09.30 – 14.00 WIB

Tempat: Museum Kepresidenan RI Balai Kirti Bogor

Komplek Istana Kepresidenan Bogor, Jl. Ir. H. Juanda No.1 Kota Bogor

 

Narahubung:

0812 1151 1722

0812 1151 1822

Selengkapnya
Pameran Aroma Kopi @ Balai Kirti Kegiatan
Pameran
Pameran Aroma Kopi @ Balai Kirti

Datang dan Saksikan Pameran

“Aroma Kopi @ Balai Kirti”

Meracik Keberagaman Citarasa dan Aroma Kopi Indonesia

Tanggal 30 – 31 Agustus 2022

Pukul 10.00 – 15.00 WIB

Tempat: Museum Kepresidenan RI Balai Kirti Bogor

Komplek Istana Kepresidenan Bogor, Jl. Ir. H. Juanda No.1 Kota Bogor

 

Narahubung:

0812 1151 1722

0812 1151 1822

Selengkapnya
PAMERAN DIRGANTARA PEMERSATU NUSA DAN BANGSA Kegiatan
Pameran
PAMERAN DIRGANTARA PEMERSATU NUSA DAN BANGSA

Sahabat Balai Kirti..

Museum Kepresidenan RI Balai Kirti menyelenggarakan Pameran B.J. Habibie dengan Tema Dirgantara Pemersatu Nusa dan Bangsa. Pameran ini dilakukan secara Luring dan Daring  pada:

Tanggal 26 Oktober – 26 November 2021

Tempat di Galeri Kebangsaan Museum Kepresidenan RI Balai Kirti dan instagram @balaikirti

Untuk melihat link pameran, sahabat juga dapat melihat pada tautan link di bawah. Yuk saksikan, jangan sampai tertinggal yah…

 

Salam sahabat museum,

Museum dihatiku..

Selengkapnya
LOMBA CIPTA JINGLE MUSEUM KEPRESIDENAN RI BALAI KIRTI 2021 Kegiatan
Lomba
LOMBA CIPTA JINGLE MUSEUM KEPRESIDENAN RI BALAI KIRTI 2021

Museum merupakan jendela peradaban suatu masyarakat, pada tataran yang lebih luas museum dapat pula digunakan untuk mengenali kebudayaan suatu bangsa. Namun demikian masih ada anggapan yang keliru dari masyarakat terhadap museum. Masyarakat sering beranggapan museum hanya tempat menyimpan benda-benda kuno, museum hanya bicara masa lalu dan museum tidak mempunyai dinamika. Harus diakui, masyarakat masih belum merasakan manfaat dari kehadiran museum.

Beberapa tahun terakhir, Museum Kepresidenan Republik Indonesia Balai Kirti berusaha mengubah penilaian dan anggapan masyarakat tentang museum. Tidak lagi hanya berfokus pada pengelolaan koleksi namun Museum Kepresidenan Republik Indonesia Balai Kirti mulai menghadirkan berbagai program publik yang melibatkan partisipasi aktif dari masyarakat, salah satunya dalam bentuk lomba atau kompetisi.

Penyelenggaraan lomba jingle merupakan bagian dari publikasi dan promosi museum agar lebih dikenal oleh masyarakat. Jingle  akan menjadi gambaran dari  Museum Kepresidenan RI Balai Kirti dalam bentuk musik. Dengan lirik dan irama yang menarik, jika disosialisasikan secara terus menerus diharapkan jingle ini akan akrab di telinga dan pikiran masyarakat.

Maksud kegiatan Lomba Cipta Jingle Museum Kepresidenan RI Balai Kirti adalah untuk memperkenalkan Museum Kepresidenan RI Balai Kirti melalui musik serta suatu upaya edukasi kepada masyarakat luas sebagai bentuk tanggung jawab museum melalui promosi dalam mencerdaskan kehidupan bangsa.

Tujuan dari kegiatan ini adalah:

  1. Menguatkan identitas Museum Kepresidenan Republik Indonesia Bali Kirti;
  2. Menumbuhkan semangat kebersamaan dan sinergitas antara Museum Kepresidenan RI Balai Kirti dan masyarakat khususnya di bidang seni ;
  3. Menumbuhkan minat masyarakat dalam bermusik yang kreatif melalui jingle;
  4. Memberi ruang berkreasi bagi masyarakat di bidang seni;
  5. Sebagai sarana promosi, publikasi, dan sosialisasi Museum Kepresidenan RI Balai Kirti kepada masyarakat.
Selengkapnya
Penandatanganan Kontrak Kerja PPNPN di Lingkungan Museum Kepresidenan RI Balai Kirti Reformasi Birokrasi
Penandatanganan Kontrak Kerja PPNPN di Lingkungan Museum Kepresidenan RI Balai Kirti

Senin tanggal 10 Januari 2022, memasuki awal tahun 2022 bertempat di ruang rapat lantai 3 Museum Kepresidenan RI Balai Kirti diselenggarakan Penandatanganan Perjanjian Kontrak Kerja Pegawai Pemerintah Non Pegawai Negeri (PPNPN). Kegiatan ini dihadiri oleh Kepala Museum Kepresidenan RI Balai Kirti Ibu Dra. Dewi Murwaningrum, M.Hum., Kasubag Tata Usaha Neneng Kartiwi, S.S., dan seluruh Pegawai Pemerintah Non Pegawai Negeri (PPNPM) di lingkungan Museum Kepresidenan RI Balai Kirti.

Dalam arahannya Kepala Museum menyampaikan selama dalam kurun waktu satu tahun terakhir pekerjaan yang dilakukan teman-teman sudah teruji, sehingga untuk tahun 2022, semangat bekerja harus dipertahankan, jika perlu terus ditingkatkan. Pada kesempatan ini juga para Pegawai Pemerintah Non Pegawai Negeri (PPNPM) diberikan arahan terkait regulasi yang perlu dipahami sebagai pedoman bekerja di tahun 2022. Acara selanjutnya adalah penandatanganan kontrak kerja, dengan adanya penandatanganan ini diharapkan pegawai dapat meningkatkan kinerjanya ke depan.

Selengkapnya
Apel Pagi Senin Museum Kepresidenan RI Balai Kirti Reformasi Birokrasi
Apel Pagi Senin Museum Kepresidenan RI Balai Kirti

Bogor (17/01) Berdasarkan arahan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PANRB) yang mewajibkan kepada seluruh instansi pemerintah untuk melaksanakan apel pagi setiap hari senin secara rutin pada tahun 2022. Museum kepresidenan RI Balai Kirti sebagai institusi pemerintah di bawah Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, telah melaksanakan apel pagi setiap hari Senin, baik secara luring maupun daring.

Apel senin pagi, sebenarnya sudah dilakukan museum secara rutin sejak bulan Juli 2021, yang  diikuti oleh seluruh pegawai museum, mulai dari kepala museum, staff museum, hingga keamanan museum. Kegiatan ini rutin dilakukan guna meningkatkan rasa kebangsaan dan cinta tanah air. Selain itu juga, apel ini menjadi tempat komunikasi untuk menginformasikan program yang akan dilaksanakan museum.

Semoga dengan kegiatan ini seluruh pegawai di Museum Kepresidenan RI Balai Kirti dan instansi pemerintah secara umum dapat lebih meningkatkan rasa cinta tanah air dan menjadi lebih menghargai satu sama lainnya.

Selengkapnya
Mengembalikan Visi Kelautan sebagai Jati Diri Bangsa Reformasi Birokrasi
Mengembalikan Visi Kelautan sebagai Jati Diri Bangsa

Indonesia bukan pulau-pulau dikelilingi laut. Tetapi, laut yang ditaburi pulau-pulau” – AB Lapian

Beranjak dari pernyataan tersebut tidak dapat dipungkiri bahwa negara Indonesia disebut juga sebagai negara kepulauan atau Archipelago State. Archipelago state berasal dari Bahasa Yunani yang terdiri dari dua suku kata, Arche yang berarti utama dan Pelago yang artinya laut, jadi laut adalah yang utama. Atau dengan kata lain Archipelago State sendiri mempunyai arti negara yang terdiri dari banyak pulau, dimana laut, udara, dan daratan adalah satu kesatuan Nusantara.

Laut sebagai penghubung antar pulau tersebutlah yang menjadikan bangsa kita sebagai bangsa maritim dengan memanfaatkan laut selain sebagai jalur transportasi juga sebagai tempat untuk perdagangan. Julukan sebagai negara maritim tidak terlepas dari fakta sejarah yang terjadi pada masa lampau, dimana nenek moyang kita melakukan pelayaran untuk menjelajahi Samudera, salah satunya ialah para pelaut Bugis yang melakukan pelayaran dengan kapal tradisionalnya yang bernama pinisi menjelajahi Samudera Pasifik. Hal itu dibuktikan dengan penemuan peta pelayaran berdasarkan Kajian Le Roux yang ditemukan di perkampungan bajak laut di Santhel yang teletak di Teluk Sekana di Pulau Singkep tahun 1854. Dalam peta tersebut menggambarkan peta-peta wilayah di seluruh Nusantara, sebagian Asia Tenggara, Australia Utara, dan wilayah Cina yang mana dari nama-nama yang ada dalam peta inilah menunjukkan luasnya pengetahuan tentang daerah-daerah di Asia Tenggara, Pilipina Selatan, Australia Utara dan Cina. Peta itu juga menggambarkan rute dan tujuan pelayaran kapal-kapal Bugis sebelum petengahan abad ke-19.[1]

Jiwa kemaritiman mulai memudar tatkala kolonialisme dan imperialism mulai memasuki Nusantara. Kekayaan alam yang dianugerahkan Tuhan kepada tanah Nusantara telah memancing Pemerintah Belanda untuk menerapkan sistem Cultuur Stelsel atau yang biasa dikenal sebagai Tanam Paksa pada tahun 1833. Sistem ini mewajibkan setiap desa untuk menyisihkan sebagian tanahnya untuk ditanami tanaman tanaman yang hasilnya kemudian dijual ke Eropa. Rempah-rempah menjadi komoditi yang berharga bagi orang Eropa, selain sebagai bahan bumbu masakan untuk mengawetkan daging dan juga rempah-rempah juga menjadi bahan ramuan obat dan untuk memperkuat daya tahan tubuh yang sangat dibutuhkan bagi orang Eropa mengingat cuaca disana yang dingin.

Pergeseran pandangan dari laut menjadi darat mengubah jati diri bangsa Indonesia dari negara maritim menjadi negara agraris. Sejarah sebagai bangsa maritim tidak hanya dipandang sebagai sejarah kejayaan di masa lampau. Sudah sepatutnya laut yang kita miliki menjadi potensi dasar untuk memperkuat untuk negeri ini agar bisa menjadi bangsa yang maju baik dari segi politik, sosial, ekonomi, dan budaya yang disegani oleh bangsa lainnya di masa mendatang. (Wanti)

Selengkapnya
Rompi PMI Koleksi Museum
Jusuf Kalla
Rompi PMI
Selengkapnya
Kalkulator Koleksi Museum
Jusuf Kalla
Kalkulator
Selengkapnya
Tas Kerja Koleksi Museum
Jusuf Kalla
Tas Kerja
Selengkapnya
Sepatu Koleksi Museum
Jusuf Kalla
Sepatu
Selengkapnya
Celana Kerja Koleksi Museum
Jusuf Kalla
Celana Kerja
Selengkapnya
Kemeja Kerja Koleksi Museum
Jusuf Kalla
Kemeja Kerja
Selengkapnya
Google

Reviews

Tulis ulasanmu
rating
Logo

Dapatkan Informasi Terbaru

Informasi terkait seputar Berita, Kegiatan dan Artikel lainnya akan kami kirimkan ke email anda secara eksklusif.
preloader