Museum Kepresidenan Republik Indonesia - Balai Kirti

Patung Pengabdian Para Presiden - Republik Indonesia

Batu Prasasti Peresmian

Informasi Terbaru

Youtube Playlist

Museum Kepresidenan Republik Indonesia - Balai Kirti

Sri Sultan Hamengku Buwono IX Sang Penjaga Kedaulatan Artikel
Sri Sultan Hamengku Buwono IX Sang Penjaga Kedaulatan

 

 

Masa Revolusi Nasional merupakan babak penting dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia untuk mempertahankan kemerdekaan sekaligus menegakkan kedaualatan negara. Upaya mempertahankan kemerdekaan sekaligus menegakkan kedaualatan bangsa ditempuh melalui dua jalur, yakni jalur diplomasi dan jalur konfrontasi/pertempuran. Beberapa upaya diplomasi yang ditempuh oleh pemerintah Indonesia dan Belanda yakni Perundingan Linggarjati, Perundingan Renville, Perundingan Roem-Royen, hingga Konferensi Meja Bundar. Sedangkan perjuangan fisik yang dilakukan oleh bangsa Indonesia beberapa diantaranya adalah Pertempuran Surabaya, Pertempuran Bandung Lautan Api, Pertempuran Ambarawa, Pertempuran Medan Area, hingga Serangan Umum 1 Maret.

Serangan Umum 1 Maret merupakan titik balik bagi bangsa Indonesia dalam upaya mempertahankan kemerdekaan sekaligus menegakkan kedaulatan negara. Peristiwa Serangan Umum 1 Maret tidak dapat dilepaskan dari posisi Yogyakarta yang kala itu merupakan pusat pemerintahan sekaligus Ibu Kota Negara. Pada tanggal 19 Desember 1948, Belanda melancarkan Agresi Militer II dengan menyerang sekaligus menduduki Yogyakarta. Dampak dari agresi militer Belanda tersebut adalah dikuasainya sektor-sektor penting di Yogyakarta serta penangkapan Soekarno, Mohammad Hatta beserta para pejabat tinggi lain. Mereka selanjutnya diasingkan ke Sumatera.

Sebelum ditangkap dan selanjutnya diasingkan, Hatta sempat memimpin sidang kabinet darurat di Gedung Negara untuk mengambil langkah-langkah dalam menghadapi serangan tersebut. Keputusan paling penting dalam sidang kabinet tersebut adalah mengalihkan kekuasaan RI kepada Pemerintah Darurat Republik Indonesia (PDRI) yang dipimpin oleh Safruddin Prawiranegara dan berkedudukan di Bukittinggi, Sumatera Barat. Selain itu, keputusan penting dalam sidang kabinet adalah memerintahkan Menteri Pertahanan Sri Sultan Hamengku Buwono IX untuk menangani dan mengatasi masalah keamanan dan ketertiban di Ibu Kota.

Sri Sultan Hamengku Buwono IX, Raja Kasultanan Yogyakarta, memiliki kiprah yang penting dalam babak perjalanan revolusi Indonesia. Dukungan Sri Sultan Hamengkubuwono IX terhadap Republik Indonesia dimulai dengan dikeluarkannya Amanat 5 September 1945. Semasa pemerintahan dipusatkan di Yogyakarta, Sri Sultan Hamengkubuwono turut banyak memberi bantuan untuk menjalankan pemerintahan Republik Indonesia. Pada tanggal 12 dan 17 Januari 1949, Sri Sultan Hamengkubuwono IX mengecam tindakan agresi militer yang dilakukan oleh Belanda. Sri Sultan Hamengkubuwono bersama seluruh elemen masyarakat Yogyakarta selanjutnya memulai perlawanan.

Selama Agresi Militer Belanda II di Yogyakarta, TNI melalui Wehrkreise III telah melakukan serangan secara serentak sebanyak 4 (empat) kali. Serangan yang dilakukan oleh TNI terhadap pasukan Belanda dibantu oleh sejumlah elemen, mulai dari para Pon, Palang Merah Indonesia, hingga kurir informasi. Bantuan lain terhadap pejuang republik di Yogyakarta juga diberikan oleh Sri Sultan Hamengku Buwono IX. Selain itu, bantua berupa dana operasional bagi para pejuang diperoleh dari pemberian Letkol Soeharto sebesar 4.000 rupiah per hari serta bantuan dari para pedagang di Pasar Beringharjo dan pasar-pasar di Segoroyoso.

Pada awal bulan Februari 1949, Sri Sultan Hamengku Buwono IX mendengarkan berita radio BBC yang memberitakan bahwa masalah Indonesia akan dibicarakan dalam forum PBB pada bulan Maret 1949. Pasca mendengar siaran berita radio BBC, Sri Sultan Hamengku Buwono IX segera melakukan kontak dengan Jenderal Sudirman untuk melancarkan serangan umum terhadap Belanda di Yogyakarta. Setelah mendapatkan ijin dari Sudirman, Sri Sultan Hamengku Buwono IX segera menjalin kontak dengan Letkol Suharto selaku Komandan Wehrkreise III.

Sri Sultan Hamengku Buwono IX menjalin komunikasi dengan Letkol Soeharto secara sembunyi-sembunyi agar tidak diketahui oleh Belanda. Salah satu taktik yang digunakan oleh Soeharto agar pertemuannya dengan Sri Sultan Hamengku Buwono IX tidak diketahui oleh Belanda adalah mengubah dan mengatur rute perjalanan serta pakaian yang digunakan. Dalam pertemuan antara Sri Sultan Hamengku Buwono IX dengan Letkol Soeharto, disepakati bahwa waktu persiapan untuk melakukan serangan adalah dua minggu dan waktu pelaksanaan serangan adalah pada tanggal 1 Maret 1949.

Pada tanggal 1 Maret 1949 pukul 06.00 pagi setelah sirene tanda berakhirnya jam malam berbunyi, pasukan TNI menyerang Yogyakarta dari segala penjuru. Melalui serangan ini pasukan Indonesia berhasil menduduki Yogyakarta selama 6 jam. Serangan ini merupakan serangan terpadu dari berbagai macam kekuatan serta berbagai macam latar belakang dengan tujuan utama mempertahankan kemerdekaan serta menunjukkan eksistensi bangsa Indonesia terhadap dunia internasional. Serangan ini juga ditujukan untuk mematahkan propaganda Belanda bahwa Indonesia sudah tidak mempunyai wilayah dan pemerintahan. Terdapat fakta menarik sebelum pelaksanaan Serangan Umum 1 Maret, dimana sempat terjadi kesalahan dalam waktu penyerangan. Peleton Komarudin melakukan aksi penyerangan pada tanggal 28 Februari 1949. Kesalahan menentukan waktu serangan terjadi pula di daerah Giwangan Yogyakarta.

Dalam pelaksanaannya, Serangan Umum 1 Maret berhasil dan mampu membawa nama Indonesia menjadi perhatian dunia internasional. Pasukan Indonesia berhasil menduduki Yogyakarta selama 6 jam. Berita keberhasilan Serangan Umum 1 Maret selanjutnya disebarkan melalui siaran radio stasiun PHB AURI PC-2 Playen, Gunungkidul. Berita tersebut selanjutnya diteruskan ke Sumatera, New Delhi (India), hingga ke Washington (Amerika Serikat).

Pada tanggal 24 Juni 1948 Presiden Syafrudin Prawiranegara sebagai pemimpin PDRI memberikan mandat kepada Sri Sultan Hamengku Buwono IX yang menjabat sebagai Menteri pertahanan untuk memulihkan keamanan sebelum pemerintahan kembali di Yogyakarta. Tanggal 29 Juni 1949, pasukan Belanda meninggalkan Yogyakarta disusul pasukan TNI yang secara berangsur-angsur masuk ke Kota Yogyakarta. Oleh karena itu tanggal 29 Juni diperingati sebagai “Hari Yogya Kembali”. Setelah Yogyakarta dikuasai TNI di bawah kendali Sri Sultan Hamengku Buwono IX, presiden dan wakil presiden kembali ke Yogyakarta pada tanggal 6 Juli 1949.

Serangan Umum 1 Maret menjadi titik balik perundingan antara Indonesia dengan Belanda terkait kedaulatan Indonesia, mulai dari Perundingan Roem-Royen hingga Konferensi Meja Bundar. Pada tanggal 27 Desember 1949, dilakukan penyerahan kedaulatan Indonesia. Penyerahan Kedaulatan diterimakan Ratu Belanda kepada Muhammad Hatta dan selanjutnya diserahkan kepada Menteri Pertahanan Sri Sultan Hamengku Buwono IX.

Sebagai bentuk penghargaan atas upaya perjuangan mempertahakan kemerdekaan serta menegakkan kedaulatan negara, Presiden Joko Widodo mengeluarkan Keputusan Presiden Nomor 2 Tahun 2022 yang menetapkan tanggal 1 Maret sebagai Hari Penegakan Kedaulatan Negara.

 

Sumber:

Dinas Kebudayaan Daerah Istimewa Yogyakarta. Naskah Akademik Serangan Umum 1 Maret sebagai Hari Nasional Penegakan Kedaulatan Negara. Yogyakarta: Dinas Kebudayaan Daerah Istimewa Yogyakarta. 2022.

John Monfries. Raja di Negara Republik. Yogyakarta: Penerbit Biography. 2018.

 

Penulis: Kurniawan Ivan Prasetyo

Selengkapnya
Mengendalikan Kepadatan Penduduk Lewat Program “Dua Anak Cukup” Artikel
Mengendalikan Kepadatan Penduduk Lewat Program “Dua Anak Cukup”

Permasalahan seputar laju pertumbuhan penduduk di Indonesia sudah menjadi topik pembicaraan para dokter dan ahli sejak pemerintahan Presiden Sukarno. Hal tersebut dimulai dari dibentuknya Perkumpulan Keluarga Berencana pada tanggal 23 Desember 1957 di gedung Ikatan Dokter Indonesia. Perkumpulan Keluarga Berencana selanjutnya berganti nama menjadi Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) atau Indonesia Planned Parenthood Federation (IPPF).  PKBI memperjuangkan terwujudnya keluarga yang sejahtera melalui 3 macam usaha pelayanan yaitu mengatur kehamilan atau menjarangkan kehamilan, mengobati kemandulan serta memberi nasihat perkawinan.

Pasca peralihan kekuasaan dari Presiden Sukarno ke Presiden Soeharto, permasalahan seputar laju pertumbuhan penduduk mendapat perhatian serius dari pemerintah. Pada tahun 1967, PKBI selanjutnya diakui sebagai badan hukum oleh Departemen Kehakiman. Setahun kemudian, pemerintah membentuk Lembaga Keluarga Berencana Nasional (LKBN). Puncaknya, pada tahun 1970, melalui Keputusan Presiden No. 8 Tahun 1970 pemerintah membentuk Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) dengan dr. Suwardjo Suryaningrat sebagai kepalanya. Kedudukan BKKBN semakin diperkuat dengan dikeluarkannya Keputusan Presiden No. 33 Tahun 1972 dimana badan ini berubah menjadi Lembaga Pemerintah Non Departemen yang berkedudukan langsung dibawah Presiden.

Dalam menjalankan tugasnya melalui program Keluarga Berencana, pemerintah melalui BKKBN melakukan sejumlah pendekatan, mulai dari Clinical Approach, Beyond Family Planning, Pendekatan Kemasyarakatan, Pendekatan Koordinasi Aktif hingga Pendekatan Keluarga. Pada periode Pelita III (1979-1984) pemerintah mengembangkan strategi operasional yang baru yang disebut Panca Karya dan Catur Bhava Utama yang bertujuan mempertajam segmentasi sehingga diharapkan dapat mempercepat penurunan fertilitas. Pada periode ini muncul juga strategi baru yang memadukan KIE dan pelayanan kontrasepsi yang merupakan bentuk “Mass Campaign” yang dinamakan “Safari KB Senyum Terpadu”. Kemudian, pada tanggal 28 Januari 1987, pemerintah mencetuskan program KB Mandiri. Program KB Mandiri dipopulerkan dengan kampanye Lingkaran Biru (LIBI) yang bertujuan memperkenalkan tempat-tempat pelayanan dengan logo Lingkaran Biru KB.

Pelaksanaan program KB yang dijalankan oleh pemerintah bertujuan untuk  mewujudkan keluarga kecil yang sejahtera melalui penundaan usia perkawinan, penjarangan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga dan peningkatan kesejahteraan keluarga. Dalam perkembangan selanjutnya, program KB mendapat keberhasilan yang cukup signifikan. Hal tersebut dibuktikan dengan laju pertumbuhan pendudukan yang mengalami penurunan. Tahun 1960-an laju pertumbuhan penduduk 2,32 % turun menjadi 2,10% tahun 1970-an dan 1,97% pada 1980-an.

Selain menggunakan pendekatan dan program yang telah dirumuskan oleh pemerintah, strategi kampanye yang dijalankan oleh pemerintah juga menjadi salah satu faktor keberhasilan program Keluarga Berencana. Kampanye yang digunakan adalah dengan menyebarkan slogan-slogan “Demi Kesehatan Anda Jalankanlah Keluarga Berencana”, ”Hidup tanpa KB Berarti Hidup tanpa Masa Depan”, atau “Dua Anak Cukup, Laki-laki atau Perempuan Sama Saja” di setiap sudut jalan. Selain itu, kampanye KB juga digaungkan melalui panggung hiburan dan seni, seperti Gambang Kromong yang dipopulerkan Benyamin S dan Ida Royani, Mars Keluarga Berencana karya Muchtar Embut yang setiap hari diputar di RRI dan TVRI, hingga film berjudul Desa di Kaki Bukit diproduksi oleh PT Sri Agung Utama Film dan disutradari oleh Asrul Sani. Tak ketinggalan kampanye KB melalui pecahan uang Rp 5.00.

Keberhasilan program KB pemerintah selanjutnya mendapat penghargaan dari dunia internasional. Seoharto mendapat mendapat penghargaan “Global Statement Award” dari Population Institute, Amerika Serikat pada tahun 1988. Perlu diketahui bahwa penghargaan yang kemudian diberi nama “Soeharto Award” ini pertama kali diterima oleh Presiden Zimbabwe. Jadi Soeharto adalah orang kedua yang menerima penghargaan bernilai prestise tersebut. Satu tahun kemudian, tepatnya di tahun 1989, atas keberhasilan Program KB di Indonesia, Soeharto menerima penghargaan tertinggi di bidang kependudukan dan KB berupa “United Nations Population Award” dari Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB). Penghargaan ini langsung diberikan oleh Sekjen PBB Javier Perez de Cuellar di Markas Besar PBB di New York, Amerika Serikat

 

Sumber:

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia (2014). Presiden Republik Indonesia 1945-2014. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.

https://www.bkkbn.go.id/pages-sejarah-bkkbn-2012044806-352#:~:text=Organisasi%20keluarga%20berencana%20dimulai%20dari,Planned%20Parenthood%20Federation%20(IPPF). Diakses pada tanggal 13 Oktober 2022.

https://tirto.id/sejarah-kb-dan-ide-dua-anak-cukup-dari-era-sukarno-sampai-soeharto-ecJj. Diakses pada tanggal 13 Oktober 2022.

Penulis: Kurniawan Ivan Prasetyo

Selengkapnya
Palu Godam Soekarno dalam Membasmi Korupsi Artikel
Palu Godam Soekarno dalam Membasmi Korupsi

Pasca diproklamirkan sebagai sebuah negara merdeka, Indonesia harus dihadapkan dengan sejumlah permasalahan. Permasalahan tersebut meliputi kekerasan tribal, ketimpangan sosial, ageri militer Belanda, hingga praktik penyelewengan kekuasaan (korupsi). Permasalahan korupsi sebenarnya bukan fenomena baru dalam kehidupan sosial budaya masyarakat dan kenegaraan. Fenomena korupsi telah berlangsung sejak beberapa abad silam, bahkan mungkin semenjak awal kehidupan umat manusia modern yang telah mengenal sistem pembagian tugas dalam sebuah komunitas.

Sebagai fenomena penyimpangan sosial, korupsi telah masuk ke dalam kehidupan masyarakat serta kenegaraan di seluruh negara, baik negara maju maupun negara berkembang, tak terkecuali Indonesia. Di Indonesia, pemahaman mengenai perkembangan praktik korupsi dapat ditinjau dari segi historis dan budaya. Dari segi historis, dapat terlihat bagaimana praktik korupsi bergerak secara dinamis, mulai dari praktinya di setiap zaman yang tentunya diikuti oleh tindakan pencegahan sekaligus pemberantasannya. Sedangkan pemahaman praktik korupsi di Indonesia ditinjau dari segi budaya masa kerajaan di Nusantara, dengan birokrasi patrimonialnya, dan tetap dirawat bahkan ketika Indonesia sudah memproklamirkan diri sebagai negara merdeka. Sistem birokrasi patrimonial di Jawa tidak mengenal adanya pemisahan antara kepemilikan pribadi dengan kepemilikan negara. Sistem birokrasi patrimonial juga tetap terlihat dalam budaya politik Indonesia pasca kemerdekaan.

Pada masa pemerintahan Presiden Soekarno, praktik penyimpangan korupsi mendapat perhatian serius dari berbagai elemen masyarakat. Bahkan Soekarno melalui pidatonya yang berjudul “Penemuan Kembali Revolusi Kita” mengutuk keras tindak penyimpangan korupsi. Soekarno, pada kesempatan yang sama, juga memperkenalkan sebuah badan baru yang bertugas mengawasi kegiatan aparatur negara, bernama Badan Pengawas Kegiatan Aparatur Negara (Bapekan). Bapekan dibentuk melalui Peraturan Presiden No. 1 Tahun 1959.

Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 1 Tahun 1959, Bapekan mempunyai tugas untuk melakukan pengawasan dan penelitian terhadap kegiatan aparatur negara, serta pengurusan dan pengaduan seputar laporan terkait penyimpangan yang diduga melibatkan aparatur negara. Sedangkan untuk wewenang sendiri Bapekan mampu memberikan pertimbangan kepada Presiden mengenai sesuatu yang menghambat daya guna serta kewibawaan negara. Badan tersebut diketuai oleh Sri Sultan HB IX. Kedudukan ketua Bapekan setara dengan seorang menteri serta masuk dalam golongan F ruang VII. Sedangkan untuk anggota Bapekan sendiri antara lain: Samadikoen, Semaun, Arnold Mononutu, dan Letkol Soedirgo. Penunjukan Sri Sultan HB IX sebagai ketua tidak terlepas dari kiprah politiknya yang terkenal tegas dan bersih.

Dalam perkembangannya, Bapekan telah menerima 912 pengaduan dari masyarakat. Dari jumlah laporan pengaduan tersebut, Bapekan mampu menyelesaikan 402 pengaduan. Sebuah capaian yang cukup mentereng dari sebuah lembaga anti rasuah yang baru terbentuk. Hal tersebut tentu tidak terlepas dari sikap responsif para pengurus serta pimpinan Bapekan dalam menindaklanjuti laporan masyarakat.

Selain Bapekan, Presiden Soekarno selanjutnya membentuk Panitia Retooling Aparatur Negara atau Paran dengan ketua A.H. Nasution serta beranggotakan Muhammad Yamin dan Roeslan Abdulghani. Bentuk kegiatan Paran dalam pemberantasan korupsi yakni dengan melakukan Operasi Budhi. Selama melaksanakan tugas, Operasi Budhi mampu menangkap seorang perwira TNI Angkatan Laut, yakni Kolonel Pringadi. Ia divonis bersalah karena terbukti melakukan kejahatan pelanggaran hukum dengan menggelapkan/menyalahgunakan keuangan yang berada dalam penguasaan jabatannya meliputi jumlah Rp. 14 Juta. Selain itu Paran juga mampu menguak kasus korupsi yang terjadi di Pertamina serta perusahaan-perusahaan negara yang tentunya merugikan keuangan negara.

Pada masa pemerintahan Presiden Soekarno juga terdapat beberapa aturan hukum yang dibentuk untuk menindak praktik penyimpangan korupsi. Aturan hukum pertama adalah Peraturan Penguasa Militer Nomor PRT/PM/06/1957. Peraturan Penguasa Militer Nomor PRT/PM/06/1957 adalah peraturan terkait upaya pemberantasan korupsi yang dikeluarkan oleh A.H Nasution selaku Kepala Staf Angkatan Darat dan sekaligus Penguasa Militer pada tanggal 9 April 1957. Aturan Peraturan Penguasa Militer terkait upaya pemberantasan korupsi selanjutnya mengalami perkembangan setelah dikeluarkannya Peraturan No. PRT/PM/08/1957. Peraturan tersebut berisi tentang pembentukan badan yang berwenang mewakili negara untuk menggugat secara perdata orang-orang yang dituduh melakukan berbagai bentuk perbuatan korupsi yang bersifat keperdataan.

Aturan hukum selanjutnya adalah Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perppu) No 24 tahun 1960. Perppu tersebut ditetapkan oleh Pejabat Presiden Republik Indonesia, Djuanda. Perppu No 24 tahun 1960 merupakan respon pemerintah terhadap tuntutan masyarakat terkait regulasi kebijakan anti korupsi. Perbedaan paling mendasar antara Perppu No 24 tahun 1960 dengan Peraturan Penguasa Militer No 06 tahun 1957 adalah tentang wewenang seorang Jaksa. Wewenang Jaksa dalam melakukan pengusutan serta penuntutan.

Upaya pemberantasan korupsi pada masa pemerintahan Presiden Soekarno harus dihadapkan dengan sejumlah hambatan. Mulai dari penegakan hukum yang tidak sesuai hingga benturan dengan kepentingan politik. Namun apa yang telah dilakukan pada masa pemerintahan Presiden Soekarno merupakan langkah progresif dalam pemberantasan korupsi di negeri yang terbilang masih berusia “piyik”.

 

Penulis: Kurniawan Ivan Prasetyo

Selengkapnya
Semerbak Kopi Nusantara:  Tradisi, Gaya Hidup, dan Peluang Kopi Indonesia di Kacah Dunia Artikel
Semerbak Kopi Nusantara: Tradisi, Gaya Hidup, dan Peluang Kopi Indonesia di Kacah Dunia

Kopi saat ini sudah sangat popular di Indonesia. Bahkan semerbak aromanya  banyak disukai oleh semua kalangan termasuk presiden. Berbicara kopi, perjalanan sejarahnya cukup Panjang, mulai dari pembudidayaan, kini kopi menjadi sebuah tradisi di masyarakat. Pada seminar “Semerbak Kopi Nusantara” di Museum Kepresidenan RI Balai Kirti tanggal 31 Agustus 2022, Andreas Maryoto mengatakan bahwa kopi sebenarnya sudah ada sejak masa lalu, ini terlihat dari syair yang  ada di daerah-daerah seperti aceh dan sebagian wilayah sumatera. Namun secara tertulis bukti ini tidak terlalu kuat dan masih harus ditelusuri Kembali. Dibandingkan dengan data yang dimiliki oleh Belanda, sejarah budidaya kopi sudah tercatat dengan Rapi dan valid”.

Kopi dan Tradisi

Tradisi ngopi secara umum sudah terbentuk dalam keseharian di masyarakat. ini dapat terlihat dari kopi kerap dijadikan minuman pembuka sebelum dilakukannya ritual keagamaan. Sedangkan silang budaya ngopi, nampak terlihat dari muncul pelbagai warung, kedai, dan cafe. Fenomena ngopi ini pun disikapi dari pelbagai sisi, positif dan negatif. Di beberapa daerah nongkrong ditempat kopi disikapi secara positif, karena dengan ngopi mereka dapat berbagi pengetahuan dan pengalaman. Sedangkan di daerah lain ngopi dipandang sebagai sesuatu yang negatif, seperti tempat membuang-buang waktu.

Saat ini tradisi ngopi terus berkembang, tidak hanya sebagai tempat ngobrol, melainkan menjalar dalam urusan bisnis dan politik. Stigma ngopi kini sudah mulai beralih, bukan lagi sebagai tempat membuang-buang waktu, tetapi dengan ngopi banyak hal yang dapat dilakukan. Tradisi ngopi sering dilakukan oleh para presiden untuk berdiplomasi. Ir. Sukarno misalnya, dalam jamuan kenegaraan, beliau acap kali menggunakan kopi sebagai sarana berdiplomasi. Menurut Ervina Chandra, kebiasaan ngopi tidak perna lepas dari kegiatan Istana. Bahkan sejak era Presiden Soeharto, istana mempunyai langganan toko kopi di daerah Pasar Cikini, di mana proses sanggrai dan penggilingan biji kopi masih menggunakan peralatan tradisional tahun 1925, sehingga pada saat proses penghalusan biji kopi akan tercium aroma yang sangat harum.

Selanjutnya pada masa B.J. Habibie dan Abdurahman Wahid (Gus Dur) penyajian kopi di Istana masih dilakukan dengan pola yang lama, di mana para pramusaji melayani presiden sesuai permintaan. Biasanya beliau menyukai kopi tubruk hitam atau kopi ditambah susu Carnation. Penyajian kopi terus berlanjut ke masa Megawati Soekarnoputri, menurut Ervina “Bu Mega lebih suka dengan kopi susu”, pada saat itu dikenal dengan merk Indocafe “Coffemix”. Begitu pula pada era Susilo Bambang Yudhoyono, di mana selain kopi hitam beliau lebih suka kopi merk Nescafe Gold dicampur dengan creamer.

Proses penyajian kopi disesuaikan dengan permintaan, kemudian tim istana meracik sesuai takaran. Sedangkan untuk Penyajian kopi pada acara besar, pihak Istana biasanya menyiapkan kopi hitam dalam cangkir dengan gula dan creamer terpisah. Kopi sering disajikan pada saat audiensi tamu-tamu yang akan menghadap Presiden, sidang kabinet/rapat Terbatas, state dinner/working luncheon, coffee Morning, dan pada moment tertentu atau acara santai lainnya.

Tren Perkembangan Kopi Indonesia

Bebicara tren kopi saat ini, menurut Tuti H. Mochtar dapat dirunut dari belakang sebelum tahun 2000, ketika membutuhkan kopi, kita harus ke pasar. Dahulu wadah kopi berbentuk seperti kaleng kerupuk. Di dalam kaleng itu terdapat kopi yang sudah dihaluskan dan di sana sudah ada harganya. Sedangkan kemasannya masih menggunakan kemasan plastik atau kertas coklat. Kemudian trend maju ke era di mana kopi sudah mulai tersedia dalam bentuk kemasan, kemasan itu dimulai dari nescafe, dan produk lokal pertama “kapal api”. Kemudian era selanjutnya sekitar tahun 2003 masuk coffee shop dari luar. Sebenarnya café-café atau coffee shop sudah ada sebelumnya di mall-mall, namun imagenya masih café untuk “bapak-bapak” meeting. Setelah coffee shop luar muncul ditahun 2003, mulai dikenal coffee shop, dan diikuti specialty. Kemudian kopi sudah mulai dijual di café dan kemasannya sudah mulai berkembang bentuk dan kopinya.

Menurut Tuti H. Mochtar, tren ini terus berkembang hingga sekarang, dan prediksinya bertahan hingga 2-3 tahun kedepan, karena pada dasarnya generasi ‘X’, ‘Y’, dan ‘Z’ jika kita lihat secara statistik lebih banyak mendominiasi di coffee shop. Pada generasi ‘X’, ‘Y’, dan ‘Z’, mereka lebih suka kopi yang tidak terlalu pekat. Artinya jika tidak meminum yang exspresso, mereka pilihannya adalah capucino atau ice capucino. Dan tren saat ini lebih ke arah ice kopi susu atau dahulu disebut ice capucino. Saat ini kopi Indonesia sudah banyak dijual di café-café, bahkan barista sudah bangga menyebut nama kopi Indonesia.

Adila Amalia Irvan (Puteri Kopi Indonesia 2019), mengatakan Indonesia memiliki keragaman komoditi industri yang luar biasa, termasuk kopi. Pasar kopi Indonesia sangat luas mulai dari aceh hingga papua, sehingga dibutuhkan promosi yang lebih untuk mengembangkannya. Pada masa lalu menurut Andreas Maryoto, ada kesadaran dari beberapa anak muda, terutama yang telah selesai studi diluar negeri, memandang kopi Indonesia sangat bagus. Namun perjalanan mereka mengembangkan kopi  Indonesia tidak mudah, karena ketika mereka mencari kopi ke pelbagai daerah, mereka berbenturan dengan petani yang diikat oleh perusahaan komoditi internasional, sehingga semua kopi yang dihasilkan banyak diekspor keluar negeri.

Peluang Kopi Indonesia di Masa Kini

Peluang kopi Indonesia di dunia sangat besar. Bebicara peluang, kopi Indonesia sudah sangat digemari oleh masyarakat di Jerman dan Amerika. Tantangannya adalah mengapa kopi Indonesia lebih mahal. Menurut Tuti H. Mochtar, jika dilihat dengan lahan pertaniannya, Brazil sedikit lebih banyak dibandingkan Indonesia. Bahkan lahan pertanian kopi terbentang hampir diseluruh wilayah di Brazil, dan Indonesia lahan pertanian lebih banyak berada dilereng. Di tiga tahun terakhir ini, produksi kopi Brazil menurun karena anomali cuaca. Akhirnya menyebabkan para pemain besar beralih mengambil kopi Indonesia.

Pemain kopi besar dunia jika sudah bermain, mereka beli kopi ke petani masih berupa bunga, mereka datang ke perkebunan sudah membawa uang tunai dengan harga yang cukup tinggi. Jadi untuk pembeli Indonesia di perkebunan kopi sudah tidak dapat diterima karena semua sudah dibeli” tutur Tuti H. Mochtar.

Semua kopi dibawa pedagang besar keluar negeri. Namun tidak semua kopi diekspor, karena masih ada beberapa kopi yang bagus tertinggal. Karena kopi tidak banyak, sesuai hukum ekonomi permintaan banyak dan barang sedikit, maka yang terjadi adalah harga tinggi. Begitupula dengan yang diluar, karena mereka terikat kontrak dengan perusahaan kopi besar sisa untuk retailnya sedikit otomatis harganya juga tinggi. Jadi ini sebenarnya pekerjaan rumah bagi kita semua, untuk meningkatkan produktivitas tanaman kopi di Indonesia agar dapat bersaing di kancah internasional. Selain meningkatkan produksi kopi, saat ini yang harus digencarkan adalah promosi kopinya. Indonesia banyak memiliki komoditi perkebunan yang cukup banyak, ada kopi, teh, dan kakao. Oleh karena itu, dengan banyaknya aneka komoditi yang dimiliki, Indonesia dapat menjadi pengeksport hasil perkebunan dunia terbesar. Jika ini benar, maka industry hulu, yaitu petani akan merasakankan dampaknya secara ekonomi.

 

Penulis: Arie Januar

Foto     : Dok. Museum Kepresidenan RI

Selengkapnya
Jejak Masa Kecil dan Pendidikan Mohammad Hatta Artikel
Jejak Masa Kecil dan Pendidikan Mohammad Hatta

Mohammad Hatta merupakan wakil presiden pertama Republik Indonesia yang mempunyai andil besar dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia. Mohammad Hatta lahir pada tanggal 12 Agustus 1902 di Kampung Aur Tajungkang, Bukittinggi. Nama Mohammad Hatta berasal dari Muhammad Athar yang diambil dari nama lengkap seorang tokoh Muslim, yaitu (Ahmad Ibn) Muhammad (Ibn Abd Al-Karim Ibn) Ata-Ilah Al-Sakandari, pengarang kitab Al-Hikmah. Hatta merupakan anak kedua dari pasangan Haji Muhammad Djamil dan Siti Salehah. Ia memiliki seorang kakak perempuan yang bernama Rafiah.

Ayah dan ibu Muhammad Hatta berasal dari keluarga yang terpandang serta memiliki latar belakang yang berbeda. Keluarga besar ayah Hatta sebagain besar adalah ulama. Kakek Hatta, Syaikh Abdurrahman adalah seorang ulama besar, pemilik surau dan pengasuh tarikat Naqsabandiyah di Batu Hampar, Payakumbuh. Sedangkan keluarga besar ibu Hatta adalah seorang pedagang. Ilyas gelar Bagindo Marah, yang biasa Hatta panggil dengan nama Pak Gaek. Pak Gaek adalah seorang pedagang besar, sampai ke Sawahlunto dan Lubuk Sikaping. Pak Gaek juga memiliki kontrak usaha jasa pos dari pemerintahan kolonial. Perbedaan latar belakang keluarga besar tersebut dalam perkembangannya turut serta membentuk karakter Hatta yang religius, disiplin, taat, serta mempunyai jiwa usaha yang tinggi.

Sebagai seorang yang dilahirkan dari keluarga yang terpandang, Hatta dapat memperoleh akses pendidikan yang baik. Hatta mengawali pendidikan dasar di sekolah swasta serta sekolah rakyat di Bukittinggi. Baru berjalan tiga tahun, Hatta selanjutnya dipindahkan ke Europese lagere School atau ELS (sekolah untuk orang kulit putih) di Bukittinggi. Dan tidak berselang lama, Hatta pindah ke ELS Padang. Setelah menyelesaikan pendidikan di ELS Padang, tepatnya pada tahun 1916, Hatta melanjutkan pendidikan ke Meer Uitgebreid Lager Orderwijs atau MULO (sekolah setingkat SMP) di Padang. Pada tahun 1919, Hatta menyelesaikan pendidikannya di MULO dan pergi ke Batavia untuk menempuh pendidikan di HBS. Tahun 1921, Hatta menuntaskan studinya di HBS dengan hasil sangat baik.

Semasa menempuh jenjang pendidikan di Sumatera maupun di Batavia, Hatta telah aktif dalam organisasi pergerakan. Ia bergabung dengan Jong Sumatranen Bond, dan menjabat sebagai bendahara. Hatta juga mempunyai hobi bermain sepak bola dan aktif dalam klub sepak bolah di sekolahnya. Pasca lulus dari HBS, Hatta melanjutkan pendidikan tinggi di Nederland Handelshogeschool atau yang saat ini dikenal sebagai Erasmus Universiteit. Ia berhasil melanjutkan studi karena mendapat beasiswa dari Yayasan Van Deventer. Ketika menjadi mahasiswa di Nederland Handelshogeschool, Hatta aktif dalam organisasi Indische Vereeniging (yang selanjutnya berganti nama menjadi Perhimpunan Indonesia). Mohammad Hatta selanjutnya menyelesaikan pendidikannya di Belanda pada tahun 1932. Pasca selesai dari menempuh pendidikan tinggi di Belanda, Mohammad Hatta kembali ke Indonesia dan melanjutkan perjuangan melawan kolonialisme dan imperialisme pemerintah Hindia Belanda.

Penulis: Kurniawan Ivan Prasetyo

Selengkapnya
Sejarah Hari Kebangkitan Teknologi Nasional Artikel
Sejarah Hari Kebangkitan Teknologi Nasional

Hari kebangkitan teknologi nasional atau biasa disebut Hakteknas diperingati setiap tanggal 10 Agustus. Secara historis, penetapan Hakteknas merujuk pada keberhasilan IPTN dalam melaksanakan terbang perdana (first flight) pesawat N250 Gatotkaca pada tanggal 10 Agustus 1995. Atas keberhasilan first flight tersebut, beberapa organisasi kemasyarakatan, antara lain dari Persatuan Islam dan Persatuan Insinyur Indonesia hingga Komisi X DPR RI mengusulkan kepada pemerintah agar 10 Agustus dicanangkan sebagai Hari Kebangkitan Teknologi Nasional. Pemerintah selanjutnya mengeluarkan Keputusan Presiden RI nomor 71 tahun 1995 yang menetapkan tanggal 10 Agustus sebagai Hari Kebangkitan Teknologi Nasional.

Upaya peluncuran pesawat karya putera-puteri Indonesia menjadi bagian penting dalam sejarah perkembangan teknologi dan kedirgantaraan Indonesia. Pada tahun 1983, Industri Pesawat Terbang Nurtanio (IPTN) meluncurkan CN-235. Pesawat CN-235 diberi nama “Tetuko” yang tidak lain merupakan nama kecil dari Gatotkaca ketika masih ditempa di Kawah Candradimuka. Pembuatan pesawat CN-235 awalnya merupakan kerja sama antara IPTN dengan perusahaan pesawat terbang Spanyol Construcciones Aeronautica SA atau CASA (Airbus Defence and Space) dengan skala 50:50 untuk permodalan, produksi, dan pemasaran. Keunggulan lain dari pesawat buatan dalam negeri ini juga dirancang untuk bisa lepas landas dan mendarat di landasan pendek.

Pasca keberhasilan dalam pembuatan pesawat CN-235, IPTN kembali mengembangkan sebuah rancangan pesawat baru. IPTN mulai membuat rancang bangun dan memproduksi sendiri model pesawat terbang baru dengan teknologi mutakhir. Untuk mencapai tahapan ini, Habibie pada 1989 mempersiapkan program N-230, yang akhirnya disempurnakan menjadi program N250 pada tahun 1992. Inilah program yang menghasilkan pesawat terbang model N250 bermesin 2 turboprop GMA-2500 yang mampu mengangkut 50 penumpang. Pesawat N250 memiliki kecepatan maksimal 610 km/jam serta memiliki ketinggian jelajah 25.000 kaki (7.629 meter) serta daya jelajah 1.480 km.

Pesawat N250 selanjutnya diterbangkan untuk pertama kali pada tanggal10 Agustus 1995. Pada penerbangan petama N250, Presiden Soeharto, Ibu Tien Soeharto, Wakil Presiden Try Sutrisno, dan Ibu Tuti Try Sutrisno turut serta menyaksikan first flight N250. Pesawat N250 juga merupakan hadiah bagi HUT Kemerdekaan Indonesia ke-50. Penetapan Hakteknas dapat dimaknai sebagai upaya meningkatkan semangat kreativitas dan inovasi teknologi untuk kemajuan bangka di bidang iptek.

Penulis: Kurniawan Ivan Prasetyo

Selengkapnya
Museum Kepresidenan RI Balai Kirti Hadir Kembali Menyapa Masyarakat melalui Museum Goes To School Berita
Museum Kepresidenan RI Balai Kirti Hadir Kembali Menyapa Masyarakat melalui Museum Goes To School

Bogor (13/3). Museum Kepresidenan RI Balai Kirti kembali menyapa masyarakat dalam kegiatan Museum Goes to School. Program ini merupakan salah satu media promosi dan sosialisasi Museum Kepresidenan RI Balai Kirti agar masyarakat dapat mengenal nilai-nilai perjuangan serta kemasyhuran Presiden Republik Indonesia. Pada kesempatan kali ini Museum Goes to School dilaksanakan di sekitar Kota Bogor, Jawa Barat.

Kegiatan ini diisi dengan pemaparan oleh tim edukator Museum Kepresidenan RI Balai Kirti mengenai isi dari museum. Tim edukator menyampaikan berbagai nilai perjuangan serta sejarah kemasyhuran dan pencapaian Presiden Republik Indonesia. Selain itu, tim edukator juga membawa beberapa koleksi dan replika dari Museum Kepresidenan RI Balai Kirti seperti replika Gelora Bung Karno dari Presiden Soekarno, infografis Keluarga Berencana program Presiden Soeharto, replika pesawat N250 buatan Presiden B.J. Habibie, replika barongsai yang menjadi simbol pluralisme Presiden Abdurrahman Wahid, infografis pemilu presiden langsung dari Presiden Megawati Soekarnoputri dan replika Helm Perdamaian Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Selain itu, tim edukator melaksanakan kuis dengan berbagai hadiah yang menarik untuk para peserta kegiatan Museum Goes to School.

Kegiatan ini menargetkan para pelajar dari tingkat SD dan SMA di Kota Bogor. Tahun ini Museum Goes to School dimulai dari SDN Kencana 2, Kota Bogor pada tanggal 28 Februari 2023. Kemudian kegiatan dilanjutkan ke SMKN 1 Bogor pada tanggal 2 Maret 2023 dan SMA YPHB Bogor pada 8 Maret 2023. Para peserta Museum Goes to School sangat antusias dalam mengikuti kegiatan ini.

Harapannya seluruh insan masyarakat khususnya pelajar dapat ikut meneladani nilai-nilai perjuangan Presiden Republik Indonesia serta menambah wawasan dengan berkunjung ke Museum Kepresidenan RI Balai Kirti.

Kini Museum Kepresidenan RI Balai Kirti telah membuka kunjungan langsung dengan syarat dan ketentuan yang dapat dibaca disini. Selain itu Museum Kepresidenan RI Balai Kirti juga melayani pemanduan daring yang dapat diakses disini.

Museum Kepresidenan RI Balai Kirti juga membuka kesempatan kerja sama program Museum Goes To School. Bagi Sahabat Balai Kirti yang berminat dapat mengirim pengajuan melalui email balaikirtimuseumkepresidenanri@gmail.com.

Ayo berkunjung ke Museum Kepresidenan RI Balai Kirti!

 

 

Penulis: Muhammad Yardo R.

 

Selengkapnya
Pameran Digdaya Wastra: Kekayaan Wastra Nusantara di Museum Kepresidenan RI Balai Kirti Berita
Pameran Digdaya Wastra: Kekayaan Wastra Nusantara di Museum Kepresidenan RI Balai Kirti

Museum Kepresidenan Republik Indonesia Balai Kirti sudah berdiri selama 8 tahun lamanya. Sejak disahkan pada tanggal 18 Oktober 2014, Museum Kepresidenan Republik Indonesia Balai Kirti sudah memberikan banyak sekali inspirasi dan juga nilai yang bisa dijadikan pelajaran dari wawasan kebangsaan dan kepresidenan. Sewindu Museum Kepresidenan Republik Indonesia Balai Kirti mengadakan pameran bertajuk Digdaya Wastra dan seminar Kekayaan Wastra Nusantara.

Digdaya Wastra merupakan pameran kain dengan mengkhususkan beberapa kriteria. Pameran ini diselenggarakan pada tanggal 31 Oktober sampai dengan 2 November 2022 di Museum Kepresidenan Republik Indonesia Balai Kirti. Pameran Digdaya Wastra ini diadakan bertujuan untuk mengenalkan koleksi yang menjadi unggulan museum yang berpartisipasi dan juga menjalankan visi dan misi museum sebagai sarana edutainment bagi masyarakat umum. Pameran Digdaya Wastra ini diikuti beberapa museum, yayasan serta penggiat wastra yaitu Museum Sonobudoyo Yogyakarta, Museum Tekstil Jakarta, Museum Batik Pekalongan, Museum Ranggawarsita Jawa Tengah, Museum Mpu Tantular Jawa Timur, Museum Sri Baduga Jawa Barat, Yayasan Afif Syukur Yogyakarta, Handayani Geulis Batik Bogor, Kampung Batik Cibuluh, dan Batik Pesisir Pekalongan. Pameran Digdaya Wastra ini dikuratori oleh Bapak Didi Budiarjo. Bapak Didi Budiarjo menilai dan juga mengedepankan 3 kriteria dalam pemilihan wastra yang ditampilkan, (1) wastra harus terkait dengan ketokohan, (2) memiliki nilai historis, dan (3) wastra tersebut merupakan koleksi unggulan dari para peserta yang ikut dalam pameran ini.

Pada tanggal 31 Oktober 2022, selain pameran, Museum Kepresidenan Republik Indonesia Balai Kirti juga mengadakan seminar dengan tajuk Kekayaan Wastra Nusantara. Seminar ini diisi dengan 3 narasumber yaitu Didi Budiardjo selaku kurator pameran, Ria Intani dari BRIN dan Benni Gratha sebagai konservator kain. Seminar ini juga menghadirkan keynote speaker Yane Ardian sebagai Ketua Deskranasda Kota Bogor. Seminar ini diharapkan bisa memberikan informasi penting terkait dengan wawasan dan juga menambah pengetahuan mengenai wastra nusantara.

Pameran dan seminar dimulai dengan sambutan dari Kepala Museum Kepresidenan RI Balai Kirti, Dra. Dewi Murwaningrum, M.Hum. Sambutan kedua dari Deputi Administrasi dan Pengelolaan Istana Sekretariat Negara Rika Kiswardani, S.IP., M.Pol.Adm. Sambutan ketiga dari Wakil Presiden RI ke-6 Jenderal TNI (Purn) Try Sutrisno, dan sambutan pembukaan pameran secara simbolik oleh Direktur Jenderal Kebudayaan, diwakili oleh Drs. Pustanto, M.M.

Museum Kepresidenan RI Balai Kirti menyelenggarakan berbagai acara menarik lainnya. Pada tanggal 1 November 2022 diselenggarakan Peluncuran film karya Museum Kepresidenan RI Balai Kirti. Pada acara ini akan ada lima film sekaligus yang akan diluncurkan oleh Museum Kepresidenan RI Balai Kirti. Film-film ini memiliki judul sebagai berikut:
Sewindu Balai Kirti
Petualangan di Balai Kirti
Semerbak Kopi Presiden
Mustikarasa Bung Karno
Memelihara Koleksi Untuk Generasi

Setelah diluncurkan film ini juga dapat ditonton melalui Kanal Budaya Indonesiana TV serta melalui channel youtube Museum Kepresidenan RI Balai Kirti. Di hari yang sama juga akan diselenggarakan talkshow menarik bertajuk Bincang-Bincang Sewindu Balai Kirti. Talkshow ini akan menghadirkan Bondan Kanumoyoso sebagai Sejarawan dari UI. Kemudian ada Adek Azhar yang merupakan sutradara film Sewindu Balai Kirti, serta Adjie Negara yang menjadi arsitek perancang gedung Museum Kepresidenan RI Balai Kirti. Bincang-bincang ini akan mengupas tuntas kilas balik sejarah awal berdirinya Museum Kepresidenan RI Balai Kirti.

Tidak hanya itu, pada tanggal 2 November 2022 Museum Kepresidenan RI Balai Kirti akan melaksanakan Workshop Membatik dengan melibatkan produsen batik asli Bogor yaitu Handayani Geulis Batik Bogor. Selain itu, akan ada Demo dan Workshop Pengetahuan Wastra dan cara menggunakan kain bersama Batik Pesisir Pekalongan H.Failasuf. Kedua acara menarik ini akan diselenggarakan secara daring dan luring serta melibatkan UMKM lokal Indonesia.

Selengkapnya
Bincang Buku “Tetes Cantingku di Kota Hujan” Berita
Bincang Buku “Tetes Cantingku di Kota Hujan”

Bogor (12/10) Handayani Geulis Batik Bogor melaksanakan “Bincang Buku Tetes Cantingku di Kota Hujan di Museum Kepresidenan RI Balai Kirti. Perhelatan ini diadakan dalam rangka hari Batik Nasional yang jatuh pada tanggal 2 Oktober, sekaligus peluncuran buku yang menceritakan tentang perkembangan Batik Bogor hasil karya Sri Ratna Handayani. Kepala Museum Kepresidenan RI Balai Kirti Dewi Murwaningrum menyambut baik terlaksananya acara ini di Hari Museum Indonesia yang jatuh pada tanggal 12 Oktober 2022, “kami senang dengan adanya acara seperti ini, berarti Balai Kirti lebih terbuka untuk masyarakat”, tuturnya.

Turut hadir dalam acara ini, Yane Ardian selaku Ketua Dekranasda Kota Bogor. Pada giat acara bincang buku ini, beliau mengutarakan bahwa wanita sebagai sosok yang berjuang memajukan bangsa Indonesia. Khususnya batik, perkembangan pengrajin batik di Kota Bogor sangat pesat, seperti Handayani Geulis Batik Bogor yang konsisten mengembangkan motif-motif Bogor yang memiliki filosofi. Sendy Dede Yusuf selaku Ketua Yayasan Batik Jawa Barat, dalam sambutannya mengatakan “Ketika saya melihat judul buku Tetes Cantingku di Kota Hujan, saya melihat konsistensi selama sepuluh tahun terakhir, bisa dilihat dari semua motif dan karyanya yang bercerita tentang Bogor. Saya berharap konsistensi ini bisa menjadi budaya di Jawa Barat” tuturnya.

Pada kesempatan ini Ratna Handayani menyampaikan pendapatnya bahwa ia senang bisa berbicara di sini sebagai pembatik atau seniman batik wanita, dan berterima kasih atas support keluarga dan tim Handayani Geulis Batik Bogor”, ujar Ratna Handayani. Ikut memeriahkan  acara  ini, Tari Batik & Tari Mojang dari Kagama Beksan Bogor, Pertunjukan Angklung oleh Komunitas Cinta Berkain Kota Bogor, serta Pertunjukan Pantomim oleh Lain Kata.

Agar masyarakat lebih tertarik dan mempunyai minat tinggi untuk berkunjung ke museum, diperlukan kegiatan yang melibatkan masyarakat. Oleh karena itu, di samping menginformasikan koleksi, museum juga dapat menjadi wadah sumber inspirasi bangsa. Untuk itu, sebagai garda terdepan dalam melindungi peradaban bangsa, museum harus dipahami sebagai ruang publik yang manfaatnya harus dapat dirasakan oleh seluruh masyarakat.

 

Salam sahabat museum

Museum dihatiku…

Selengkapnya
Publikasi Museum Kepresidenan RI Balai Kirti di KAI Commuter Jabodetabek Berita
Publikasi Museum Kepresidenan RI Balai Kirti di KAI Commuter Jabodetabek

Bogor (11/10) Dalam rangka meramaikan semarak bulan Oktober 2022, sekaligus merayakan ulang tahun Museum Indonesia dan ulang tahun Museum Kepresidenan RI Balai Kirti ke-8, maka tahun ini Museum Kepresidenan RI Balai Kirti berinovasi dengan melakukan kerjasama dengan PT. KAI Commuter Jabodetabek untuk melakukan publikasi museum di rangkaian KRL. Hal ini dilakukan untuk memperkenalkan dan menginformasikan museum kepada masyarakat khususnya pengguna jasa transportasi kereta.

Semoga dengan kegiatan publikasi museum ini dapat bermanfaat dan menjadi referensi tentang informasi kepresidenan di Indonesia. Jika #SahabatBalaiKirti sudah melihatnya secara langsung di dalam Kereta Rel Listrik (KRL) Commuterline Jabodetabek dapat update dan tandai di media sosial kami ya..

#PublikasiKRL
#MuseumKepresidenanRIBalaiKirti
#RamahTanpaPamrih
#SalamSahabatMuseum
#MuseumdiHati💕

Selengkapnya
Silawapres Episode #3 “Umar Wirahadikusumah: Dari Sumedang Untuk Indonesia” Berita
Silawapres Episode #3 “Umar Wirahadikusumah: Dari Sumedang Untuk Indonesia”

Bogor (30/9), Museum Kepresidenan RI Balai Kirti menyelenggarakan Silawapres Episode 3 dengan mengusung tema “Umar Wirahadikusumah: Dari Sumedang Untuk Indonesia”.  Silawapres adalah kegiatan webinar series yang mengupas mengenai sisi lain dari masing-masing Wakil Presiden yang pernah menjabat di Republik Indonesia. Webinar kali ini akan membahas mengenai Jenderal TNI (Purn) Umar Wirahadikusumah sebagai sosok wakil presiden sekaligus putra daerah Sumedang yang dapat menjadi inspirasi bagi generasi muda. Acara tersebut menghadirkan dua narasumber, yakni Prof. Djoko Marihandono, S.S., M.Si. (Dosen Universitas Indonesia) dan H. Agus Wahidin, S.Pd., M.Si . (Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Sumedang).

Silawapres Episode 3 dibuka oleh Ibu Dewi Murwaningrum, M.Hum selaku Kepala Museum Kepresidenan RI Balai Kirti. Sambutan pengantar juga disampaikan oleh Bapak Dr. H. Dony Ahmad Munir, S.T., M.M selaku Bupati Sumedang. Selain itu, Ibu Shanti Umar Wirahadikusumah yang merupakan puteri kedua Umar Wirahadikusumah juga memberikan sambutan untuk memantik acara webinar tersebut.

Webinar Silawapres Episode 3 mengupas sisi lain dari Wakil Presiden keempat Republik Indonesia yaitu Umar Wirahadikusumah. Dimulai dengan pemaparan dari Bapak Agus Wahidin mengenai masa kecil dan masa remaja Umar Wirahadikusumah. Selain itu, beliau juga menjelaskan mengenai nilai teladan yang dapat diambil dari Umar Wirahadikusumah khususnya bagi warga masyarakat Sumedang dan Indonesia.  Webinar dilanjutkan dengan pemaparan Prof. Djoko Marihandono mengenai peranan Umar Wirahadikusumah ketika beliau aktif di militer dan Ketua Badan Pemeriksa Keuangan. Prof. Djoko Marihandono juga menjelaskan sisi lain Umar Wirahadikusumah ketika menjabat sebagai Wakil Presiden, salah satunya kesuksesan Indonesia dalam meraih Swasembada Pangan. Acara dilanjutkan dengan sesi tanya jawab dan ditutup dengan kesimpulan.

Harapannya acara silawapres ini dapat memberikan wawasan kepada masyarakat mengenai Wakil Presiden keempat Republik Indonesia Umar Wirahadikusumah dan dapat menjadi inspirasi dan teladan bagi seluruh masyarakat Sumedang maupun bagi seluruh Indonesia.

 

“Buah Gedang Buah Duren

Sumedang Keren

Penulis: Muhammad Yardo R., S.Pd

Sumber Foto: Dok. Museum Kepresidenan RI Balai Kirti

Selengkapnya
Info Kegiatan : Pameran Dan Seminar Aroma Kopi @balaikirti Berita
Info Kegiatan : Pameran Dan Seminar Aroma Kopi @balaikirti

Dalam rangka memeriahkan peringatan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia ke-77 tahun, Museum Kepresidenan RI Balai Kirti menyelenggarakan pameran kopi yang mengusung tema “Aroma Kopi @ Balai Kirti” pada tanggal 30-31 Agustus 2022. Pameran yang diselenggarakan oleh Museum Kepresidenan RI Balai Kirti bekerjasama dengan sejumlah pihak, antara lain: Museum Tanah dan Pertanian Bogor, Museum Nasional Sejarah Alam Indonesia, Dinas Pariwisata Provinsi Lampung, Dinas Pendidikan Kota Bogor, Kopi Kacamata Bogor, Kopi Bajaj, Jakarta Coffee Learning, Irawan Halim-R.E.D Systema, Suji Premium Handcrafted, Teh Tirta Ayu Jawa Timur, Puslitkoka, serta seniman pelukis kopi. Rangkaian acara dalam pameran kopi terdiri dari lomba manual fun brewing, demo dan workshop menyeduh kopi yang tepat, live music, penampilan tari dari SMPN 7 Kota Bogor, demo latte art, lukis dan sketsa menggunakan kopi, hingga seminar dan talkshow.

 

Talkshow diselenggarakan sebanyak dua kali, dimana talkshow pertama mengusung tema “Kopi Sebagai Gaya Hidup” sedangkan untuk talkshow kedua mengususng tema “Sejarah Kopi Indonesia”. Talkshow pada tanggal 30 Agustus 2022 menghadirkan tiga narasumber, yakni Erwin Wicaksono (Kepala Istana Kepresidenan Bogor), Puti Guntur Soekarno (perwakilan keluarga Presiden), dan Daroe Handojo (Juragan Noozkav Kopi Indonesia CQI-Arabica Grader), yang didampingi oleh M. Ryan Ramadhan (Duta Kopi Indonesia 2018) serta Rana Saphiera Putri (Duta Kopi Indonesia 2020). Selain talkshow, terdapat seminar yang dilaksanakan pada tanggal 31 Agustus 2022, mengusung tema “Semerbak Kopi Nusantara” yang menghadirkan empat narasumber, yakni Andreas Maryoto (Jurnalis Senior Kompas), Tuti Hasanah Mochtar (Board Of Trustee SCAI), Ervina Chandra (Purna Kepala Bagian Jamuan Istana Kepresidenan Jakarta), dan Adila Amalia Irvan (Finalis Puteri Indonesia 2022). Acara seminar dibuka oleh Restu Gunawan selaku Direktur Pengembangan dan Pemanfaatan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi.

 

Dalam acara pameran kopi yang diselenggarakan oleh Museum Kepresidenan RI Balai Kirti juga terdapat infografis mengenai sejarah budaya kopi di dunia serta galeri foto presiden dan kopi. Dalam galeri foto presiden dan kopi terdapat informasi seputar kebiasaan “ngopi” para presiden, mulai Soekarno, Soeharto, B.J. Habibie, Gus Dur, Megawati Soekarnoputri, hingga Susilo Bambang Yudhoyono.

 

Pameran kopi yang bertajuk “Aroma Kopi @ Balai Kirti” ini sesuai dengan program kerja Museum Kepresidenan Republik Indonesia Balai Kirti terkait dengan peningkatan partisipasi masyarakat dalam optimalisasi peran museum sebagai sarana penelitian, pendidikan dan hiburan. Hal ini sejalan dengan fungsi Museum Kepresidenan Republik Indonesia Balai Kirti sebagai wahana rekreasi dan edukasi untuk memperoleh informasi dari sajian memorabilia serta visual dari para Presiden Indonesia, sehingga pengunjung bisa menghayati, mengapresiasi, dan meneladani jejak langkah serta prestasi yang telah dicapai oleh masing-masing Presiden Republik Indonesia selama masa baktinya. Adapun tujuan kegiatan ini adalah untuk mendukung Indonesia tema kemerdekaan tahun ini agar “Pulih Lebih Cepat Bangkit Lebih Kuat” sekaligus meningkatkan ide kreatifitas yang dapat bermanfaat bagi para pelaku maupun pegiat kopi serta para pelaku maupun pegiat seni budaya di negeri ini.

 

 

Bogor, 30 Agustus 2022

Museum Kepresidenan RI Balai Kirti

Direktorat Jenderal Kebudayaan

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

 

Laman: museumkepresidenan.id

Twitter: twitter.com/MuspresRI

Instagram: instagram.com/balaikirti

Facebook: facebook.com/Balai kirti

Youtube: Museum Kepresidenan RI Balai Kirti

Selengkapnya
Pameran “Digdaya Wastra” Kegiatan
Pameran
Pameran “Digdaya Wastra”

Datang dan Saksikan Pameran

“Digdaya Wastra”

Tanggal 31 Oktober – 2 November 2022

Pukul 09.30 – 14.00 WIB

Tempat: Museum Kepresidenan RI Balai Kirti Bogor

Komplek Istana Kepresidenan Bogor, Jl. Ir. H. Juanda No.1 Kota Bogor

 

Narahubung:

0812 1151 1722

0812 1151 1822

Selengkapnya
Pameran Aroma Kopi @ Balai Kirti Kegiatan
Pameran
Pameran Aroma Kopi @ Balai Kirti

Datang dan Saksikan Pameran

“Aroma Kopi @ Balai Kirti”

Meracik Keberagaman Citarasa dan Aroma Kopi Indonesia

Tanggal 30 – 31 Agustus 2022

Pukul 10.00 – 15.00 WIB

Tempat: Museum Kepresidenan RI Balai Kirti Bogor

Komplek Istana Kepresidenan Bogor, Jl. Ir. H. Juanda No.1 Kota Bogor

 

Narahubung:

0812 1151 1722

0812 1151 1822

Selengkapnya
PAMERAN DIRGANTARA PEMERSATU NUSA DAN BANGSA Kegiatan
Pameran
PAMERAN DIRGANTARA PEMERSATU NUSA DAN BANGSA

Sahabat Balai Kirti..

Museum Kepresidenan RI Balai Kirti menyelenggarakan Pameran B.J. Habibie dengan Tema Dirgantara Pemersatu Nusa dan Bangsa. Pameran ini dilakukan secara Luring dan Daring  pada:

Tanggal 26 Oktober – 26 November 2021

Tempat di Galeri Kebangsaan Museum Kepresidenan RI Balai Kirti dan instagram @balaikirti

Untuk melihat link pameran, sahabat juga dapat melihat pada tautan link di bawah. Yuk saksikan, jangan sampai tertinggal yah…

 

Salam sahabat museum,

Museum dihatiku..

Selengkapnya
LOMBA CIPTA JINGLE MUSEUM KEPRESIDENAN RI BALAI KIRTI 2021 Kegiatan
Lomba
LOMBA CIPTA JINGLE MUSEUM KEPRESIDENAN RI BALAI KIRTI 2021

Museum merupakan jendela peradaban suatu masyarakat, pada tataran yang lebih luas museum dapat pula digunakan untuk mengenali kebudayaan suatu bangsa. Namun demikian masih ada anggapan yang keliru dari masyarakat terhadap museum. Masyarakat sering beranggapan museum hanya tempat menyimpan benda-benda kuno, museum hanya bicara masa lalu dan museum tidak mempunyai dinamika. Harus diakui, masyarakat masih belum merasakan manfaat dari kehadiran museum.

Beberapa tahun terakhir, Museum Kepresidenan Republik Indonesia Balai Kirti berusaha mengubah penilaian dan anggapan masyarakat tentang museum. Tidak lagi hanya berfokus pada pengelolaan koleksi namun Museum Kepresidenan Republik Indonesia Balai Kirti mulai menghadirkan berbagai program publik yang melibatkan partisipasi aktif dari masyarakat, salah satunya dalam bentuk lomba atau kompetisi.

Penyelenggaraan lomba jingle merupakan bagian dari publikasi dan promosi museum agar lebih dikenal oleh masyarakat. Jingle  akan menjadi gambaran dari  Museum Kepresidenan RI Balai Kirti dalam bentuk musik. Dengan lirik dan irama yang menarik, jika disosialisasikan secara terus menerus diharapkan jingle ini akan akrab di telinga dan pikiran masyarakat.

Maksud kegiatan Lomba Cipta Jingle Museum Kepresidenan RI Balai Kirti adalah untuk memperkenalkan Museum Kepresidenan RI Balai Kirti melalui musik serta suatu upaya edukasi kepada masyarakat luas sebagai bentuk tanggung jawab museum melalui promosi dalam mencerdaskan kehidupan bangsa.

Tujuan dari kegiatan ini adalah:

  1. Menguatkan identitas Museum Kepresidenan Republik Indonesia Bali Kirti;
  2. Menumbuhkan semangat kebersamaan dan sinergitas antara Museum Kepresidenan RI Balai Kirti dan masyarakat khususnya di bidang seni ;
  3. Menumbuhkan minat masyarakat dalam bermusik yang kreatif melalui jingle;
  4. Memberi ruang berkreasi bagi masyarakat di bidang seni;
  5. Sebagai sarana promosi, publikasi, dan sosialisasi Museum Kepresidenan RI Balai Kirti kepada masyarakat.
Selengkapnya
PAMERAN: “Incognito Pak Harto” (Perjalanan Diam-Diam Seorang Presiden Menemui Rakyatnya) Kegiatan
Pameran
PAMERAN: “Incognito Pak Harto” (Perjalanan Diam-Diam Seorang Presiden Menemui Rakyatnya)

Bogor (01/07) Setiap pemimpin negara memiliki cara berbeda guna memahami kondisi rakyat yang dipimpinnya. Demikian dengan Soeharto, Presiden RI kedua ini kerap melakukan perjalanan “Incognito” untuk membaca keadaan masyarakat dari dekat.

Incognito adalah perjalanan secara diam-diam yang dilakukan oleh Presiden atau pemimpin negara untuk mengetahui keadaan rakyat. Perjalanan ini biasanya dilakukan tanpa aturan protokoler yang ketat. Bagi seorang pemimpin, kesempatan langsung berjumpa dengan rakyat adalah sebagai pengingat akan amanah yang dititipkan dari rakyat untuk sang pemimpin. Momen-momen peristiwa yang tergambar dalam pameran ini menunjukkan bagaimana kedekatan Presiden Soeharto semasa menjabat dengan rakyatnya. Pengalaman, peristiwa unik dan mengharukan melingkupi saat perjumpaan pemimpin dengan rakyatnya.

Museum Kepresidenan RI Balai Kirti mempersembahkan “Pameran Virtual Incognito Pak Harto” yang akan diselenggarakan pada 22 Juni – 22 Juli 2021 melalui media sosial Museum Kepresidenan RI Balai Kirti. Pameran ini dilaksanakan berkat kerjasama dengan Museum Purna Bhakti Pertiwi dan Komunitas Jelajah Budaya. Pameran dapat disaksikan melalui media sosial Museum Kepresidenan RI Balai Kirti (Instagram, Facebook, Youtube, Twitter, dan laman Website Museum).

(Museum Kepresidenan RI – Balai Kirti)

Selengkapnya
Pameran Daring Bung Karno dan Buku-Bukunya Kegiatan
Pameran
Pameran Daring Bung Karno dan Buku-Bukunya

Pameran ini menyediakan 20 buku yang bisa dilihat secara digital. Buku-buku tersebut sebagian besar berbahasa Belanda, Inggris, Perancis, dan Jerman. Buku-buku yang dipamerkan memiliki sejarah masing-masing. Buku tersebut adalah koleksi pribadi Bung Karno yang diberikan oleh tokoh-tokoh yang juga merupakan sahabat beliau.

Selengkapnya
Penandatanganan Kontrak Kerja PPNPN di Lingkungan Museum Kepresidenan RI Balai Kirti Reformasi Birokrasi
Penandatanganan Kontrak Kerja PPNPN di Lingkungan Museum Kepresidenan RI Balai Kirti

Senin tanggal 10 Januari 2022, memasuki awal tahun 2022 bertempat di ruang rapat lantai 3 Museum Kepresidenan RI Balai Kirti diselenggarakan Penandatanganan Perjanjian Kontrak Kerja Pegawai Pemerintah Non Pegawai Negeri (PPNPN). Kegiatan ini dihadiri oleh Kepala Museum Kepresidenan RI Balai Kirti Ibu Dra. Dewi Murwaningrum, M.Hum., Kasubag Tata Usaha Neneng Kartiwi, S.S., dan seluruh Pegawai Pemerintah Non Pegawai Negeri (PPNPM) di lingkungan Museum Kepresidenan RI Balai Kirti.

Dalam arahannya Kepala Museum menyampaikan selama dalam kurun waktu satu tahun terakhir pekerjaan yang dilakukan teman-teman sudah teruji, sehingga untuk tahun 2022, semangat bekerja harus dipertahankan, jika perlu terus ditingkatkan. Pada kesempatan ini juga para Pegawai Pemerintah Non Pegawai Negeri (PPNPM) diberikan arahan terkait regulasi yang perlu dipahami sebagai pedoman bekerja di tahun 2022. Acara selanjutnya adalah penandatanganan kontrak kerja, dengan adanya penandatanganan ini diharapkan pegawai dapat meningkatkan kinerjanya ke depan.

Selengkapnya
Apel Pagi Senin Museum Kepresidenan RI Balai Kirti Reformasi Birokrasi
Apel Pagi Senin Museum Kepresidenan RI Balai Kirti

Bogor (17/01) Berdasarkan arahan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PANRB) yang mewajibkan kepada seluruh instansi pemerintah untuk melaksanakan apel pagi setiap hari senin secara rutin pada tahun 2022. Museum kepresidenan RI Balai Kirti sebagai institusi pemerintah di bawah Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, telah melaksanakan apel pagi setiap hari Senin, baik secara luring maupun daring.

Apel senin pagi, sebenarnya sudah dilakukan museum secara rutin sejak bulan Juli 2021, yang  diikuti oleh seluruh pegawai museum, mulai dari kepala museum, staff museum, hingga keamanan museum. Kegiatan ini rutin dilakukan guna meningkatkan rasa kebangsaan dan cinta tanah air. Selain itu juga, apel ini menjadi tempat komunikasi untuk menginformasikan program yang akan dilaksanakan museum.

Semoga dengan kegiatan ini seluruh pegawai di Museum Kepresidenan RI Balai Kirti dan instansi pemerintah secara umum dapat lebih meningkatkan rasa cinta tanah air dan menjadi lebih menghargai satu sama lainnya.

Selengkapnya
Mengembalikan Visi Kelautan sebagai Jati Diri Bangsa Reformasi Birokrasi
Mengembalikan Visi Kelautan sebagai Jati Diri Bangsa

Indonesia bukan pulau-pulau dikelilingi laut. Tetapi, laut yang ditaburi pulau-pulau” – AB Lapian

Beranjak dari pernyataan tersebut tidak dapat dipungkiri bahwa negara Indonesia disebut juga sebagai negara kepulauan atau Archipelago State. Archipelago state berasal dari Bahasa Yunani yang terdiri dari dua suku kata, Arche yang berarti utama dan Pelago yang artinya laut, jadi laut adalah yang utama. Atau dengan kata lain Archipelago State sendiri mempunyai arti negara yang terdiri dari banyak pulau, dimana laut, udara, dan daratan adalah satu kesatuan Nusantara.

Laut sebagai penghubung antar pulau tersebutlah yang menjadikan bangsa kita sebagai bangsa maritim dengan memanfaatkan laut selain sebagai jalur transportasi juga sebagai tempat untuk perdagangan. Julukan sebagai negara maritim tidak terlepas dari fakta sejarah yang terjadi pada masa lampau, dimana nenek moyang kita melakukan pelayaran untuk menjelajahi Samudera, salah satunya ialah para pelaut Bugis yang melakukan pelayaran dengan kapal tradisionalnya yang bernama pinisi menjelajahi Samudera Pasifik. Hal itu dibuktikan dengan penemuan peta pelayaran berdasarkan Kajian Le Roux yang ditemukan di perkampungan bajak laut di Santhel yang teletak di Teluk Sekana di Pulau Singkep tahun 1854. Dalam peta tersebut menggambarkan peta-peta wilayah di seluruh Nusantara, sebagian Asia Tenggara, Australia Utara, dan wilayah Cina yang mana dari nama-nama yang ada dalam peta inilah menunjukkan luasnya pengetahuan tentang daerah-daerah di Asia Tenggara, Pilipina Selatan, Australia Utara dan Cina. Peta itu juga menggambarkan rute dan tujuan pelayaran kapal-kapal Bugis sebelum petengahan abad ke-19.[1]

Jiwa kemaritiman mulai memudar tatkala kolonialisme dan imperialism mulai memasuki Nusantara. Kekayaan alam yang dianugerahkan Tuhan kepada tanah Nusantara telah memancing Pemerintah Belanda untuk menerapkan sistem Cultuur Stelsel atau yang biasa dikenal sebagai Tanam Paksa pada tahun 1833. Sistem ini mewajibkan setiap desa untuk menyisihkan sebagian tanahnya untuk ditanami tanaman tanaman yang hasilnya kemudian dijual ke Eropa. Rempah-rempah menjadi komoditi yang berharga bagi orang Eropa, selain sebagai bahan bumbu masakan untuk mengawetkan daging dan juga rempah-rempah juga menjadi bahan ramuan obat dan untuk memperkuat daya tahan tubuh yang sangat dibutuhkan bagi orang Eropa mengingat cuaca disana yang dingin.

Pergeseran pandangan dari laut menjadi darat mengubah jati diri bangsa Indonesia dari negara maritim menjadi negara agraris. Sejarah sebagai bangsa maritim tidak hanya dipandang sebagai sejarah kejayaan di masa lampau. Sudah sepatutnya laut yang kita miliki menjadi potensi dasar untuk memperkuat untuk negeri ini agar bisa menjadi bangsa yang maju baik dari segi politik, sosial, ekonomi, dan budaya yang disegani oleh bangsa lainnya di masa mendatang. (Wanti)

Selengkapnya
Rompi PMI Koleksi Museum
Jusuf Kalla
Rompi PMI
Selengkapnya
Kalkulator Koleksi Museum
Jusuf Kalla
Kalkulator
Selengkapnya
Tas Kerja Koleksi Museum
Jusuf Kalla
Tas Kerja
Selengkapnya
Sepatu Koleksi Museum
Jusuf Kalla
Sepatu
Selengkapnya
Celana Kerja Koleksi Museum
Jusuf Kalla
Celana Kerja
Selengkapnya
Kemeja Kerja Koleksi Museum
Jusuf Kalla
Kemeja Kerja
Selengkapnya
Google

Reviews

Tulis ulasanmu
rating
Logo

Dapatkan Informasi Terbaru

Informasi terkait seputar Berita, Kegiatan dan Artikel lainnya akan kami kirimkan ke email anda secara eksklusif.
preloader