Artikel

Nasionalisme Presiden Sukarno dan Sepak Bola Indonesia
Sepak bola adalah salah satu olahraga yang memiliki daya tarik global. Setiap pertandingan yang tersaji dalam bentuk kompetisi menampilkan obsesi sekaligus emosi untuk tujuan yang saling berkelindan, prestasi dan eksistensi. Sebagai olahraga global, sepak bola banyak menarik perhatian tokoh-tokoh pergerakan nasional. Sepak bola juga dijadikan sebagai media perjuangan dalam menentang hegemoni kolonial. Organisasi sepak bola untuk kalangan bumiputera pertama yang berdiri adalah PSSI. PSSI berdiri pada tanggal 29 April 1930 di Yogyakarta dengan ketua pertamanya adalah Ir. Suratin.
Memasuki periode awal kemerdekaan, sepak bola mendapat perhatian serius dari pemerintah saat itu. Presiden Soekarno memandang bahwa olahragawan adalah wakil-wakil bangsa dan negara dalam ajang pertandingan dan perlombaan. Presiden Soekarno selanjutnya menjadikan sepak bola sebagai salah satu media membentuk karakter bangsa dalam proses national building serta “menggelar” Indonesia dalam kancah internasional.
Bentuk perhatian serius Presiden Soekarno terhadap sepak bola Indonesia terlihat dari pembangunan infrastruktur olahraga serta capaian prestasi tim sepak bola Indonesia pada saat pemerintahaannya. Kiprah tim sepak bola Indonesia dalam kancah internasional dimulai pada perhelatan Asian Games I di New Delhi, India tahun 1950. Pada kompetisi tersebut, tim sepak bola Indonesia mengirim 18 pemain yang dipimpin oleh pelatih asal Singapura, Choo Seng Quee.
Perjalanan tim sepak bola Indonesia pada perhelatan Asian Games I harus terhenti pada babak pertama turnamen. Tim sepak bola Indonesia harus mengakui keunggulan tim tuan rumah (India) dengan skor tiga gol tanpa balas. Pada tahun 1954, tepatnya pada saat perhelatan Asian Games II di Manila, tim sepak bola Indonesia dipimpin oleh pelatih asal Yugoslavia yakni Tony Pogacnik. Timnas pada saat itu mempu menembus babak semifinal namun harus kandas dalam pertandingan melawan Taiwan dengan skor 2-4. Dalam perebutan juara 3, timnas oleh Birma dengan skor 4-5.
Kejutan terjadi saat perhelatan Asian Games III 1958 di Tokyo, Jepang. Timnas Indonesia mampu menorehkan prestasi tertinggi dengan meraih perunggu dalam Asian Games 1958. Timnas berhasil menekuk tim sepak bola India dengan skor 4-1. Kejutan timnas Indonesia di event sepakbola juga terjadi dalam perhelatan Olimpiade Melbourne 1956. Dalam pertandingan sepak bola di Olimpiade Melbourne, timnas Indonesia harus bertemu timnas Uni Soviet.
Hasilnya, timnas Indonesia berhasil menahan imbang Uni Soviet tanpa gol. Saat itu, babak tambahan dan adu tendangan penalti belum menjadi aturan yang lumrah sehingga diadakan pertandingan kedua. Namun keberuntungan belum berpihak pada timnas Indonesia. Dalam pertandingan kedua, timnas Indonesia harus mengakui keunggulan timnas Uni Soviet dengan skor 4-0.
Pada tahun 1958, timnas Indonesia berjuang dalam kualifikasi Piala Dunia. Timnas Indonesia memperoleh hasil baik pada babak pertama dengan mengalahkan timnas Cina dengan skor 2-0 di Jakarta. Dalam pertandingan kedua di Beijing, timnas Indonesia harus mengakui keunggulan Cina dengan skor 3-4. Karena kedua tim memiliki poin yang sama, maka diadakan pertandingan lanjutan di tempat yang netral yakni Myanmar. Pertandingan di Myanmar berakhir dengan skor 0-0. Indonesia selanjutnya berhasil melaju ke babak selanjutnya.
Babak kedua lanjutan kualifikasi Piala Dunia, timnas Indonesia bergabung bersama Israel, Mesir, dan Sudan. Namun, timnas Indonesia menolak bertanding dengan Israel karena alasan politis. Hal tersebut mengakibatkan timnas Indonesia tersingkir dalam kualifikasi Piala Dunia. Sedangkan Israel berhasil lolos dalam babak play off Piala Dunia dan bertemu dengan Wales.
Dukungan Sukarno terhadap perkembangan sepak bola Indonesia selanjutnya dipertegas dengan adanya perhelatan Sukarno Cup pada tanggal 25 April 1963. Perhelatan Sukarno Cup diikuti oleh enam negara yakni Indonesia, Cina, Mesir, Kuba, Vietnam Utara, dan Pakistan. Dalam event tersebut, timnas Indonesia berhasil merebut juara 3 dengan mengalahkan timnas Vietnam Utara dengan skor 3-1. Sedangkan juara 1 Sukarno Cup adalah Mesir yang berhasil menekuk Cina dengan skor 2-0.
Dalam hal infrastruktur, Presiden Sukarno membangun stadion utama Gelora Bung Karno untuk menunjang kegiatan olahraga di Indonesia. Stadion utama Gelora Bung Karno mulai dibangun pada tanggal 8 Februari 1960 sebagai kelengkapan sarana dan prasarana dalam rangka Asian Games 1962. Dalam pemancangan tiang pertama, turut hadir Perdana Menteri Uni Soviet Nikita Kruschev. Hal tersebut bukanlah hal yang mengejutkan mengingat kedekatan Presiden Soekarno dengan negara-negara blok timur kala itu. Stadion utama Gelora Bung Karno selanjutnya diresmikan pada tanggal 21 Juli 1962.
Sepak bola nyatanya telah menjadi media dalam merekatkan semangat kebangsaan Indonesia pada masa pemerintahan Presiden Soekarno. Tidak hanya itu, sepak bola juga dijadikan sebagai media oleh Presiden Soekarno untuk “menggelar” Indonesia di kancah internasional. Prestasi timnas Indonesia pada masa awal kemerdekaan telah membuat nama Indonesia dikenal oleh dunia internasional. Meski pembangunan nasionalisme melalui sepak bola sempat mengalami sejumlah hambatan, namun upaya Presiden Soekarno untuk membangun nasionalisme melalui olahraga tetap menorehkan capaian prestasi tersendiri pada masanya.
Sumber:
Bayu Aji, R.N. “Nasionalisme dalam Sepak Bola Indonesia Tahun 1950-1965”. Lembaran Sejarah, Vol. 10, No. 2, Oktober (2013).
Wijanarto. “Memahami Spirit Nasionalisme Soekarno Lewat Sepak Bola”. Kompas.id. Diakses pada tanggal 15 Mei 2023. https://www.kompas.id/baca/opini/2022/09/16/memahami-spirit-nasionalisme-soekarno-lewat-sepakbola.
Danu, Mahesa. “Sukarno dan Sepak Bola”. Berdikarionline.com. Diakses pada tanggal 15 Mei 2023. https://www.berdikarionline.com/sukarno-dan-sepak-bola/.
Penulis: Kurniawan Ivan Prasetyo

Bung Hatta dan Mas Kawinnya
Mohammad Hatta merupakan salah satu pahlawan Indonesia yang terkenal dengan kecerdasannya. Tokoh yang kerap dipanggil Bung Hatta ini dikenal sebagai sosok yang mencintai buku. Buku adalah harta paling berharga bagi Bung Hatta. Bahkan Bung Hatta pernah marah kepada pihak Belanda karena bukunya belum dimuat ke dalam kapal yang akan membawanya ke pengasingan. Selain itu, beliau juga gemar menulis pemikirannya. Tulisan-tulisan ini banyak dimuat dalam berbagai koran dan surat kabar pada masa itu. Hal inilah yang semakin mempertajam intelejensia dan pemikiran dari seorang Bung Hatta.
Dari pemikirannya inilah Bung Hatta sangat menitikberatkan filsafat untuk diajarkan kepada generasi muda calon pemimpin bangsa. Bagi Bung Hatta, pelajaran filsafat penting sekali dalam meningkatkan kecerdasan berpikir, memperluas pandangan serta mempertajam pikiran. Hal itu diperlukan sebelum seseorang menguasai sebuah ilmu secara utuh dan lebih luas bidang ilmu lain.
Bung Hatta mendapatkan pendidikan barat dari sekolah-sekolah Belanda seperti HIS dan MULO. Di sekolah-sekolah Belanda ini beliau diajarkan filsafat barat. Pembelajaran filsafat ini kemudian berlanjut ketika beliau berkuliah di Negeri Belanda. Selain itu, beliau juga mempelajari filsafat secara otodidak dari buku-buku yang dibacanya.
Salah satu bukti Bung Hatta sangat erat dengan filsafat adalah tulisan beliau berjudul Alam Pikiran Yunani yang terbit pertama kali pada tahun 1941. Buku ini merupakan buku yang ditulisnya semasa beliau diasingkan di Boven Digul dan Banda Neira. Bung Hatta memaparkan pemikiran filsuf-filsuf masa Yunani Kuno yang diketahuinya ke dalam buku Alam Pikiran Yunani. Ketika dicetak untuk pertama kali, Alam Pikiran Yunani dibagi menjadi tiga jilid. Jilid pertama membahas paham filosofi sebelum Sokrates. Kemudian di jilid kedua berisi ajaran Sokrates, Plato dan Aristoteles. Terakhir di jilid ketiga berisi filosofi Grik yang telah berkembang.
Buku ini juga memegang peranan dalam kisah cinta Bung Hatta. Beliau berniat untuk memberikan buku Alam Pikiran Yunani ini sebagai maskawin pernikahannya dengan Ibu Rahmi Rachim. Hal ini tentu saja membuat orang tua Bung Hatta terkejut. Mak Gaek –sebutan Ibu Bung Hatta- merasa malu bila tidak ada perhiasan emas yang dijadikan maskawin. Namun, Bung Hatta tetap pada pendiriannya. Beliau tetap ingin agar Alam Pikiran Yunani menjadi maskawin pernikahannya. Bung Hatta memandang bahwa maskawin berupa buku hasil pemikirannya sendiri lebih berharga dari emas atau barang mewah apapun. Ibu Rahmi Rachim ternyata tidak mempermasalahkan dan senang menerima Alam Pikiran Yunani sebagai maskawin dari Bung Hatta. Kedua pasangan ini kemudian menikah pada 18 November 1945 di Megamendung, Bogor.
REFERENSI
Hatta, Mohammad. 1963. Alam Pikiran Junani. Jakarta: Tintamas.
Karim, Mulyawan (ed.). 2015. Bung Hatta di Mata Tiga Putrinya. Jakarta: Kompas.
Muhibbuddin, Muhammad. 2019. Bung Hatta: Kisah Hidup dan Pemikiran Sang Arsitek Kemerdekaan. Yogyakarta: Araska.
Zed, Mestika, dkk. 2012. Cara Baik Bung Hatta. Padang: UNP Press.

Sri Sultan Hamengku Buwono IX Sang Penjaga Kedaulatan
Masa Revolusi Nasional merupakan babak penting dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia untuk mempertahankan kemerdekaan sekaligus menegakkan kedaualatan negara. Upaya mempertahankan kemerdekaan sekaligus menegakkan kedaualatan bangsa ditempuh melalui dua jalur, yakni jalur diplomasi dan jalur konfrontasi/pertempuran. Beberapa upaya diplomasi yang ditempuh oleh pemerintah Indonesia dan Belanda yakni Perundingan Linggarjati, Perundingan Renville, Perundingan Roem-Royen, hingga Konferensi Meja Bundar. Sedangkan perjuangan fisik yang dilakukan oleh bangsa Indonesia beberapa diantaranya adalah Pertempuran Surabaya, Pertempuran Bandung Lautan Api, Pertempuran Ambarawa, Pertempuran Medan Area, hingga Serangan Umum 1 Maret.
Serangan Umum 1 Maret merupakan titik balik bagi bangsa Indonesia dalam upaya mempertahankan kemerdekaan sekaligus menegakkan kedaulatan negara. Peristiwa Serangan Umum 1 Maret tidak dapat dilepaskan dari posisi Yogyakarta yang kala itu merupakan pusat pemerintahan sekaligus Ibu Kota Negara. Pada tanggal 19 Desember 1948, Belanda melancarkan Agresi Militer II dengan menyerang sekaligus menduduki Yogyakarta. Dampak dari agresi militer Belanda tersebut adalah dikuasainya sektor-sektor penting di Yogyakarta serta penangkapan Soekarno, Mohammad Hatta beserta para pejabat tinggi lain. Mereka selanjutnya diasingkan ke Sumatera.
Sebelum ditangkap dan selanjutnya diasingkan, Hatta sempat memimpin sidang kabinet darurat di Gedung Negara untuk mengambil langkah-langkah dalam menghadapi serangan tersebut. Keputusan paling penting dalam sidang kabinet tersebut adalah mengalihkan kekuasaan RI kepada Pemerintah Darurat Republik Indonesia (PDRI) yang dipimpin oleh Safruddin Prawiranegara dan berkedudukan di Bukittinggi, Sumatera Barat. Selain itu, keputusan penting dalam sidang kabinet adalah memerintahkan Menteri Pertahanan Sri Sultan Hamengku Buwono IX untuk menangani dan mengatasi masalah keamanan dan ketertiban di Ibu Kota.
Sri Sultan Hamengku Buwono IX, Raja Kasultanan Yogyakarta, memiliki kiprah yang penting dalam babak perjalanan revolusi Indonesia. Dukungan Sri Sultan Hamengkubuwono IX terhadap Republik Indonesia dimulai dengan dikeluarkannya Amanat 5 September 1945. Semasa pemerintahan dipusatkan di Yogyakarta, Sri Sultan Hamengkubuwono turut banyak memberi bantuan untuk menjalankan pemerintahan Republik Indonesia. Pada tanggal 12 dan 17 Januari 1949, Sri Sultan Hamengkubuwono IX mengecam tindakan agresi militer yang dilakukan oleh Belanda. Sri Sultan Hamengkubuwono bersama seluruh elemen masyarakat Yogyakarta selanjutnya memulai perlawanan.
Selama Agresi Militer Belanda II di Yogyakarta, TNI melalui Wehrkreise III telah melakukan serangan secara serentak sebanyak 4 (empat) kali. Serangan yang dilakukan oleh TNI terhadap pasukan Belanda dibantu oleh sejumlah elemen, mulai dari para Pon, Palang Merah Indonesia, hingga kurir informasi. Bantuan lain terhadap pejuang republik di Yogyakarta juga diberikan oleh Sri Sultan Hamengku Buwono IX. Selain itu, bantua berupa dana operasional bagi para pejuang diperoleh dari pemberian Letkol Soeharto sebesar 4.000 rupiah per hari serta bantuan dari para pedagang di Pasar Beringharjo dan pasar-pasar di Segoroyoso.
Pada awal bulan Februari 1949, Sri Sultan Hamengku Buwono IX mendengarkan berita radio BBC yang memberitakan bahwa masalah Indonesia akan dibicarakan dalam forum PBB pada bulan Maret 1949. Pasca mendengar siaran berita radio BBC, Sri Sultan Hamengku Buwono IX segera melakukan kontak dengan Jenderal Sudirman untuk melancarkan serangan umum terhadap Belanda di Yogyakarta. Setelah mendapatkan ijin dari Sudirman, Sri Sultan Hamengku Buwono IX segera menjalin kontak dengan Letkol Suharto selaku Komandan Wehrkreise III.
Sri Sultan Hamengku Buwono IX menjalin komunikasi dengan Letkol Soeharto secara sembunyi-sembunyi agar tidak diketahui oleh Belanda. Salah satu taktik yang digunakan oleh Soeharto agar pertemuannya dengan Sri Sultan Hamengku Buwono IX tidak diketahui oleh Belanda adalah mengubah dan mengatur rute perjalanan serta pakaian yang digunakan. Dalam pertemuan antara Sri Sultan Hamengku Buwono IX dengan Letkol Soeharto, disepakati bahwa waktu persiapan untuk melakukan serangan adalah dua minggu dan waktu pelaksanaan serangan adalah pada tanggal 1 Maret 1949.
Pada tanggal 1 Maret 1949 pukul 06.00 pagi setelah sirene tanda berakhirnya jam malam berbunyi, pasukan TNI menyerang Yogyakarta dari segala penjuru. Melalui serangan ini pasukan Indonesia berhasil menduduki Yogyakarta selama 6 jam. Serangan ini merupakan serangan terpadu dari berbagai macam kekuatan serta berbagai macam latar belakang dengan tujuan utama mempertahankan kemerdekaan serta menunjukkan eksistensi bangsa Indonesia terhadap dunia internasional. Serangan ini juga ditujukan untuk mematahkan propaganda Belanda bahwa Indonesia sudah tidak mempunyai wilayah dan pemerintahan. Terdapat fakta menarik sebelum pelaksanaan Serangan Umum 1 Maret, dimana sempat terjadi kesalahan dalam waktu penyerangan. Peleton Komarudin melakukan aksi penyerangan pada tanggal 28 Februari 1949. Kesalahan menentukan waktu serangan terjadi pula di daerah Giwangan Yogyakarta.
Dalam pelaksanaannya, Serangan Umum 1 Maret berhasil dan mampu membawa nama Indonesia menjadi perhatian dunia internasional. Pasukan Indonesia berhasil menduduki Yogyakarta selama 6 jam. Berita keberhasilan Serangan Umum 1 Maret selanjutnya disebarkan melalui siaran radio stasiun PHB AURI PC-2 Playen, Gunungkidul. Berita tersebut selanjutnya diteruskan ke Sumatera, New Delhi (India), hingga ke Washington (Amerika Serikat).
Pada tanggal 24 Juni 1948 Presiden Syafrudin Prawiranegara sebagai pemimpin PDRI memberikan mandat kepada Sri Sultan Hamengku Buwono IX yang menjabat sebagai Menteri pertahanan untuk memulihkan keamanan sebelum pemerintahan kembali di Yogyakarta. Tanggal 29 Juni 1949, pasukan Belanda meninggalkan Yogyakarta disusul pasukan TNI yang secara berangsur-angsur masuk ke Kota Yogyakarta. Oleh karena itu tanggal 29 Juni diperingati sebagai “Hari Yogya Kembali”. Setelah Yogyakarta dikuasai TNI di bawah kendali Sri Sultan Hamengku Buwono IX, presiden dan wakil presiden kembali ke Yogyakarta pada tanggal 6 Juli 1949.
Serangan Umum 1 Maret menjadi titik balik perundingan antara Indonesia dengan Belanda terkait kedaulatan Indonesia, mulai dari Perundingan Roem-Royen hingga Konferensi Meja Bundar. Pada tanggal 27 Desember 1949, dilakukan penyerahan kedaulatan Indonesia. Penyerahan Kedaulatan diterimakan Ratu Belanda kepada Muhammad Hatta dan selanjutnya diserahkan kepada Menteri Pertahanan Sri Sultan Hamengku Buwono IX.
Sebagai bentuk penghargaan atas upaya perjuangan mempertahakan kemerdekaan serta menegakkan kedaulatan negara, Presiden Joko Widodo mengeluarkan Keputusan Presiden Nomor 2 Tahun 2022 yang menetapkan tanggal 1 Maret sebagai Hari Penegakan Kedaulatan Negara.
Sumber:
Dinas Kebudayaan Daerah Istimewa Yogyakarta. Naskah Akademik Serangan Umum 1 Maret sebagai Hari Nasional Penegakan Kedaulatan Negara. Yogyakarta: Dinas Kebudayaan Daerah Istimewa Yogyakarta. 2022.
John Monfries. Raja di Negara Republik. Yogyakarta: Penerbit Biography. 2018.
Penulis: Kurniawan Ivan Prasetyo

Mengendalikan Kepadatan Penduduk Lewat Program “Dua Anak Cukup”
Permasalahan seputar laju pertumbuhan penduduk di Indonesia sudah menjadi topik pembicaraan para dokter dan ahli sejak pemerintahan Presiden Sukarno. Hal tersebut dimulai dari dibentuknya Perkumpulan Keluarga Berencana pada tanggal 23 Desember 1957 di gedung Ikatan Dokter Indonesia. Perkumpulan Keluarga Berencana selanjutnya berganti nama menjadi Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) atau Indonesia Planned Parenthood Federation (IPPF). PKBI memperjuangkan terwujudnya keluarga yang sejahtera melalui 3 macam usaha pelayanan yaitu mengatur kehamilan atau menjarangkan kehamilan, mengobati kemandulan serta memberi nasihat perkawinan.
Pasca peralihan kekuasaan dari Presiden Sukarno ke Presiden Soeharto, permasalahan seputar laju pertumbuhan penduduk mendapat perhatian serius dari pemerintah. Pada tahun 1967, PKBI selanjutnya diakui sebagai badan hukum oleh Departemen Kehakiman. Setahun kemudian, pemerintah membentuk Lembaga Keluarga Berencana Nasional (LKBN). Puncaknya, pada tahun 1970, melalui Keputusan Presiden No. 8 Tahun 1970 pemerintah membentuk Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) dengan dr. Suwardjo Suryaningrat sebagai kepalanya. Kedudukan BKKBN semakin diperkuat dengan dikeluarkannya Keputusan Presiden No. 33 Tahun 1972 dimana badan ini berubah menjadi Lembaga Pemerintah Non Departemen yang berkedudukan langsung dibawah Presiden.
Dalam menjalankan tugasnya melalui program Keluarga Berencana, pemerintah melalui BKKBN melakukan sejumlah pendekatan, mulai dari Clinical Approach, Beyond Family Planning, Pendekatan Kemasyarakatan, Pendekatan Koordinasi Aktif hingga Pendekatan Keluarga. Pada periode Pelita III (1979-1984) pemerintah mengembangkan strategi operasional yang baru yang disebut Panca Karya dan Catur Bhava Utama yang bertujuan mempertajam segmentasi sehingga diharapkan dapat mempercepat penurunan fertilitas. Pada periode ini muncul juga strategi baru yang memadukan KIE dan pelayanan kontrasepsi yang merupakan bentuk “Mass Campaign” yang dinamakan “Safari KB Senyum Terpadu”. Kemudian, pada tanggal 28 Januari 1987, pemerintah mencetuskan program KB Mandiri. Program KB Mandiri dipopulerkan dengan kampanye Lingkaran Biru (LIBI) yang bertujuan memperkenalkan tempat-tempat pelayanan dengan logo Lingkaran Biru KB.
Pelaksanaan program KB yang dijalankan oleh pemerintah bertujuan untuk mewujudkan keluarga kecil yang sejahtera melalui penundaan usia perkawinan, penjarangan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga dan peningkatan kesejahteraan keluarga. Dalam perkembangan selanjutnya, program KB mendapat keberhasilan yang cukup signifikan. Hal tersebut dibuktikan dengan laju pertumbuhan pendudukan yang mengalami penurunan. Tahun 1960-an laju pertumbuhan penduduk 2,32 % turun menjadi 2,10% tahun 1970-an dan 1,97% pada 1980-an.
Selain menggunakan pendekatan dan program yang telah dirumuskan oleh pemerintah, strategi kampanye yang dijalankan oleh pemerintah juga menjadi salah satu faktor keberhasilan program Keluarga Berencana. Kampanye yang digunakan adalah dengan menyebarkan slogan-slogan “Demi Kesehatan Anda Jalankanlah Keluarga Berencana”, ”Hidup tanpa KB Berarti Hidup tanpa Masa Depan”, atau “Dua Anak Cukup, Laki-laki atau Perempuan Sama Saja” di setiap sudut jalan. Selain itu, kampanye KB juga digaungkan melalui panggung hiburan dan seni, seperti Gambang Kromong yang dipopulerkan Benyamin S dan Ida Royani, Mars Keluarga Berencana karya Muchtar Embut yang setiap hari diputar di RRI dan TVRI, hingga film berjudul Desa di Kaki Bukit diproduksi oleh PT Sri Agung Utama Film dan disutradari oleh Asrul Sani. Tak ketinggalan kampanye KB melalui pecahan uang Rp 5.00.
Keberhasilan program KB pemerintah selanjutnya mendapat penghargaan dari dunia internasional. Seoharto mendapat mendapat penghargaan “Global Statement Award” dari Population Institute, Amerika Serikat pada tahun 1988. Perlu diketahui bahwa penghargaan yang kemudian diberi nama “Soeharto Award” ini pertama kali diterima oleh Presiden Zimbabwe. Jadi Soeharto adalah orang kedua yang menerima penghargaan bernilai prestise tersebut. Satu tahun kemudian, tepatnya di tahun 1989, atas keberhasilan Program KB di Indonesia, Soeharto menerima penghargaan tertinggi di bidang kependudukan dan KB berupa “United Nations Population Award” dari Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB). Penghargaan ini langsung diberikan oleh Sekjen PBB Javier Perez de Cuellar di Markas Besar PBB di New York, Amerika Serikat
Sumber:
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia (2014). Presiden Republik Indonesia 1945-2014. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.
https://www.bkkbn.go.id/pages-sejarah-bkkbn-2012044806-352#:~:text=Organisasi%20keluarga%20berencana%20dimulai%20dari,Planned%20Parenthood%20Federation%20(IPPF). Diakses pada tanggal 13 Oktober 2022.
https://tirto.id/sejarah-kb-dan-ide-dua-anak-cukup-dari-era-sukarno-sampai-soeharto-ecJj. Diakses pada tanggal 13 Oktober 2022.
Penulis: Kurniawan Ivan Prasetyo

Palu Godam Soekarno dalam Membasmi Korupsi
Pasca diproklamirkan sebagai sebuah negara merdeka, Indonesia harus dihadapkan dengan sejumlah permasalahan. Permasalahan tersebut meliputi kekerasan tribal, ketimpangan sosial, ageri militer Belanda, hingga praktik penyelewengan kekuasaan (korupsi). Permasalahan korupsi sebenarnya bukan fenomena baru dalam kehidupan sosial budaya masyarakat dan kenegaraan. Fenomena korupsi telah berlangsung sejak beberapa abad silam, bahkan mungkin semenjak awal kehidupan umat manusia modern yang telah mengenal sistem pembagian tugas dalam sebuah komunitas.
Sebagai fenomena penyimpangan sosial, korupsi telah masuk ke dalam kehidupan masyarakat serta kenegaraan di seluruh negara, baik negara maju maupun negara berkembang, tak terkecuali Indonesia. Di Indonesia, pemahaman mengenai perkembangan praktik korupsi dapat ditinjau dari segi historis dan budaya. Dari segi historis, dapat terlihat bagaimana praktik korupsi bergerak secara dinamis, mulai dari praktinya di setiap zaman yang tentunya diikuti oleh tindakan pencegahan sekaligus pemberantasannya. Sedangkan pemahaman praktik korupsi di Indonesia ditinjau dari segi budaya masa kerajaan di Nusantara, dengan birokrasi patrimonialnya, dan tetap dirawat bahkan ketika Indonesia sudah memproklamirkan diri sebagai negara merdeka. Sistem birokrasi patrimonial di Jawa tidak mengenal adanya pemisahan antara kepemilikan pribadi dengan kepemilikan negara. Sistem birokrasi patrimonial juga tetap terlihat dalam budaya politik Indonesia pasca kemerdekaan.
Pada masa pemerintahan Presiden Soekarno, praktik penyimpangan korupsi mendapat perhatian serius dari berbagai elemen masyarakat. Bahkan Soekarno melalui pidatonya yang berjudul “Penemuan Kembali Revolusi Kita” mengutuk keras tindak penyimpangan korupsi. Soekarno, pada kesempatan yang sama, juga memperkenalkan sebuah badan baru yang bertugas mengawasi kegiatan aparatur negara, bernama Badan Pengawas Kegiatan Aparatur Negara (Bapekan). Bapekan dibentuk melalui Peraturan Presiden No. 1 Tahun 1959.
Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 1 Tahun 1959, Bapekan mempunyai tugas untuk melakukan pengawasan dan penelitian terhadap kegiatan aparatur negara, serta pengurusan dan pengaduan seputar laporan terkait penyimpangan yang diduga melibatkan aparatur negara. Sedangkan untuk wewenang sendiri Bapekan mampu memberikan pertimbangan kepada Presiden mengenai sesuatu yang menghambat daya guna serta kewibawaan negara. Badan tersebut diketuai oleh Sri Sultan HB IX. Kedudukan ketua Bapekan setara dengan seorang menteri serta masuk dalam golongan F ruang VII. Sedangkan untuk anggota Bapekan sendiri antara lain: Samadikoen, Semaun, Arnold Mononutu, dan Letkol Soedirgo. Penunjukan Sri Sultan HB IX sebagai ketua tidak terlepas dari kiprah politiknya yang terkenal tegas dan bersih.
Dalam perkembangannya, Bapekan telah menerima 912 pengaduan dari masyarakat. Dari jumlah laporan pengaduan tersebut, Bapekan mampu menyelesaikan 402 pengaduan. Sebuah capaian yang cukup mentereng dari sebuah lembaga anti rasuah yang baru terbentuk. Hal tersebut tentu tidak terlepas dari sikap responsif para pengurus serta pimpinan Bapekan dalam menindaklanjuti laporan masyarakat.
Selain Bapekan, Presiden Soekarno selanjutnya membentuk Panitia Retooling Aparatur Negara atau Paran dengan ketua A.H. Nasution serta beranggotakan Muhammad Yamin dan Roeslan Abdulghani. Bentuk kegiatan Paran dalam pemberantasan korupsi yakni dengan melakukan Operasi Budhi. Selama melaksanakan tugas, Operasi Budhi mampu menangkap seorang perwira TNI Angkatan Laut, yakni Kolonel Pringadi. Ia divonis bersalah karena terbukti melakukan kejahatan pelanggaran hukum dengan menggelapkan/menyalahgunakan keuangan yang berada dalam penguasaan jabatannya meliputi jumlah Rp. 14 Juta. Selain itu Paran juga mampu menguak kasus korupsi yang terjadi di Pertamina serta perusahaan-perusahaan negara yang tentunya merugikan keuangan negara.
Pada masa pemerintahan Presiden Soekarno juga terdapat beberapa aturan hukum yang dibentuk untuk menindak praktik penyimpangan korupsi. Aturan hukum pertama adalah Peraturan Penguasa Militer Nomor PRT/PM/06/1957. Peraturan Penguasa Militer Nomor PRT/PM/06/1957 adalah peraturan terkait upaya pemberantasan korupsi yang dikeluarkan oleh A.H Nasution selaku Kepala Staf Angkatan Darat dan sekaligus Penguasa Militer pada tanggal 9 April 1957. Aturan Peraturan Penguasa Militer terkait upaya pemberantasan korupsi selanjutnya mengalami perkembangan setelah dikeluarkannya Peraturan No. PRT/PM/08/1957. Peraturan tersebut berisi tentang pembentukan badan yang berwenang mewakili negara untuk menggugat secara perdata orang-orang yang dituduh melakukan berbagai bentuk perbuatan korupsi yang bersifat keperdataan.
Aturan hukum selanjutnya adalah Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perppu) No 24 tahun 1960. Perppu tersebut ditetapkan oleh Pejabat Presiden Republik Indonesia, Djuanda. Perppu No 24 tahun 1960 merupakan respon pemerintah terhadap tuntutan masyarakat terkait regulasi kebijakan anti korupsi. Perbedaan paling mendasar antara Perppu No 24 tahun 1960 dengan Peraturan Penguasa Militer No 06 tahun 1957 adalah tentang wewenang seorang Jaksa. Wewenang Jaksa dalam melakukan pengusutan serta penuntutan.
Upaya pemberantasan korupsi pada masa pemerintahan Presiden Soekarno harus dihadapkan dengan sejumlah hambatan. Mulai dari penegakan hukum yang tidak sesuai hingga benturan dengan kepentingan politik. Namun apa yang telah dilakukan pada masa pemerintahan Presiden Soekarno merupakan langkah progresif dalam pemberantasan korupsi di negeri yang terbilang masih berusia “piyik”.
Penulis: Kurniawan Ivan Prasetyo

Semerbak Kopi Nusantara: Tradisi, Gaya Hidup, dan Peluang Kopi Indonesia di Kacah Dunia
Kopi saat ini sudah sangat popular di Indonesia. Bahkan semerbak aromanya banyak disukai oleh semua kalangan termasuk presiden. Berbicara kopi, perjalanan sejarahnya cukup Panjang, mulai dari pembudidayaan, kini kopi menjadi sebuah tradisi di masyarakat. Pada seminar “Semerbak Kopi Nusantara” di Museum Kepresidenan RI Balai Kirti tanggal 31 Agustus 2022, Andreas Maryoto mengatakan bahwa kopi sebenarnya sudah ada sejak masa lalu, ini terlihat dari syair yang ada di daerah-daerah seperti aceh dan sebagian wilayah sumatera. Namun secara tertulis bukti ini tidak terlalu kuat dan masih harus ditelusuri Kembali. Dibandingkan dengan data yang dimiliki oleh Belanda, sejarah budidaya kopi sudah tercatat dengan Rapi dan valid”.
Kopi dan Tradisi
Tradisi ngopi secara umum sudah terbentuk dalam keseharian di masyarakat. ini dapat terlihat dari kopi kerap dijadikan minuman pembuka sebelum dilakukannya ritual keagamaan. Sedangkan silang budaya ngopi, nampak terlihat dari muncul pelbagai warung, kedai, dan cafe. Fenomena ngopi ini pun disikapi dari pelbagai sisi, positif dan negatif. Di beberapa daerah nongkrong ditempat kopi disikapi secara positif, karena dengan ngopi mereka dapat berbagi pengetahuan dan pengalaman. Sedangkan di daerah lain ngopi dipandang sebagai sesuatu yang negatif, seperti tempat membuang-buang waktu.
Saat ini tradisi ngopi terus berkembang, tidak hanya sebagai tempat ngobrol, melainkan menjalar dalam urusan bisnis dan politik. Stigma ngopi kini sudah mulai beralih, bukan lagi sebagai tempat membuang-buang waktu, tetapi dengan ngopi banyak hal yang dapat dilakukan. Tradisi ngopi sering dilakukan oleh para presiden untuk berdiplomasi. Ir. Sukarno misalnya, dalam jamuan kenegaraan, beliau acap kali menggunakan kopi sebagai sarana berdiplomasi. Menurut Ervina Chandra, kebiasaan ngopi tidak perna lepas dari kegiatan Istana. Bahkan sejak era Presiden Soeharto, istana mempunyai langganan toko kopi di daerah Pasar Cikini, di mana proses sanggrai dan penggilingan biji kopi masih menggunakan peralatan tradisional tahun 1925, sehingga pada saat proses penghalusan biji kopi akan tercium aroma yang sangat harum.
Selanjutnya pada masa B.J. Habibie dan Abdurahman Wahid (Gus Dur) penyajian kopi di Istana masih dilakukan dengan pola yang lama, di mana para pramusaji melayani presiden sesuai permintaan. Biasanya beliau menyukai kopi tubruk hitam atau kopi ditambah susu Carnation. Penyajian kopi terus berlanjut ke masa Megawati Soekarnoputri, menurut Ervina “Bu Mega lebih suka dengan kopi susu”, pada saat itu dikenal dengan merk Indocafe “Coffemix”. Begitu pula pada era Susilo Bambang Yudhoyono, di mana selain kopi hitam beliau lebih suka kopi merk Nescafe Gold dicampur dengan creamer.
Proses penyajian kopi disesuaikan dengan permintaan, kemudian tim istana meracik sesuai takaran. Sedangkan untuk Penyajian kopi pada acara besar, pihak Istana biasanya menyiapkan kopi hitam dalam cangkir dengan gula dan creamer terpisah. Kopi sering disajikan pada saat audiensi tamu-tamu yang akan menghadap Presiden, sidang kabinet/rapat Terbatas, state dinner/working luncheon, coffee Morning, dan pada moment tertentu atau acara santai lainnya.
Tren Perkembangan Kopi Indonesia
Bebicara tren kopi saat ini, menurut Tuti H. Mochtar dapat dirunut dari belakang sebelum tahun 2000, ketika membutuhkan kopi, kita harus ke pasar. Dahulu wadah kopi berbentuk seperti kaleng kerupuk. Di dalam kaleng itu terdapat kopi yang sudah dihaluskan dan di sana sudah ada harganya. Sedangkan kemasannya masih menggunakan kemasan plastik atau kertas coklat. Kemudian trend maju ke era di mana kopi sudah mulai tersedia dalam bentuk kemasan, kemasan itu dimulai dari nescafe, dan produk lokal pertama “kapal api”. Kemudian era selanjutnya sekitar tahun 2003 masuk coffee shop dari luar. Sebenarnya café-café atau coffee shop sudah ada sebelumnya di mall-mall, namun imagenya masih café untuk “bapak-bapak” meeting. Setelah coffee shop luar muncul ditahun 2003, mulai dikenal coffee shop, dan diikuti specialty. Kemudian kopi sudah mulai dijual di café dan kemasannya sudah mulai berkembang bentuk dan kopinya.
Menurut Tuti H. Mochtar, tren ini terus berkembang hingga sekarang, dan prediksinya bertahan hingga 2-3 tahun kedepan, karena pada dasarnya generasi ‘X’, ‘Y’, dan ‘Z’ jika kita lihat secara statistik lebih banyak mendominiasi di coffee shop. Pada generasi ‘X’, ‘Y’, dan ‘Z’, mereka lebih suka kopi yang tidak terlalu pekat. Artinya jika tidak meminum yang exspresso, mereka pilihannya adalah capucino atau ice capucino. Dan tren saat ini lebih ke arah ice kopi susu atau dahulu disebut ice capucino. Saat ini kopi Indonesia sudah banyak dijual di café-café, bahkan barista sudah bangga menyebut nama kopi Indonesia.
Adila Amalia Irvan (Puteri Kopi Indonesia 2019), mengatakan Indonesia memiliki keragaman komoditi industri yang luar biasa, termasuk kopi. Pasar kopi Indonesia sangat luas mulai dari aceh hingga papua, sehingga dibutuhkan promosi yang lebih untuk mengembangkannya. Pada masa lalu menurut Andreas Maryoto, ada kesadaran dari beberapa anak muda, terutama yang telah selesai studi diluar negeri, memandang kopi Indonesia sangat bagus. Namun perjalanan mereka mengembangkan kopi Indonesia tidak mudah, karena ketika mereka mencari kopi ke pelbagai daerah, mereka berbenturan dengan petani yang diikat oleh perusahaan komoditi internasional, sehingga semua kopi yang dihasilkan banyak diekspor keluar negeri.
Peluang Kopi Indonesia di Masa Kini
Peluang kopi Indonesia di dunia sangat besar. Bebicara peluang, kopi Indonesia sudah sangat digemari oleh masyarakat di Jerman dan Amerika. Tantangannya adalah mengapa kopi Indonesia lebih mahal. Menurut Tuti H. Mochtar, jika dilihat dengan lahan pertaniannya, Brazil sedikit lebih banyak dibandingkan Indonesia. Bahkan lahan pertanian kopi terbentang hampir diseluruh wilayah di Brazil, dan Indonesia lahan pertanian lebih banyak berada dilereng. Di tiga tahun terakhir ini, produksi kopi Brazil menurun karena anomali cuaca. Akhirnya menyebabkan para pemain besar beralih mengambil kopi Indonesia.
“Pemain kopi besar dunia jika sudah bermain, mereka beli kopi ke petani masih berupa bunga, mereka datang ke perkebunan sudah membawa uang tunai dengan harga yang cukup tinggi. Jadi untuk pembeli Indonesia di perkebunan kopi sudah tidak dapat diterima karena semua sudah dibeli” tutur Tuti H. Mochtar.
Semua kopi dibawa pedagang besar keluar negeri. Namun tidak semua kopi diekspor, karena masih ada beberapa kopi yang bagus tertinggal. Karena kopi tidak banyak, sesuai hukum ekonomi permintaan banyak dan barang sedikit, maka yang terjadi adalah harga tinggi. Begitupula dengan yang diluar, karena mereka terikat kontrak dengan perusahaan kopi besar sisa untuk retailnya sedikit otomatis harganya juga tinggi. Jadi ini sebenarnya pekerjaan rumah bagi kita semua, untuk meningkatkan produktivitas tanaman kopi di Indonesia agar dapat bersaing di kancah internasional. Selain meningkatkan produksi kopi, saat ini yang harus digencarkan adalah promosi kopinya. Indonesia banyak memiliki komoditi perkebunan yang cukup banyak, ada kopi, teh, dan kakao. Oleh karena itu, dengan banyaknya aneka komoditi yang dimiliki, Indonesia dapat menjadi pengeksport hasil perkebunan dunia terbesar. Jika ini benar, maka industry hulu, yaitu petani akan merasakankan dampaknya secara ekonomi.
Penulis: Arie Januar
Foto : Dok. Museum Kepresidenan RI

Jejak Masa Kecil dan Pendidikan Mohammad Hatta
Mohammad Hatta merupakan wakil presiden pertama Republik Indonesia yang mempunyai andil besar dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia. Mohammad Hatta lahir pada tanggal 12 Agustus 1902 di Kampung Aur Tajungkang, Bukittinggi. Nama Mohammad Hatta berasal dari Muhammad Athar yang diambil dari nama lengkap seorang tokoh Muslim, yaitu (Ahmad Ibn) Muhammad (Ibn Abd Al-Karim Ibn) Ata-Ilah Al-Sakandari, pengarang kitab Al-Hikmah. Hatta merupakan anak kedua dari pasangan Haji Muhammad Djamil dan Siti Salehah. Ia memiliki seorang kakak perempuan yang bernama Rafiah.
Ayah dan ibu Muhammad Hatta berasal dari keluarga yang terpandang serta memiliki latar belakang yang berbeda. Keluarga besar ayah Hatta sebagain besar adalah ulama. Kakek Hatta, Syaikh Abdurrahman adalah seorang ulama besar, pemilik surau dan pengasuh tarikat Naqsabandiyah di Batu Hampar, Payakumbuh. Sedangkan keluarga besar ibu Hatta adalah seorang pedagang. Ilyas gelar Bagindo Marah, yang biasa Hatta panggil dengan nama Pak Gaek. Pak Gaek adalah seorang pedagang besar, sampai ke Sawahlunto dan Lubuk Sikaping. Pak Gaek juga memiliki kontrak usaha jasa pos dari pemerintahan kolonial. Perbedaan latar belakang keluarga besar tersebut dalam perkembangannya turut serta membentuk karakter Hatta yang religius, disiplin, taat, serta mempunyai jiwa usaha yang tinggi.
Sebagai seorang yang dilahirkan dari keluarga yang terpandang, Hatta dapat memperoleh akses pendidikan yang baik. Hatta mengawali pendidikan dasar di sekolah swasta serta sekolah rakyat di Bukittinggi. Baru berjalan tiga tahun, Hatta selanjutnya dipindahkan ke Europese lagere School atau ELS (sekolah untuk orang kulit putih) di Bukittinggi. Dan tidak berselang lama, Hatta pindah ke ELS Padang. Setelah menyelesaikan pendidikan di ELS Padang, tepatnya pada tahun 1916, Hatta melanjutkan pendidikan ke Meer Uitgebreid Lager Orderwijs atau MULO (sekolah setingkat SMP) di Padang. Pada tahun 1919, Hatta menyelesaikan pendidikannya di MULO dan pergi ke Batavia untuk menempuh pendidikan di HBS. Tahun 1921, Hatta menuntaskan studinya di HBS dengan hasil sangat baik.
Semasa menempuh jenjang pendidikan di Sumatera maupun di Batavia, Hatta telah aktif dalam organisasi pergerakan. Ia bergabung dengan Jong Sumatranen Bond, dan menjabat sebagai bendahara. Hatta juga mempunyai hobi bermain sepak bola dan aktif dalam klub sepak bolah di sekolahnya. Pasca lulus dari HBS, Hatta melanjutkan pendidikan tinggi di Nederland Handelshogeschool atau yang saat ini dikenal sebagai Erasmus Universiteit. Ia berhasil melanjutkan studi karena mendapat beasiswa dari Yayasan Van Deventer. Ketika menjadi mahasiswa di Nederland Handelshogeschool, Hatta aktif dalam organisasi Indische Vereeniging (yang selanjutnya berganti nama menjadi Perhimpunan Indonesia). Mohammad Hatta selanjutnya menyelesaikan pendidikannya di Belanda pada tahun 1932. Pasca selesai dari menempuh pendidikan tinggi di Belanda, Mohammad Hatta kembali ke Indonesia dan melanjutkan perjuangan melawan kolonialisme dan imperialisme pemerintah Hindia Belanda.
Penulis: Kurniawan Ivan Prasetyo

Sejarah Hari Kebangkitan Teknologi Nasional
Hari kebangkitan teknologi nasional atau biasa disebut Hakteknas diperingati setiap tanggal 10 Agustus. Secara historis, penetapan Hakteknas merujuk pada keberhasilan IPTN dalam melaksanakan terbang perdana (first flight) pesawat N250 Gatotkaca pada tanggal 10 Agustus 1995. Atas keberhasilan first flight tersebut, beberapa organisasi kemasyarakatan, antara lain dari Persatuan Islam dan Persatuan Insinyur Indonesia hingga Komisi X DPR RI mengusulkan kepada pemerintah agar 10 Agustus dicanangkan sebagai Hari Kebangkitan Teknologi Nasional. Pemerintah selanjutnya mengeluarkan Keputusan Presiden RI nomor 71 tahun 1995 yang menetapkan tanggal 10 Agustus sebagai Hari Kebangkitan Teknologi Nasional.
Upaya peluncuran pesawat karya putera-puteri Indonesia menjadi bagian penting dalam sejarah perkembangan teknologi dan kedirgantaraan Indonesia. Pada tahun 1983, Industri Pesawat Terbang Nurtanio (IPTN) meluncurkan CN-235. Pesawat CN-235 diberi nama “Tetuko” yang tidak lain merupakan nama kecil dari Gatotkaca ketika masih ditempa di Kawah Candradimuka. Pembuatan pesawat CN-235 awalnya merupakan kerja sama antara IPTN dengan perusahaan pesawat terbang Spanyol Construcciones Aeronautica SA atau CASA (Airbus Defence and Space) dengan skala 50:50 untuk permodalan, produksi, dan pemasaran. Keunggulan lain dari pesawat buatan dalam negeri ini juga dirancang untuk bisa lepas landas dan mendarat di landasan pendek.
Pasca keberhasilan dalam pembuatan pesawat CN-235, IPTN kembali mengembangkan sebuah rancangan pesawat baru. IPTN mulai membuat rancang bangun dan memproduksi sendiri model pesawat terbang baru dengan teknologi mutakhir. Untuk mencapai tahapan ini, Habibie pada 1989 mempersiapkan program N-230, yang akhirnya disempurnakan menjadi program N250 pada tahun 1992. Inilah program yang menghasilkan pesawat terbang model N250 bermesin 2 turboprop GMA-2500 yang mampu mengangkut 50 penumpang. Pesawat N250 memiliki kecepatan maksimal 610 km/jam serta memiliki ketinggian jelajah 25.000 kaki (7.629 meter) serta daya jelajah 1.480 km.
Pesawat N250 selanjutnya diterbangkan untuk pertama kali pada tanggal10 Agustus 1995. Pada penerbangan petama N250, Presiden Soeharto, Ibu Tien Soeharto, Wakil Presiden Try Sutrisno, dan Ibu Tuti Try Sutrisno turut serta menyaksikan first flight N250. Pesawat N250 juga merupakan hadiah bagi HUT Kemerdekaan Indonesia ke-50. Penetapan Hakteknas dapat dimaknai sebagai upaya meningkatkan semangat kreativitas dan inovasi teknologi untuk kemajuan bangka di bidang iptek.
Penulis: Kurniawan Ivan Prasetyo

Presiden SBY dan Helm PBB
Jenderal TNI (Purn) Susilo Bambang Yudhoyono adalah presiden Republik Indonesia keenam. Berbeda dengan presiden sebelumnya, Bapak Susilo Bambang Yudhoyono merupakan presiden pertama yang dipilih secara langsung oleh rakyat dalam proses Pemilu Presiden pada 20 September 2004. Lulusan terbaik AKABRI (1973) yang akrab disapa Susilo Bambang Yudhoyono ini lahir di Pacitan, Jawa Timur 9 September 1949. Bapak Susilo Bambang Yudhoyono adalah anak tunggal dari pasangan R. Soekotjo dan Sitti Habibah. Darah prajurit menurun dari ayahnya yang pensiun sebagai Letnan Satu. Sementara ibunya, Sitti Habibah adalah putri salah seorang pendiri Ponpes Tremas.
Bapak Susilo Bambang Yudhoyono berhasil membawa Indonesia ke kancah Internasional melalui beberapa forum dunia. Salah satunya adalah world culture forum. Pembukaan resminya dilakasanakan di Bali International Convention Center, Nusa Dua. Acara ini berlangsung pada tahun 2013. Tujuan dilaksanakannya forum ini untuk menghargai adanya perbedaan budaya di seluruh dunia dan juga menjadi poin penting dalam pembangunan manusia.
Pada masa kepemimpinan beliau dari tahun 2004 hingga 2014, beliau berhasil membawa Indonesia ke kancah forum internasional. Banyak hal yang dibicarakan oleh beliau antara lain budaya dan perdamaian. Bukti peran besar Bapak Susilo Bambang Yudhoyono dalam hal perdamaian dunia adalah Indonesia berpartisipasi dalam Operasi Pemeliharaan Perdamaian (OPP) dengan mengirimkan Kontingen Garuda XXIII-A untuk bergabung bersama United Nations Interim Force in Lebanon (UNIFIL). Kemudian bersama anggota Organisasi Konferensi Islam (OKI), Indonesia mengutuk Israel di Palestina dan Lebanon. Mendukung Resolusi Dewan Keamanan PBB Nomor: 1701 yang memerintahkan gencatan senjataantar kedua belah pihak. Selain itu juga Indonesia berpartisipasi dalam United Nations Mission in the Democratic Republic of Congo, United Nations Mission in Liberia, United Nations Mission in Sudan, United Nations Mission in Georgia, United Nation Mission in Nepal, dan United Nations Interim Force in Lebanon. Terakhir pada tahun 2007, Indonesia menjabat sebagai Presiden Dewan Keamanan PBB. Beliau merupakan satu-satunya kepala negara yang menjadi pasukan perdamaian PBB. Berkenaan dengan hal tersebut, pada tanggal 20 Maret 2012, Presiden PBB, Ban Ki-moon menyerahkan secara langsung helm pasukan perdamaian PBB yang sangat ikonis dengan warna birunya. Berkat kesigapan dan arahan Bapak Susilo Bambang Yudhoyono, Indonesia dianggap sebagai negara yang mengedepankan perdamaian dunia dan juga beliau pun akhirnya dikenal sebagai Bapak Perdamaian.
Penulis:
Dzulfiqar Isham

Presiden Megawati dan Pembentukan KPK
Dyah Permata Megawati Soekarnoputri atau yang kerap disapa Megawati adalah Presiden Republik Indonesia yang ke-5. Beliau adalah presiden wanita pertama di Indonesia. Megawati lahir di Yogyakarta, 23 Januari 1947 dari pasangan Soekarno dan Fatmawati. Megawati adalah anak kedua dari presiden pertama Indonesia. Mega bisa dibilang sebagai titisan bapaknya. Menindak lanjuti perjuangan bapaknya, saat aktif di GMNI, dia terjun ke partai politik. Pada usia 39 tahun ia menjadi pengurus PDI Jakarta Pusat pada tahun 1986. Setahun kemudian, dia menjadi anggota DPR RI 1987-1992. Karier politiknya semakin kuat setelah setahun kemudian dalam kongres PDI, 22 Desember 1993, dia terpilih menjadi Ketua Umum PDI 1993-1998.
Pada masa pemerintahan Megawati terdapat pembentukan 2 lembaga pemerintah yang sangat penting yaitu Mahkamah Konstitusi dan Komisi Pemberantasan Korupsi. KPK didirikan pada tahun 2002 oleh Presiden Megawati Soekarnoputri. Pendirian KPK ini didasari karena Megawati melihat banyak institusi saat itu terlalu kotor, sehingga dibentuklah KPK. Jauh sebelumnya, ide awal pembentukan KPK sudah muncul di era Presiden BJ Habibie yang mengeluarkan UU Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang bersih dan bebas dari KKN. Habibie kemudian mengawalinya dengan membentuk berbagai komisi atau badan baru seperti KPKPN, KPPU atau lembaga Ombudsman. Agar lebih serius lagi dalam penanganan pemberantasan korupsi, presiden berikutnya, Abdurrahman Wahid (Gus Dur) membentuk Tim Gabungan Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (TGPTPK). Badan ini dibentuk dengan Keppres di masa Jaksa Agung Marzuki Darusman dan dipimpin Hakim Agung Andi Andojo.
KPK merupakan lembaga negara yang dibentuk dengan tujuan meningkatkan daya guna dan hasil guna terhadap upaya pemberantasan tindak pidana korupsi. KPK bersifat independen dan bebas dari pengaruh kekuasaan manapun dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya. Dalam pelaksanaan tugasnya, KPK berpedoman kepada lima asas, yaitu: kepastian hukum, keterbukaan, akuntabilitas, kepentingan umum, dan proporsionalitas. KPK mempunyai empat tugas penting yakni, koordinasi dengan instansi yang berwenang melakukan pemberantasan tindak pidana korupsi, supervisi terhadap instansi yang berwenang melakukan pemberantasan tindak pidana korupsi, melakukan penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan terhadap tindak pidana korupsi, melakukan tindakan-tindakan pencegahan tindak pidana korupsi, dan melakukan monitor terhadap penyelenggaraan pemerintahan negara. Sementara dalam melaksanakan tugas koordinasi, KPK berwenang mengoordinasikan penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan tindak pidana korupsi; menetapkan sistem pelaporan dalam kegiatan pemberantasan tindak pidana korupsi; meminta informasi tentang kegiatan pemberantasan tindak pidana korupsi kepada instansi yang terkait.
Penulis:
Dzulfiqar Isham

Presiden Gus Dur: Bapak Pluralisme
Abdurrahman Wahid atau yang dikenal dengan nama Gus Dur adalah seorang ulama yang pernah menjabat sebagai Presiden Keempat Republik Indonesia pada tahun 1999-2001. Beliau lahir di Jombang pada 7 September 1940. Ia merupakan keturunan alim ulama. Beliau adalah anak dari K.H. Wahid Hasyim yang pernah menjabat sebagai Menteri Agama pada era 1949 sampai 1951. Kakek dari K. H. Abdurrahman Wahid adalah K.H. Hasyim Asy’ari yang merupakan pendiri Nahdlatul Ulama.
Beliau mengenyam pendidikan di berbagai universitas luar negeri. Pertama beliau belajar di Universitas Al Azhar, Mesir kemudian pindah ke Universitas Baghdad di Irak. Setelah itu ia melanglangbuana ke Eropa dan baru kembali ke Indonesia pada tahun 1971. Karir Gus Dur terus meningkat ketika beliau bergabung dengan Nahdlatul Ulama hingga beliau menjadi ketua umumnya pada tahun 1984.
Gus Dur menjabat sebagai presiden sejak tahun 1999 melalui Sidang Umum MPR hasil Pemilu 1999. Beliau melaksanakan pemisahan dalam tubuh Angkatan Bersenjata Republik Indonesia. Angkatan Darat, Angkatan Laut dan Angkatan Udara disatukan menjadi Tentara Nasional Indonesia dan Angkatan Kepolisian berubah menjadi Kepolisian Republik Indonesia. Masa kepemimpinan beliau ditandai dengan pencabutan berbagai larangan kepada etnis Tionghoa. Gus Dur mengeluarkan Keppres No. 6 Tahun 2000 tentang Pencabutan Instruksi Presiden Nomor 14 Tahun 1967 Tentang Agama, Kepercayaan, dan Adat Istiadat Cina. Peraturan ini membuat etnis Tionghoa dapat bebas menjalankan agama, kepercayaan dan adat istiadatnya tanpa memerlukan izin khusus. Beliau menjadikan Hari Raya Imlek sebagai hari libur nasional. Hal ini membuat beliau dikenal juga sebagai Bapak Pluralisme.
Penulis:
Muhammad Yardo

Presiden B.J. Habibie Sang Mr. Crack
Bacharudin Jusuf Habibie, Sang Mr. Crack, adalah seorang ahli teknologi dirgantara yang pernah menjabat sebagai presiden ketiga Republik Indonesia pada tahun 1998-1999. Latar belakangnya di bidang teknologi membuatnya dikenal juga sebagai Bapak Teknokrat.
B.J. Habibie lahir di Parepare pada tanggal 25 Juni 1936. Beliau adalah anak keempat dari delapan bersaudara. Kecerdasan beliau sudah nampak sejak masa kecilnya salah satunya terlihat ketika beliau selalu menanyakan banyak hal. Habibie juga terbiasa untuk berbicara dalam bahasa Belanda. Beliau masuk ke dalam dunia teknik ketika beliau belajar teknik mesin di Institut Teknologi Bandung pada 1954. Lalu studinya dilanjutkan di bidang teknik kontruksi ringan di RTWH Aachen, Jerman. Beliau juga berhasil menemukan Teori Habibie atau Crack Progression Theory. Teori ini menjelaskan tentang titik awal retakan pada sayap dan badan pesawat. Teori yang beliau buat berhasil menghitung letak dan besar retakan pada konstruksi pesawat.
Habibie menjabat sebagai Direktur Utama PT. Industri Pesawat Terbang Nurtanio (IPTN) sejak 1978 hingga 1998. Pada masa jabatannya ini, Indonesia berhasil menerbangkan pesawat terbang buatan dalam negeri pertama kali pada tahun 1995 dengan nama tipe N-250. Karier politik Habibie di Indonesia dimulai ketika beliau menjadi Menteri Riset dan Teknologi pada Kabinet Pembangunan III di tahun 1978. Beliau terus mengemban jabatan ini hingga beliau terpilih sebagai Wakil Presiden Ketujuh Republik Indonesia pada 11 Maret 1998 menggantikan Try Sutrisno. Tidak lama setelah mengemban jabatan sebagai wakil presiden, Habibie kemudian dilantik menjadi Presiden Ketiga Republik Indonesia menggantikan Soeharto yang mengundurkan diri dari jabatannya pada 21 Mei 1998.
Masa kepresidenan Habibie ditandai dengan keterbukaan demokrasi di Indonesia. Beliau mengesahkan tiga undang-undang yang demokratis yaitu UU no. 2 tahun 1999 tentang Partai Politik, UU no. 3 tahun 1999 tentang Pemilu dan UU no. 4 tahun 1999 tentang Susunan Kedudukan MPR/DPR. Ketiga paket undang-undang ini membuka keran demokrasi Indonesia dan membuka jalan untuk penyelenggaraan Pemilihan Umum 1999. Pemilu ini diikuti oleh 48 partai politik sebagai bentuk aspirasi masyarakat Indonesia. Kebijakan-kebijakan ini membuat Indonesia semakin menunjukkan jati dirinya sebagai bangsa yang demokratis.
RESENSI BUKU
Judul : Mr. Crack dari Parepare
Penulis : A. Makmur Makka
Penerbit : Republika
Tahun : 2018
Tempat Terbit : Jakarta
Jumlah halaman : 515 halaman
Buku ini berkisah tentang kecintaan B.J. Habibie pada tanah air yang begitu besar. Kedudukan yang pretisius, penghasilan yang besar ditinggalkan begitu datang panggilan untuk kembali. Lewat buku ini kita akan melihat perjuangan Habibie membangun Indonesia melalui teknologi.
Buku ini menceritakan Habibie selama masa hidupnya. Buku ini dimulai dengan menceritakan Habibie pada masa mudanya. Lalu buku ini mengisahkan peranan Habibie dalam pengembangan teknologi. Selain itu, buku ini juga menceritakan dirinya sebagai seorang negarawan dan Presiden Republik Indonesia. Setelah purna tugas dari jabatan presiden beliau juga tetap mengabdi bagi bangsa dan negara. Diluar bahasan diatas, buku ini juga menampilkan Habibie sebagai seorang manusia yang humanis, seorang ayah dari sebuah keluarga dan seorang eyang bagi para cucunya. Selain menjadi eyang dari cucu biologisnya, ia juga menjadi eyang bagi cucu intelektualnya. Beliau menganggap bahwa setiap anak muda merupakan cucu intelektual beliau.
Bacharudin Jusuf Habibie mendapat julukan sebagai Mr. Crack. Julukan ini beliau dapatkan setelah beliau dapat menghitung crack propagation on random. Teori ini berawal dari kenyataan bahwa retakan dalam struktur pesawat memang sangatlah dicemaskan oleh perekayasa struktural dan keprilakuan penyebaran retak sungguh sulit untuk diperhitungkan. Pada tahun 1971 B.J. Habibie mempresentasikan sebuah penelitiannya yang bertajuk Eine Berechnungs methode zum Voraussagen des Fortschritts von Rissen. Laporan itu menjabarkan perhitungan untuk memprediksi perambatan retakan pada material pesawat. Teori Habibie ini termasuk hal yang baru dan meningkatkan keselamatan penerbangan. Hal inilah yang membuat beliau dijuluki dengan sebutan Mr. Crack.
Jiwa patriotisme Habibie sangatlah kuat. Habibie menyiapkan warisan untuk Indonesia dengan menciptakan manajemen kelas menengah yang tetap eksis dan industri strategisnya akan meneruskan momentum yang telah beliau bangun. Beliau memasukkan kemampuan teknologi tinggi bagi bangsa dan negaranya. Sejak dulu B.J. Habibie selalu konsisten dan optimis dengan program yang dilaksanakannya. Optimisme yang penuh perhitungan menjadi modal dan falsafah dalam kehidupannya, sekaligus merupakan salah satu faktor yang selalu menuntun kariernya.
Penulis:
Muhammad Yardo R.