Logo

Visi & Misi

Museum Kepresidenan Republik Indonesia - Balai Kirti



Visi

“Terwujudnya Museum yang representatif dalam melestarikan dan mengkomunikasikan nilai nilai perjuangan Presiden Republik Indonesia kepada generasi muda guna memperkukuh karakter dan jati diri bangsa.”

Visi diwujudkan dalam beberapa kegiatan, antara lain :

  • Pengumpulan pengkajian dan pengadaan koleksi.
  • Pelaksanakan registrasi dan dokumentasi koleksi.
  • Perawatan dan pengamanan koleksi.
  • Pemanfaatan koleksi museum untuk berbagai kepentingan.
  • Pelaksanaan kemitraan dibidang pengembangan, pemanfaatan dan pemeliharaan koleksi.
  • Layanan informasi dan publikasi.
  • Pengelolaan perpustakaan.
  • Pelaksanaan administrasi museum.

Secara utuh pemahaman visi tersebut adalah keinginan untuk menjadikan Museum Kepresidenan Indonesia sebagai tempat yang representatif utuk melestarikan dan mengkomunikasikan nilai nilai perjuangan Presiden Republik Indonesia. Museum ingin menjadi tempat kegiatan untuk menjaga keutuhan dari kemusnahan akan nilai-nilai sejarah dan kejuangan presiden menuju terbentuknya orang-orang Indonesia yang memiliki wawasan kebangsaan yang membedakannya dengan bangsa-bangsa lain di dunia.

Misi

A. Terwujudnya pelestarian benda dan sejarah kepresidenan Republik Indonesia.

Dalam hal ini Museum Kepesidenan Indonesia Balai Kirti mengemban misi pelestarian, yaitu pelestarian benda dan sejarah Presiden Indonesia. Pelestarian benda maksudnya adalah turut menyelamatkan beberadaan benda-benda bersejarah Presiden baik yang masih berada di keluarga maupun di masyarakat umum dengan cara diangkat sebagai koleksi museum sehingga akan memiliki nilai informasi bagi publik. Dengan demikian benda tersebut dapat tetap lestari secara material historisnya.

Sedangkan pelestarian nilai sejarah, maksudnya adalah informasi kesejarahan yang tidak muncul dan tidak diketahui oleh masyarakat, berusaha tetap digali, diteliti, dikemas, dan kemudian dipublikasikan kepada masyarakat melalui berbagai kegiatan seperti penulisan karya tulis yang diterbitkan, seminar / ceramah / diskusi, dibuat film, dan sebagainya. Dengan demikian sejarah itu tetap lestari dan memiliki manfaat bagi publik, yaitu manfaat edukasi.

B. Terwujudnya peran museum sebagai sarana pendidikan, penelitian dan rekreasi.

Sebagai sumber informasi, museum akan menjadi tempat tujuan para pencari informasi. Mereka antara lain pelajar, peneliti, ataupun pencari inspirasi untuk sebuah karya tertentu seperti film, lukis, cerita dan sebagainya. Museum melalui produk-produk yang dihasilkan dibuat menjadi menarik sehingga memiliki kekuatan untuk mengundang masyarakat mendekatinya. Tata pameran, pemutaran film, ceramah, kegiatan perawatan koleksi, layanan perpustakaan, dan kegiatan-kegiatan museum lainnya, diharapkan akan memberikan informasi baru bagi mereka yang datang mengunjunginya. Dari situlah kemudian muncul misi museum sebagai sumber informasi. Melalui berbagai kegiatan yang diprogramkannya museum ingin memberikan layanan informasi kepada publik.

Untuk menjaga agar informasi-informasi yang disampaikan kepada publik tidak mengalami anakronis dalam sejarah, maka penelitian wajib dilakukan. Mengingat koleksi-koleksi Museum Kepesidenan Indonesia Balai Kirti terkait dengan sejarah kepresidenan, maka penelitian yang dikembangkan adalah penelitian sejarah kepresidenan. Penelitian ini dapat dilakukan oleh karyawan museum untuk meningkatkan kualitas informasi koleksinya, namun juga tidak menutup kemungkinan dapat dijadikan sumber penelitian oleh orang lain terkait dengan apa yang hendak mereka capai, misalnya karya tulis, naskah skenario, dan sebagainya.

C. Terwujudnya layanan edukasi yang menyenangkan di Museum

Membicarakan masalah pendidikan, akan dikenal adanya pendidikan formal, non formal dan informal. Pendidikan formal adalah pendidikan yang dalam pelaksanaannya terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Pendidikan non formal adalah pendidikan yang dilaksanakan diluar pendidikan formal yang dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang. Pendidikan ini meliputi lembaga kursus dan lembaga pelatihan, kelompok belajar, pusat kegiatan belajar masyarakat, majelis taklim, pendidikan anak usia dini jalur non formal.

Sedangkan pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan. Pendidikan informal dilakukan oleh keluarga dan lingkungan yang berbentuk kegiatan belajar secara mandiri. Museum memiliki peluang untuk itu. Museum dapat mengemban misi pendidikan informal ini yaitu sebagai media belajar dengan nuansa edutainment (mendidik dan menghibur). Pendidikan dapat dikembangkan di museum kepresidenan sebagai wahana pendidikan informal adalah pendidikan mengenai sejarah kepresidenan Indonesia. Dari situ akan dapat dikembangkan pendidikan untuk membentuk karakter dan jati diri generasi muda.