Pembukaan Pameran dan Dialog Sejarah: Sukarno dan Buku-Bukunya
Informasi
Salah satu jenis program publik yang dilaksanakan oleh Museum Kepresidenan Republik Indonesia Balai Kirti adalah masyarakat yang mengapresiasi museum. Dalam rangka meningkatkan apresiasi masyarakat terhadap museum, pada tanggal 24 November 2020 lalu Museum Kepresidenan RI Balai Kirti melaksanakan kegiatan Pameran Daring dan Dialog Sejarah yang bertajuk Sukarno dan Buku-bukunya.
Sukarno sangat kaya akan pengetahuan karena membaca. Untuk itu sebagai upaya menumbuhkan minat budaya membaca, sekaligus melestarikan memori kolektif bangsa melalui museum. Museum Kepresidenan Republik Indonesia Balai Kirti bekerjasama dengan redaksi Historia.Id melaksanakan Pameran Daring dan Dialog Sejarah terkait dengan koleksi buku-buku Sukarno.
Pembukaan pameran dan Dialog Sejarah Sukarno dan Buku-Bukunya menghadirkan Ibu Hj. Megawati Soekarnoputri (Presiden ke-5 RI), Bapak Nadiem Makarim (Menteri Pendidikan dan Kebudayaan), Hilmar Farid (Direktur Jenderal Kebudayaan). Dan beberapa narasumber lain seperti, Bonnie Triyana, Roso Daras, dan Rhoma Dwi Aria Yuliantri. Pembukaan pameran dibuka langsung oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Bapak Nadiem Makarim. Dalam sambutannya Ia mengajak para pemuda Indonesia untuk meneladani semangat dan kegemaran Bung Karno dalam membaca buku.
Pada kesempatan yang sama Presiden Ke-5 RI, Ibu Hj. Megawati Soekarnoputri menggatakan bahwa ayahnya sering membaca disetiap waktu. Bahkan buku koleksi Bung Karno mencapai puluhan ribu, dari dalam negeri maupun luar negeri. Akibat pendidikan itu, Bung Karno sangat haus dengan buku. Bukan hanya buku sebagai jendela dunia, tetapi juga masuk ke dalamnya.
Pada sesi diskusi sejarah yang menghadirkan tiga narasumber, yakni Bonnie Triyana, Roso Daras, dan Rhoma Dwi Aria Yuliantri. Ketiga narsum menjelaskan bahwa Kesukaan Bung Karno pada buku bukan rahasia. Sejak kecil, Bung Karno telah terbiasa membaca buku. Bapak Bung Karno, Raden Soekemi Sosrodihardjo yang aktif sebagai anggota perkumpulan Theosofi jadi muaranya. Berkat hak istimewa itu, Sukarno tak saja membaca buku koleksi orang tuanya, tapi ia dapat mengakses sebuah perpustakan besar miliki kaum Theosofi dengan bebas.
Saat ini kegiatan pameran telah berakhir, tetapi pameran masih dapat dinikmati tanpa batas melalui website http://balaikirti.kemdikbud.go.id.