SD INPRES: TOREHAN PRESTASI BAPAK PEMBANGUNAN
Informasi
Masa kepemimpinan Presiden Indonesia kedua, Soeharto dikenal pula dengan pemerintahan Orde Baru. Berbagai permasalahan yang dihadapi dalam berbagai bidang menuntut pemerintah melaksankan perbaikan terutama dalam bidang politik dan ekonomi Dimana pendidikan memegang peranan yang sangat penting sebagai sarana penunjangnya. Salah satu misi utama Pemerintah Orde Baru dalam melaksanakan Pembangunan yang sistematis dan terencana ialah melaksanakan dan mengamalkan Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan konsekuen dalam kehidupan berbangsa, bernegara, dan bermasyarakat.
Awal masa Orde Baru, aspek pendukung pendidikan dasar sangatlah kurang, maka sejak lahirnya pemerintah Orde Baru, Pembangunan sektor pendidikan menjadi salah satu perhatian utama. Kebijakan pemerintah Orde Baru untuk mewujudkan cita-cita bangsa tersebut salah satunya adalah program Wajib Belajar, Program tersebut mewajibkan setiap anak yang berumur 8 tahun memperoleh pendidikan dasar, sehingga Presiden Soeharto mengeluarkan Intruksi Presiden tentang Pembangunan Sekolah Dasar.
Pembangunan SD Inpres mulai dibangun setelah dikeluarkannya Intruksi Presiden tahun 1973, yang merupakan kebijakan dua tahun sekali. Pendidikan dasar menjadi salah satu pondasi yang sangat penting bagi manusia, semua aspek pendukung pendidikan harus ada, agar menjadikan negara yang maju di masa yang akan datang. Namun di awal masa pemerintahan Orde Baru, semua aspek pendukung tersebut sulit terwujud, karena masih banyak anak-anak usia sekolah (7-12 tahun) yang tidak sempat menikmati pendidikan, dan banyak juga anak-anak yang meninggalkan sekolah sebelum waktunya karena berbagai alasan.
Presiden Soeharto sebagai pemimpin pemerintahan pada masa itu menuangkan pokok-pokok pikiran beliau tentang pendidikan dalam pidato-pidato yang disampaikan pada berbagai kesempatan. Berdasarkan pokok-pokok pemikiran tersebut ini kemudian tercetuslah pemikiran untuk membangun Sekolah-sekolah dasar dan memperbaiki seluruh Gedung-gedung sekolah yang sudah rusak. Hal itu mendasari dikeluarkannya Intruksi Presiden (Inpres) No. 10 Tahun 1973 tentang program bantuan pembangunan Sekolah Dasar dalam beberapa tahap untuk Pembangunan 6.000 unit gedung Sekolah Dasar.
Perkembangan selanjutnya, melalui Inpres No 6 tahun 1975 pada tanggal 10 April 1975 terdapat penambahan bantuan baik sarana maupun jumlah yang dibangun menjadi 10.000 unit. Pemerintah mengeluarkan program-program pendukung kebijakan SD Inpres, diantaranya adalah pembuatan kurikulum pendidikan, sistem pendidikan, penataran dan penempatan guru, penambahan buku-buku Pelajaran, penambahan alat-alat peraga untuk menunjang pembelajaran dan Pembangunan sarana prasarana lainnya.
Setelah berjalan sekitar satu dekade/10 tahun, kebijakan Pembangunan SD Inpres ini mengalami kritik dan kontroversi terkait dengan pembiayaan dan kualitas pendidikan, namun kehadirannya tetap berdampak pada peningkatan jumlah anak Sekolah Dasar pada tiap tahunnya dan semakin banyaknya gedung-gedung Sekolah Dasar khususnya di desa-desa terpencil walaupun pembangunannya belum merata ke seluruh pelosok-pelosok desa di Indonesia, Namun demikian program bantuan Pembangunan SD Inpres tersebut, tetap menjadi torehan prestasi Presiden Soeharto sebagai seorang pemimpin negara Indonesia dan juga menjadi simbol kemajuan pendidikan pada masa itu. Selain itu, Pembangunan SD Inpres juga turut mendukung pembangunan infrastruktur di Indonesia.
Atas keberhasilan program ini, pada tanggal 19 Juni 1993 UNESCO memberikan apresiasi dan penghargaan kepada Presiden Soeharto berupa piagam The Avicenna yang diambil dari nama seorang tokoh ilmu pengetahuan dari Timur Tengah pada abad X, Ibnu Sina. Beliau adalah seorang filosof dan ilmuan bidang kedokteran yang Namanya diabadikan menjadi simbol penghargaan di bidang pendidikan dan etik dalam sains.
Referensi:
Panji Hidayat; Perkembangan SD Inpres pada Masa Orde Baru Tahun 1973 – 1983. Journal student Universitas Negeri Yogyakarta
Dwipayana G & Nazarudin Sjamsuddin. (2003). Jejak Langkah Pak Harto 27 Maret 1973- 23 Maret 1978. Jakarta. PT. Citra Kharisma Bunda
Penulis: Ezano Fernando Triantaka