Nasionalisme Presiden Sukarno dan Sepak Bola Indonesia
Informasi
Sepak bola adalah salah satu olahraga yang memiliki daya tarik global. Setiap pertandingan yang tersaji dalam bentuk kompetisi menampilkan obsesi sekaligus emosi untuk tujuan yang saling berkelindan, prestasi dan eksistensi. Sebagai olahraga global, sepak bola banyak menarik perhatian tokoh-tokoh pergerakan nasional. Sepak bola juga dijadikan sebagai media perjuangan dalam menentang hegemoni kolonial. Organisasi sepak bola untuk kalangan bumiputera pertama yang berdiri adalah PSSI. PSSI berdiri pada tanggal 29 April 1930 di Yogyakarta dengan ketua pertamanya adalah Ir. Suratin.
Memasuki periode awal kemerdekaan, sepak bola mendapat perhatian serius dari pemerintah saat itu. Presiden Soekarno memandang bahwa olahragawan adalah wakil-wakil bangsa dan negara dalam ajang pertandingan dan perlombaan. Presiden Soekarno selanjutnya menjadikan sepak bola sebagai salah satu media membentuk karakter bangsa dalam proses national building serta “menggelar” Indonesia dalam kancah internasional.
Bentuk perhatian serius Presiden Soekarno terhadap sepak bola Indonesia terlihat dari pembangunan infrastruktur olahraga serta capaian prestasi tim sepak bola Indonesia pada saat pemerintahaannya. Kiprah tim sepak bola Indonesia dalam kancah internasional dimulai pada perhelatan Asian Games I di New Delhi, India tahun 1950. Pada kompetisi tersebut, tim sepak bola Indonesia mengirim 18 pemain yang dipimpin oleh pelatih asal Singapura, Choo Seng Quee.
Perjalanan tim sepak bola Indonesia pada perhelatan Asian Games I harus terhenti pada babak pertama turnamen. Tim sepak bola Indonesia harus mengakui keunggulan tim tuan rumah (India) dengan skor tiga gol tanpa balas. Pada tahun 1954, tepatnya pada saat perhelatan Asian Games II di Manila, tim sepak bola Indonesia dipimpin oleh pelatih asal Yugoslavia yakni Tony Pogacnik. Timnas pada saat itu mempu menembus babak semifinal namun harus kandas dalam pertandingan melawan Taiwan dengan skor 2-4. Dalam perebutan juara 3, timnas oleh Birma dengan skor 4-5.
Kejutan terjadi saat perhelatan Asian Games III 1958 di Tokyo, Jepang. Timnas Indonesia mampu menorehkan prestasi tertinggi dengan meraih perunggu dalam Asian Games 1958. Timnas berhasil menekuk tim sepak bola India dengan skor 4-1. Kejutan timnas Indonesia di event sepakbola juga terjadi dalam perhelatan Olimpiade Melbourne 1956. Dalam pertandingan sepak bola di Olimpiade Melbourne, timnas Indonesia harus bertemu timnas Uni Soviet.
Hasilnya, timnas Indonesia berhasil menahan imbang Uni Soviet tanpa gol. Saat itu, babak tambahan dan adu tendangan penalti belum menjadi aturan yang lumrah sehingga diadakan pertandingan kedua. Namun keberuntungan belum berpihak pada timnas Indonesia. Dalam pertandingan kedua, timnas Indonesia harus mengakui keunggulan timnas Uni Soviet dengan skor 4-0.
Pada tahun 1958, timnas Indonesia berjuang dalam kualifikasi Piala Dunia. Timnas Indonesia memperoleh hasil baik pada babak pertama dengan mengalahkan timnas Cina dengan skor 2-0 di Jakarta. Dalam pertandingan kedua di Beijing, timnas Indonesia harus mengakui keunggulan Cina dengan skor 3-4. Karena kedua tim memiliki poin yang sama, maka diadakan pertandingan lanjutan di tempat yang netral yakni Myanmar. Pertandingan di Myanmar berakhir dengan skor 0-0. Indonesia selanjutnya berhasil melaju ke babak selanjutnya.
Babak kedua lanjutan kualifikasi Piala Dunia, timnas Indonesia bergabung bersama Israel, Mesir, dan Sudan. Namun, timnas Indonesia menolak bertanding dengan Israel karena alasan politis. Hal tersebut mengakibatkan timnas Indonesia tersingkir dalam kualifikasi Piala Dunia. Sedangkan Israel berhasil lolos dalam babak play off Piala Dunia dan bertemu dengan Wales.
Dukungan Sukarno terhadap perkembangan sepak bola Indonesia selanjutnya dipertegas dengan adanya perhelatan Sukarno Cup pada tanggal 25 April 1963. Perhelatan Sukarno Cup diikuti oleh enam negara yakni Indonesia, Cina, Mesir, Kuba, Vietnam Utara, dan Pakistan. Dalam event tersebut, timnas Indonesia berhasil merebut juara 3 dengan mengalahkan timnas Vietnam Utara dengan skor 3-1. Sedangkan juara 1 Sukarno Cup adalah Mesir yang berhasil menekuk Cina dengan skor 2-0.
Dalam hal infrastruktur, Presiden Sukarno membangun stadion utama Gelora Bung Karno untuk menunjang kegiatan olahraga di Indonesia. Stadion utama Gelora Bung Karno mulai dibangun pada tanggal 8 Februari 1960 sebagai kelengkapan sarana dan prasarana dalam rangka Asian Games 1962. Dalam pemancangan tiang pertama, turut hadir Perdana Menteri Uni Soviet Nikita Kruschev. Hal tersebut bukanlah hal yang mengejutkan mengingat kedekatan Presiden Soekarno dengan negara-negara blok timur kala itu. Stadion utama Gelora Bung Karno selanjutnya diresmikan pada tanggal 21 Juli 1962.
Sepak bola nyatanya telah menjadi media dalam merekatkan semangat kebangsaan Indonesia pada masa pemerintahan Presiden Soekarno. Tidak hanya itu, sepak bola juga dijadikan sebagai media oleh Presiden Soekarno untuk “menggelar” Indonesia di kancah internasional. Prestasi timnas Indonesia pada masa awal kemerdekaan telah membuat nama Indonesia dikenal oleh dunia internasional. Meski pembangunan nasionalisme melalui sepak bola sempat mengalami sejumlah hambatan, namun upaya Presiden Soekarno untuk membangun nasionalisme melalui olahraga tetap menorehkan capaian prestasi tersendiri pada masanya.
Sumber:
Bayu Aji, R.N. “Nasionalisme dalam Sepak Bola Indonesia Tahun 1950-1965”. Lembaran Sejarah, Vol. 10, No. 2, Oktober (2013).
Wijanarto. “Memahami Spirit Nasionalisme Soekarno Lewat Sepak Bola”. Kompas.id. Diakses pada tanggal 15 Mei 2023. https://www.kompas.id/baca/opini/2022/09/16/memahami-spirit-nasionalisme-soekarno-lewat-sepakbola.
Danu, Mahesa. “Sukarno dan Sepak Bola”. Berdikarionline.com. Diakses pada tanggal 15 Mei 2023. https://www.berdikarionline.com/sukarno-dan-sepak-bola/.
Penulis: Kurniawan Ivan Prasetyo