Logo

Sejarah Singkat Tentang Presiden Republik Indonesia

Museum Kepresidenan Republik Indonesia - Balai Kirti


Logo
Presiden ke-1
Ir. Sukarno
Presiden ke-1

Ir. Sukarno

18 Agustus 1945 – 12 Maret 1967

Presiden pertama Republik Indonesia adalah Ir. Sukarno atau lebih dikenal dengan sebutan Bung Karno. Sukarno lahir di Surabaya, tanggal 6 Juni 1901 dan meninggal pada tanggal 21 Juni 1970 di Jakarta (pada umur 69 tahun).

Sejak muda, Sukarno telah aktif dalam organisasi pergerakan untuk melawan penjajahan Belanda. Pada tanggal 4 Juni 1927, Sukarno mendirikan Partai Nasional Indonesia dengan tujuan Indonesia Merdeka. Sukarno memegang peranan penting dalam sejarah kemerdekaan Indonesia dari belenggu penjajahan. Bersama dengan sejumlah tokoh, Sukarno turut serta dalam merumuskan dasar negara serta menyusun naskah teks proklamasi. Puncaknya, pada tanggal 17 Agustus 1945, Sukarno mendeklarasikan kemerdekaan Indonesia.

Pasca Indonesia merdeka, Sukarno dan Muhammad Hatta ditetapkan sebagai presiden dan wakil presiden Republik Indonesia. Pada masa pemerintahan Sukarno banyak capaian yang berhasil ditorehkan bagi kemajuan bangsa dan negara. Mulai dari pelaksanaan Konferensi Asia Afrika, pembebasan Irian Barat, hingga pelaksanaan Asian Games ke-4 tahun 1962.

Presiden ke-2
H.M. Soeharto
Presiden ke-2

H.M. Soeharto

12 Maret 1967 - 21 Mei 1998

H.M. Soeharto adalah presiden kedua Republik Indonesia yang lahir di Kemusuk, tanggal 8 Juni 1921, dan wafat pada tanggal 27 Januari 2008 di Jakarta.

Sebelum resmi menjadi presiden, Soeharto bertugas di dunia militer. Di dunia militer, Pak Harto memulai dari pangkat sersan tentara KNIL, kemudian komandan PETA, komandan resimen dengan pangkat Mayor dan komandan batalyon berpangkat Letnan Kolonel.

Karir militer Soeharto selanjutnya semakin melesat pasca Indonesia merdeka. Hal tersebut dibuktikan dengan jabatan yang perna diembannya, seperti Kepala Staf Panglima Tentara dan Teritorium IV Diponegoro, Panglima Korps Tentara I Caduad (Cadangan Umum AD), Panglima Kohanudad (Komando Pertahanan AD), Panglima Komando Mandala Pembebasan Irian Barat, hingga Panglima Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Kostrad)

Pada 23 Februari 1967, Presiden Sukarno resmi menyerahkan kekuasaan eksekutif sebagai kepala negara kepada Soeharto yang ketika itu menjabat sebagai Jenderal Besar TNI.

Soeharto adalah Presiden Indonesia dengan masa jabatan paling lama dari tahun 1967 sampai 1998. Pada masa pemerintahannya, banyak capaian yang berhasil ditorehkan bagi kemajuan bangsa dan negara. Mulai dari swasembada pangan, pelaksanaan program Keluarga Berencana, transmigrasi, hingga program Wajib Belajar.

Presiden ke-3
Bacharuddin Jusuf Habibie
Presiden ke-3

Bacharuddin Jusuf Habibie

21 Mei 1998 – 20 Oktober 1999

B.J Habibie adalah presiden ketiga Republik Indonesia yang lahir di Parepare, Sulawesi Selatan, 25 Juni 1936 dan meninggal di Jakarta, 11 September 2019.

Habibie menempuh pendidikan tinggi di Fakultas Teknik Universitas Indonesia di Bandung (Sekarang ITB). Beliau mendapat gelar Diploma dari Technische Hochschule, Jerman tahun 1960 yang kemudian mendapatkan gekar Doktor dari tempat yang sama tahun 1965. Tahun 1967, menjadi Profesor kehormatan (Guru Besar) pada Institut Teknologi Bandung.

Habibie dikenal akan kecerdasan serta kejeniusannya. Hal tersebut dibuktikan dengan keberhasilan Habibie dalam merumuskan perhitungan matematis untuk menemukan potensi rekahan pada kerangka badan pesawat. Istilah teknis untuk rekahan ini adalah crack. Atas penemuan tersebut, Habibie dijuluki sebagai Mr. Crack.
Sebelum menjadi presiden, Habibie sempat menjadi CEO dari Industri Pesawat Terbang Nurtanio (IPTN). Selanjutnya, pada tahun 1978 Habibie menjabat sebagai Menteri Negara Riset dan Teknologi selama 20 tahun. Ketika menjabat sebagai Menristek, Habibie memimpin proyek pembuatan pesawat N250 Gatotkaca. Dan, pada tahun 1998, Habibie menjabat sebagai wakil presiden Republik Indonesia.

Pasca lengsernya Presiden Soeharto, Habibie menjabat sebagai presiden ketiga Republik Indonesia. Masa pemerintahan Habibie sangat singkat, yakni sekitar 17 bulan. Namun dalam kurun waktu tersebut, Habibie berhasil menorehkan capaian untuk kemajuan bangsa dan negara. Mulai dari penerbitan UU No 40 Tahun 1999 tentang kebebasan pers, pembentukan UU No 2 Tahun 1999 tentang Pemilu, serta berhasil melaksanakan restrukturisasi perbankan Indonesia dan memisahkan Bank Indonesia (BI) dari pemerintahan agar tetap objektif dan tidak terpengaruh oleh politik.

Presiden ke-4
K.H Abdurrahman Wahid
Presiden ke-4

K.H Abdurrahman Wahid

20 Oktober 1999 – 23 Juli 2001

K.H. Abdurrahman Wahid atau yang biasa akrab dengan sebutan Gus Dur merupakan presiden keempat Republik Indonesia yang lahir di Jombang, pada tanggal 7 September 1940, dan meninggal dunia di Jakarta, tanggal 30 Desember 2009 (pada usia 69 tahun).

Gus Dur memiliki latar belakang sebagai seorang Ulama. Beliau merupakan putra dari K.H Wahid Hasyim sekaligus cucu dari pendiri Nahdlatul Ulama, K.H. Hasyim Asy’ari.

Masa remaja Gus Dur sebagian besar dihabiskan di Yogyakarta dan Tegalrejo. Di dua tempat inilah pengembangan ilmu pengetahuan mulai meningkat. Masa berikutnya, Gus Dur tinggal di Jombang, di pesantren Tambak Beras, sampai kemudian melanjutkan studinya di Mesir. Setelah menyelesaikan studinya, Gus Dur kembali ke Indonesia dan mengabdikan dirinya untuk pesantren dan Nahdlatul Ulama.

Pada tahun 1984 Gus Dur dipilih secara aklamasi oleh sebuah tim ahl hall wa al-`aqdi yang diketuai K.H. As`ad Syamsul Arifin untuk menduduki jabatan ketua umum PBNU pada muktamar ke-27 di Situbondo. Jabatan tersebut kembali dikukuhkan pada muktamar ke-28 di pesantren Krapyak Yogyakarta (1989), dan muktamar di Cipasung Jawa Barat (1994).

Pada tahun 1999, Gus Dur terpilih sebagai presiden menggantikan B.J. Habibie. Pada masa pemerintahan Gus Dur, banyak capaian yang berhasil ditorehkan bagi kemajuan bangsa dan negara, terutama di bidang toleransi keberagaman. Hal tersebut dibuktikan dengan dikeluarkannya Keputusan Presiden No 6 Tahun 2000 tentang Pencabutan Instruksi Presiden Nomor 14 Tahun 1967 Tentang Agama, Kepercayaan, Dan Adat Istiadat Cina. Melalui Kepres tersebut, penyelenggaraan kegiatan keagamaan, kepercayaan, dan adat istiadat Cina bisa dilaksanakan tanpa memerlukan izin khusus sebagaimana yang berlangsung sebelum kepres tersebut keluar.

Presiden ke-5
Megawati Soekarnoputri
Presiden ke-5

Megawati Soekarnoputri

23 Juli 2001 – 20 Oktober 2004

Megawati Soekarnoputri adalah presiden kelima Republik Indonesia yang lahir di Yogyakarta, pada tanggal 23 Januari 1947.

Megawati merupakan anak kedua dari presiden pertama Republik Indonesia, Ir. Sukarno. Megawati Soekarnoputri ini memulai pendidikannya, dari SD hingga SMA di Perguruan Cikini, Jakarta. Sementara, ia pernah belajar di dua Universitas, yaitu Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran, Bandung (1965-1967) dan Fakultas Psikologi Universitas Indonesia (1970-1972).

Megawati memiliki latar belakang sebagai seorang politisi. Beliau aktif berpolitik sejak tahun 1987 ketika bergabung dengan Partai Demokrasi Indonesia (PDI). Pada tahun 1993, Megawati terpilih sebagai Ketua Partai Demokrasi Indonesia melalui kongres luar biasa di Surabaya. Pasca terpilihnya Megawati sebagai Ketua PDI, banyak terjadi gejolak di dalam internal PDI, terutama dari kelompok pendukung Soerjadi. Puncak konflik PDI meletus dalam peristiwa Kerusuhan Dua Puluh Tujuh Juli atau biasa disebut “Kudatuli” pada tahun 1996.

Pada tahun 2001, Megawati naik sebagai presiden menggantikan Gus Dur. Pada masa pemerintahan Megawati, banyak capaian yang ditorehkan untuk kemajuan bangsa dan negara. Mulai dari pembentukan Komisi Pemberantasan Korupsi pada tahun 2002, pembentukan Mahkamah Konstitusi, hingga dilaksanakannya pemilihan presiden secara langsung oleh rakyat.

Presiden ke-6
Susilo Bambang Yudhoyono
Presiden ke-6

Susilo Bambang Yudhoyono

20 Oktober 2004 – 20 Oktober 2014

Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) adalah presiden keenam Republik Indonesia yang lahir di Pacitan, tanggal 9 September 1949. SBY merupakan presiden pertama yang terpilih melalui pemilihan langsung oleh rakyat.

SBY memiliki latar belakang sebagai militer. Pada tahun 1970, SBY masuk Akabri di Magelang, Jawa Tengah, setelah lulus ujian penerimaan akhir di Bandung. SBY satu angkatan dengan Agus Wirahadikusumah, Ryamizard Ryacudu, dan Prabowo Subianto. Semasa pendidikan, SBY yang mendapat julukan Jerapah, sangat menonjol. Terbukti, belaiu meraih predikat lulusan terbaik Akabri 1973 dengan menerima penghargaan lencana Adhi Makasaya.

Pasca lulus dari Akabri, karir militer SBY langsung melesat. SBY pernah memangku jabatan sebagai Dan Tonpan Yonif Linud 330 Kostrad, (Dan Tonpan Yonif 305 Kostrad, Komandan Peleton Mortir 81 Yonif Linud 330 Kostrad (1977), Dan Kipan Yonif Linud 330 Kostrad. Komandan Sekolah Pelatih Infanteri , Dan Yonif 744 Dam IX/Udayana Komandan Brigade Infantri Lintas Udara (Dan Brigif Linud) 17 Kujang I/Kostrad, Danrem 072/Pamungkas Kodam IV/Diponegoro (1995). Kepala Staf Kodam Jaya (1996), Pangdam II/Sriwijaya.

SBY juga sempat menjabat sebagai Menteri Pertambangan dan Energi, Menkopolsoskam, dan Menko Polkam. Pada tahun 2004, SBY terpilih menjadi presiden bersama Jusuf Kalla sebagai wakilnya. Dan tahun 2009 kembali terpilih dengan wakilnya Boediono.